Ep 8

" Maaf Crystal, aku sangat gugup. Bahkan ini pertama kali nya aku melakukan ini. Ya inti nya kamu berbeda dengan wanita wanita lain yang pernah aku jumpai. Crystal, would you be mine?"

Belum sempat Line menjawab pertanyaan Cio, ada seseorang yang menginterupsi mereka.

" Tentu saja dia adalah wanita yang berbeda. Bahkan lo akan terkejut jika mengetahui siapa dia sebenarnya."

Line kaget mendengar suara itu dan langsung menoleh.

" Damian.!!!"

Line langsung berlari dan memeluk Damian, karena Line sudah sangat merindukan nya.

" Wah, baru sebentar gue tinggal, bahkan lo sudah mendapatkan lelaki lain Line."

" Hentikan bodoh. Lebih baik lo jelasin ke gue, kenapa lo gak ngabarin gue kalau lo bakalan pulang hari ini?"

" Kalau gue ngabarin lo, gue gak akan bisa menyaksikan adegan konyol seperti tadi. Dan hey, siapa nama lo? Abercio? Berhenti bertindak seperti tadi, Line gak akan menerima lo jika lo melakukan hal seperti itu."

Line melihat Cio hanya berdiri ditempatnya. Line tau, harga diri Cio sedang hancur. Tapi Damian benar, Line tak akan menerima Cio jika dia menyatakan cinta seperti itu. Itu bukan gaya Cio.

" Hey bodoh, lo udah menyakiti harga dirinya, Damian. Maaf Cio, sejujurnya gue lebih menyukai jika lo menjadi diri lo sendiri dan tidak melakukan hal seperti tadi."

" Lo dengar itu Cio. Line bukan wanita sembarangan. Seharusnya lo lebih memperhatikan apa yang disukainya."

" Sudahlah Damian. Cio, gue minta maaf, tetapi gue belum siap untuk memulai sebuah hubungan dengan lo yang bahkan gak tau siapa gue."

Silviana yang merasa kasian dengan Cio pun berbicara.

" Lagian lo siapa nya Crystal? Jangan mentang mentang lo populer, lo bisa tiba tiba menggangu acara kami."

Abercio yang dari tadi diam mulai membuka suaranya.

" Percaya lah Crystal, siapapun kamu, aku sudah mencintaimu. Aku akan membuktikan bahwa aku sungguh sungguh mencintaimu."

" Sekalipun Line adalah seorang Mafia? Gengster? Bahkan pembunuh bayaran.? Apa lo masih tetap mencintainya?"

****

- Abercio Neron POV -

Nama gue Abercio Neron, gue adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Gue memiliki seorang adik laki laki berumur 10 tahun. Sekarang gue berumur 17 tahun. Tapi gue sudah melanjutkan bisnis papa gue, karena papa merasa ingin menghabiskan waktu dengan keluarga.

Barusan Arnold dan Reinhard mengajak gue untuk pergi ke Paradise Club bersama dengan pacar nya. Mereka adalah sahabat gue di IHS. Jujur saja, gue malas sekali menemani nya pacaran. Padahal mereka bertemu hampir setiap hari disekolah. Tapi karena paksaan dari Arnold dan Reinhard, gue pun akhirnya menyusul Arnold yang sudah lebih dulu sampai di sana.

Sesampainya di parkiran Club, gue melihat ada mobil Arnold dan Reinhard yang terparkir di sana. Dan Reinhard sudah menunggu.

" Lo lama banget Cio, gue sampai hampir ketiduran di mobil karena nungguin lo."

Gue hanya melihat Reinhard yang mengeluh.

" Lo tau Cio, ternyata Silviana malam ini membawa teman teman nya. Padahal sudah lama sekali gue meminta nya untuk mengenalkan gue ke salah satu teman nya."

" Terserah lo deh, dimana Arnold?"

" Sebentar lagi dia kemari, karena gue udah menghubungi nya tadi agar menjemput kita disini."

" Kenapa gak langsung masuk aja?"

" Lo kira ini Club biasa yang sering kita datangi? Akan susah menemukan Arnold didalam. Dan lagi, mereka ada di Room Platinum, tak sembarang orang bisa masuk kesana."

" Apa masalah nya? Itu hanya Platinum Room? Bahkan kita sering memakai ruang VVIP di club yang kita datangi."

" Ini Paradise Abercio, semenjak pergantian pemilik tempat ini, VIP dan VVIP room hanya di gunakan untuk kepentingan bisnis dunia belakang. Gue mengetahui nya dari papa gue. Bahkan dia berpesan sama gue agar tidak mendekati Ruangan Golden Room keatas. Dan kau tau siapa pemilik tempat ini? Itu Celine, siswa baru di sekolah kita. Tepatnya Adik Damian Remos. Ketos resek itu."

Tiba tiba Arnold datang.

" Hey, sorry gue terlambat. Kalian tau, gue susah menemukan jalan keluar."

Mereka pun memasuki club tersebut, tetapi Arnold lupa dimana ruangannya, hasilnya kami harus bertanya pada salah satu pelayan disini. Setelah bertanya mereka diantar ke salah satu orang berbaju hitam di sana.

