Calix Arbalest

 Jovelyn kembali ke ruangan Exion, di sana dia diberi beberapa pengetahuan tambahan mengenai sihir kegelapan. Berulang kali Exion memperingatkan Jovelyn untuk berhati-hati supaya tidak ketahuan pihak gereja dan pihak kekaisaran. Menara sihir tidak terlalu ikut campur urusan yang menimpa istana kekaisaran sehingga Exion bisa menyimpan rahasia Jovelyn dengan sangat baik.

“Oke, aku paham, sekarang aku kembali dulu dan aku akan balik lagi ke sini kalau ada hal yang perlu ditanyakan,” ucap Jovelyn beralih bangkit dari tempatnya duduk sekaligus pamit pulang ke kediaman Arcduke Evgeniy.

“Aku akan mengantarkanmu ke luar.”

Exion memandu jalan Jovelyn, mereka sempat menceritakan hal-hal menarik sepanjang jalan menuju ke luar. Para penyihir memusatkan pandangan mereka pada Exion yang selalu tersenyum ketika berbincang dengan Jovelyn. Sejujurnya ekspresi Exion kala itu terasa asing bagi mereka sebab selama ini Exion tidak pernah menunjukkan senyum lembut kepada selain Jovelyn.

“Mungkinkah Tuan Exion menyukai Nona Jovelyn? Bagaimana pun aku melihatnya, aku tidak terbiasa sama sekali.”

“Ini juga pertama kalinya aku melihat Tuan tersenyum ramah kepada orang lain, terlebih lagi itu Nona Jovelyn tunangan Putra Mahkota. Mungkinkah menurut kalian Tuan akan merebut Nona Jovelyn dari Putra Mahkota?”

“Aku tidak keberatan kalau memang Tuan harus merebut Nona Jovelyn dari tangan Putra Mahkota, tapi yang jadi masalah utamanya bukan itu. Apabila Tuan ingin menikahi Nona Jovelyn, beliau juga harus berhadapan dengan tiga orang Duke serta Pangeran Jeremy. Mereka berempat sangat melindungi Nona Jovelyn dari orang luar.”

Para penyihir sibuk menggosipkan kedekatan Jovelyn dengan Exion, tidak sedikit di antara mereka diam-diam menyetujui hubungan di antara keduanya. Jovelyn sadar bahwa saat ini dia menjadi bahan pembicaraan para penyihir dan dia tidak keberatan akan hal tersebut. Jovelyn pun melayangkan sebuah senyum manis kepada para penyihir. Mereka semua terpana melihat senyum Jovelyn, bahkan mereka menilai tidak ada senyum seindah senyum milik Jovelyn.

“Hei, apa yang sedang kalian bicarakan?”

Seorang pria berambut putih mengagetkan para penyihir yang sedang bergosip, netra cokelat mudanya menatap dingin para penyihir. Setengah wajahnya ditutupi masker, kehadirannya sungguh mendatangkan ketakutan di antara penyihir menara.

“Grand Duke, kami sedang berbicara tentang kedekatan Nona Jovelyn dengan Tuan Exion,” jawab salah seorang penyihir.

Ya, benar, pria itu adalah Grand Duke Calix Arbalest, semua orang di kekaisaran ini mengenal Calix sebagai penyihir jenis yang setingkat dengan Exion. Calix langsung mengalihkan pandangannya pada Jovelyn, ada sesuatu yang berbeda dia lihat dari gadis berambut perak kebiruan itu.

“Nona Jovelyn? Jadi, dia anak Arcduke Evgeniy yang dirumorkan mengidap gangguan jiwa,” gumam Calix memindai tubuh Jovelyn dari atas sampai bawah.

Ketika Jovelyn dan Exion sampai di depan pintu menara, tiba-tiba saja Calix muncul di tengah-tengah mereka. Tangan kekar Calix melingkar di pinggul Jovelyn, Exion dengan cepat menarik Jovelyn dari rengkuhan Calix.

“Apa yang sedang kau lakukan, Calix? Beraninya kau menyentuh Jovelyn!” murka Exion.

Calix tertunduk diam, dia membeku setelah mencium aroma wangi dari tubuh Jovelyn. Baru kali ini dirinya menemukan seseorang yang beraroma wangi manis dan segar. Terlebih lagi Jovelyn adalah anak dari bangsawan ternama di Kekaisaran Valenta.

‘Aromanya wangi, segar, dan menenangkan, berbeda dengan aroma busuk yang setiap hari aku cium dari orang-orang yang berada di kekaisaran terutama para bangsawan serta keluarga kekaisaran. Mereka mempunyai aroma busuk yang menyengat akibat sifat mereka yang buruk dan penuh kelicikan. Tetapi, gadis ini … dia seperti terbebas dari keburukan para manusia sialan ini, mungkinkah aku bisa …,’ batin Calix.

