Kembali ke Kediaman

"Apa yang kau katakan? Gadis gila itu akan kembali ke kediaman ini? Apakah kau tidak salah membaca suratnya?"

Kala itu Mogens – Arcduke Evgeniy atau Pamannya Jovelyn tampak terperangah ketika sekretarisnya melaporkan bahwa isi surat Jeremy mengatakan kalau Jovelyn akan pulang ke mansion hari ini. Tentu saja berita ini menjadi serangan kejut baginya sebab keberadaan Jovelyn menjadi ancaman serius untuk posisinya sebagai Arcduke. Mogens mendapatkan posisi ini susah payah, tapi bila Jovelyn masih hidup maka dia akan kehilangan posisi tersebut cepat atau lambat.

"Saya tidak salah, Yang Mulia, ini adalah surat dari Pangeran Jeremy dan sekarang seisi ibu kota heboh karena beredarnya rumor jika Nona Jovelyn sedang bersama Pangeran Jeremy seusai kabar tentang pembunuhan itu menyebar ke penjuru kekaisaran," jelas Sigmund – sekretaris Mogens.

"Apabila gadis itu kembali lagi ke sini, maka aku harus bertindak lebih cepat untuk melenyapkannya supaya dia tidak menjadi penghalang besar bagiku," ujar Mogens.

Pada saat bersamaan, seorang wanita yang terlihat mirip dengan Olivia masuk ke dalam ruangan Mogens. Dia bergegas menghampiri Mogens, tampaknya ada sesuatu yang ingin dia bicarakan dengan Mogens.

"Sayang, apa benar Jovelyn akan kembali ke kediaman ini?" tanya Catriona – Arcduchess Evgeniy.

Catriona nampak gelisah, dia tidak sudi bila kemegahan dan kekayaan yang sedang dia dinikmati berakhir karena adanya Jovelyn. Catriona juga tidak mau kalau Olivia gagal menjadi Permaisuri dan anak laki-lakinya gagal menjadi penerus Arcduke Evgeniy.

"Ya, itu benar, Pangeran Jeremy sendiri yang akan mengantarnya kemari, jadi aku harap kau bisa menjaga sikap di hadapan Pangeran. Meskipun Pangeran Jeremy bukanlah seorang Putra Mahkota, tapi pengaruhnya di Valenta tidak perlu dipertanyakan lagi," jelas Mogens melanjutkan kembali pekerjaannya.

"Bagaimana kau bisa konsentrasi bekerja ketika gadis itu akan balik lagi ke mansion ini? Seharusnya kau harus memikirkan cara bagaimana menyingkirkan gadis itu nanti. Dia tidak boleh dibiarkan hidup, aku takut posisi anak-anak kita dirampas olehnya. Walaupun dia tidak pandai sihir dan seni pedang, aku tetap saja cemas."

Mogens menghela napas panjang, dia menjeda sejenak pekerjaannya untuk menjawab kegelisahan sang istri. Dia juga merasakan hal yang sama sebelumnya, hanya saja segala rasa itu berhasil dia tangani dengan baik.

"Awalnya aku juga cemas memikirkannya, tapi coba kau renungi sekali lagi, di mansion ini dia tidak punya tempat berlindung. Jovelyn tidak lebih dari sekedar gadis bodoh yang mengantarkan nyawanya ke sini, aku bisa saja membunuhnya kapan pun, jadi kau tidak perlu khawatirkan masalah itu. Kita dapat membunuhnya jika kita mau," tutur Mogens menenangkan hati Catriona.

"Betulkah? Syukurlah kalau seperti itu." Catriona bisa lebih santai sekarang, beban pikirannya seketika lenyap.

Selepas itu, seorang kesatria mengetuk pintu masuk dan mengabari kalau kereta kuda yang dinaiki Jovelyn telah sampai di depan gerbang. Lekas saja Mogens dan Catriona keluar dari ruangan untuk menyambut kedatangan Jeremy yang mengantarkan Jovelyn. Akan tetapi, mereka terperanjat kaget sebab selain Jeremy, ternyata tiga orang berpengaruh lainnya juga ikut mengantarkan Jovelyn.