" Oh, apakah kalian teman nona Line. Mari saya antar kan keruangan nya."

Siapa nona Line? Ah, mungkin itu nama teman Silviana. Benar saja apa yang dikatakan Reinhard, penjagaan di sana berbeda dengan ruangan lain nya. Didepan pintu itu terdapat bodyguard berbadan tegap. Setelah masuk, Silviana mengenalkan kami pada teman teman nya. Dan hey, kenapa ada seorang bocah disini?

" Percayalah Cio, jangan sampai dia melihat lo menatapnya seperti itu, dan mengatakan dia seorang bocah. Atau dia akan menghajar lo. Dia adalah Crystaline, siswi baru disekolah kita, dia masuk seminggu yang lalu. Dia bahkan berani melawan Celine. Dia dari Indonesia, menurut mereka di sana, tinggi badan Crystal sudah termasuk tinggi."

Gue kaget mendengar Arnold berbicara seperti itu. Dia memang seperti bocah disini, dan ternyata dia adalah orang Indonesia, padahal wajah nya bule banget. Setelah Arnold mengenalkan kami pada mereka, gue lihat Crystal hanya fokus pada minumannya, dan apa apaan dia ini. Kenapa dia minum terlalu banyak, apakah dia tak takut mabuk?

" Hey, Crystal, bukan kah lo minum terlalu banyak? Berhentilah, atau lo akan mabuk."

Tiba tiba dia melihat ke arah gue dengan tatapan yang sangat dingin. Kenapa dia menatap gue seperti itu? Dan hey, bahkan dia tau siapa gue. Dan kenapa dengan sikap nya yang cuek itu?

" Biarkan saja Cio, Crystal punya ketahanan tinggi terhadap alkohol. Dia tak akan mabuk meski minum beberapa botol, gue juga cukup kaget sih ngeliat dia minum beberapa botol dan masih baik baik aja sampai sekarang." Ucap Silviana.

Setelah beberapa jam kami di sana, kami memutuskan untuk pulang. Tapi sebelum itu, Silviana memaksa kami untuk bertukar nomor Hp. Gue lihat Crystal sangat ogah ogahan. Pada akhirnya dia menyerah. Dan gue mendapatkan nomor nya.

Awalnya gue berniat untuk mengantarkan nya pulang, tetapi dia bersikeras untuk pulang sendiri. Akhirnya gue mengikutinya dari belakang, tapi gue kehilangan jejaknya akibat mobil didepan gue yang menghalangi jalan, gue sangat kesal. Akhirnya gue memutuskan untuk menghubunginya setelah sampai dirumah.

Setelah sampai dirumah gue langsung menghubungi nya, dan memastikan kalau dia sudah sampai dirumah dengan aman. Gue akan beristirahat sekarang.

****

Sudah seminggu berlalu sejak pertemuan gue dengan Crystal, dan seminggu ini, gue sering menghubungi nya. Tapi dia jarang sekali merespon. Bahkan jika gue telfon, dia sering kali berada diluar dan berbincang dengan orang menggunakan bahasa asing. Bahkan sampai sekarang gue tak tahu siapa Crystal, dimana dia tinggal atau sebagainya.

Ketika gue bertanya pada Silvi, dia juga mengatakan hal yang sama. Crystal terlalu misterius dan sulit ditebak. Silvi bahkan pernah mengatakan bahwa Crystal sering kali susah untuk dihubungi.

Hari ini gue sudah berjanji akan makan siang diluar dengan Arnold dan Reinhard, ternyata Reinhard jadian dengan Marissa teman Silviana dan Crystal. Setelah bercerita tentang Reinhard akhirnya mereka berfokus pada gue.

" Cio, bagaimana dengan Crystal?"

" Dia cukup sulit, bahkan sering kali mengacuhkan gue. Gue sudah kehabisan akal untuk mendekatinya."

" Percayalah Cio, jika lo gak bergerak, bisa jadi Crystal akan diambil orang. Kemarin gue melihatnya dijemput oleh seorang lelaki, dan dia cukup tampan. Kata Silvi, lelaki itu sering menjemputnya pulang sekolah."

" Siapa dia?"

" Entahlah, bahkan Silvi menduga itu cowok yang sedang mendekatinya. Karena setau Silvi, Crystal tak memiliki pacar."

" Gue gak mengerti, banyak hal yang aneh tentang Crystal. Tapi gue gak tau apa itu."

" Lupakan tentang hal aneh, bagaimana? Apa lo butuh bantuan kami? Marissa bilang, nanti malam Crystal akan memesan tempat di Restauran Paradise untuk makan malam."

" Kok bisa? Padahal keluarga gue memesan tempat dari seminggu yang lalu tapi belum bisa."

" Gue gak tau. Setidaknya kita bisa makan disana."

" Inilah salah satu hal yang aneh menurut gue, seakan Crystal memiliki akses untuk berkeliaran di Paradise."

Setelah mereka sepakat untuk berkumpul di Restauran nanti malam, Gue memutuskan untuk pulang dan bersiap. Ketika sampai dirumah, papa tiba tiba memanggil gue.

" Abercio, papa perlu bicara dengan kamu. Temui papa diruang kerja."

****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!