Calix mengangkat kepalanya, dia menatap lekat Jovelyn, tapi Exion tidak membiarkannya mendekati Jovelyn. Sementara itu, Jovelyn memandang bingung Calix sembari menggali memorinya dan mencari nama Calix di dalamnya.

‘Calix? Apakah dia Grand Duke Calix Arbalest? Seorang bangsawan tingkat tinggi yang tidak pernah ikut campur urusan kekaisaran dan selalu hidup tersembunyi dari keramaian.’

Calix maju tiga langkah lebih dekat dengan Exion dan Jovelyn, tubuh mereka berdua sama-sama tinggi sehingga membuat Jovelyn seperti sedang terjepit dua orang raksasa.

“Namamu Jovelyn, ‘kan? Aku tidak perlu lagi memperkenalkan namaku karena kau sendiri pasti sudah tahu siapa aku. Sekarang aku ingin bertanya, apa kau mau menjadi teman tidurku? Mungkin saja aku bisa tidur kalau kau—”

“Keterlaluan!” Exion memukul wajah Calix sebelum pria itu menyelesaikan kalimatnya. “Maksudmu apa menjadi teman tidur? Kau mau meniduri Jovelyn yang masih berusia tujuh belas tahun?! Jangan pernah meminta Jovelyn menjadi teman tidurmu, bila kau butuh teman tidur maka biarkan aku yang menemanimu.”

“Tapi aku tidak berminat pada pria, justru sebaliknya, aku lebih suka bilang seorang wanita cantik seperti Nona Jovelyn bersedia menjadi teman tidurku.”

Calix melepas maskernya dan menampakkan wajah tampannya secara keseluruhan, jemari Calix bergerak menyentuh ujung rambut Jovelyn. Dia pun mencium ujung rambut Jovelyn, dia terlihat menikmati aroma manis dari tubuh Jovelyn.

“Hei, aku harap kau tidak melewati batas.” Exion mencekal pergelangan tangan Calix, baru kali ini dia merasa begitu marah hanya karena seorang wanita.

Jovelyn menghembuskan napas kasar, siapa sangka dua pria itu akan bertengkar hanya karena masalah sepele. Jovelyn menengahi perdebatan di antara keduanya, dia berdiri di tengah mereka untuk menghentikan mereka agar tidak berseteru lebih jauh lagi.

“Berhentilah! Jangan membuatku pusing dengan pertengkaran kalian.” Akhirnya mereka berdua terpaksa berhenti, Jovelyn mendorong Exion lebih jauh dari Calix. “Kenapa kalian berdua meributkan hal sepele? Aku mau pulang dan aku tidak punya waktu lagi untuk meladeni kalian. Paham itu?”

Ekspresi wajah mereka melunak, sepertinya karena mereka takut akan dimarahi oleh Jovelyn.

“Jadi bagaimana dengan permintaanku? Apa kau mau menjadi teman tidurku?” Sekali lagi Calix menanyakan hal yang sama, dia membutuhkan kepastian dari Jovelyn.

“Kenapa kau bersikeras supaya aku menjadi teman tidurmu? Tidak bisakah kau meminta wanita lain saja yang menjadi teman tidurmu? Aku yakin banyak wanita yang mengantri untuk menjadi seseorang yang lebih dekat denganmu. Jangan sia-siakan wajah tampanmu, carilah wanita yang lebih cantik dariku,” kata Jovelyn.

Calix memalingkan wajahnya dari Jovelyn, sekilas gadis itu menyadari kalau Calix terlihat tidak suka oleh jawaban Jovelyn.

“Memangnya ada wanita yang lebih cantik darimu? Bahkan seorang saintess sekali pun tidak mampu menyaingimu. Dan lagi aku tidak bisa berbaur dengan orang lain karena aku bisa mencium bau kebusukan dan keserakahan dari orang lain,” ujar Calix.

“Hah? Maksudmu apa? Lalu bagaimana denganku? Apa kau tidak mencium aroma apa pun dariku?”

Calix melangkah mendekati Jovelyn, dia mengendus-endus aroma tubuh Jovelyn, berapa kali pun dia memastikannya tidak ada aroma busuk dari Jovelyn.

“Aromamu manis, segar, dan menenangkan, kenapa ada manusia yang mempunyai aroma seperti demikian? Siapa kau sebenarnya? Apa kau bukan manusia?”

Terpopuler

Comments

nacho

nacho

🤣🤣🤣

2024-11-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!