"Duke Crowley, Duke Severino, dan Duke Vallois, mengapa mereka bisa datang kemari? Apakah tidak ada disebutkan di dalam surat?" bisik Catriona ke Mogens.

"Tidak ada, aku juga baru mengetahuinya kalau mereka juga datang, tampaknya mereka juga berada di istana kediaman Pangeran Jeremy untuk menemani Jovelyn," balas Mogens berbisik balik.

Olivia baru saja datang, dia langsung berdiri di sisi kedua orang tuanya, dia mengamati kedatangan Jeremy, Lexen, Helio, dan Xenof. Namun, saat itu belum ada yang melihat Jovelyn, tapi tidak ada yang mempedulikannya. Mogens pun bergerak maju, dia memberi salam kepada Jeremy sekaligus menyambut ketiga Duke berpengaruh di Valenta.

Mogens maupun Catriona dan Olivia tampak sangat berhati-hati dalam berucap, mereka tahu seberapa gilanya empat swordmaster terhebat di Valenta. Jikalau ada orang yang menyinggung mereka, maka siap-siap saja untuk kehilangan kepala.

"Selamat datang, Yang Mulia Pangeran beserta Duke Crowley, Duke Severino, dan Duke Vallois," ujar Mogens membungkukkan badannya.

"Sepertinya Anda sedang diselimuti perasaan bahagia ya, Arcduke? Apakah kebahagiaan itu karena Anda mendapat kabar kepulangan Jovelyn?" tanya Jeremy disertai irama bicara yang terdengar sarkas.

"Saya sangat lega seusai mendengar Jovelyn selamat dari percobaan pembunuhan itu, meskipun dia sedang mengidap gangguan jiwa, saya tidak pernah menolak keberadaannya. Jadi, saya dengan senang hati menyambut kepulangan keponakan saya satu-satunya."

Mereka berempat mual mendengar kebohongan yang dimainkan Mogens, tanpa Mogens sadari, mereka sudah mengetahui dengan baik bagaimana perlakuan Mogens bersama istri dan anaknya terhadap Jovelyn. Mogens hanya baik kepada Jovelyn di hadapan mereka saja, bila di belakang mereka maka topeng kepalsuan tersebut terbuka seketika.

"Baguslah, kami kemari datang mengantarkan Jovelyn, dia juga bilang kalau dirinya rindu kepada kalian."

Lexen mengulurkan tangannya, dari dalam kereta Jovelyn menerima uluran tangan dari Lexen. Jovelyn tersenyum tipis, dia tampak indah dengan gaun pendek berwarna lilac bermotif kupu-kupu. Seluruh pandangan tertuju pada Jovelyn, penghuni kediaman Arcduke Evgeniy tertegun melihat gadis itu dengan dandanan yang tidak biasa. Bahkan Olivia dibuat tak bisa berkata-kata, dia tidak menyangka jika Jovelyn selama ini menyembunyikan tubuh sebagus itu dari pandangan luar.

"Paman, Bibi, dan Olivia, lama tidak berjumpa. Saya harap Anda semua sehat selama saya tinggalkan," tutur Jovelyn bertingkah berpura-pura lembut dan polos.

"Jovelyn, sepertinya ada yang berubah darimu. Mengapa seorang gadis bangsawan sepertimu mengenakan gaun di atas lutut? Apakah kau tidak khawatir penilaian orang kepadamu?" cecar Olivia dengan tampang sinis.

"Benarkah? Aku pikir orang lain akan menyukainya, termasuk Putra Mahkota. Aku sudah merenung selama beberapa waktu ini, mungkin alasan Putra Mahkota berselingkuh dariku adalah karena penampilanku. Sekarang aku sudah berubah, jadi aku harap Putra Mahkota bisa menyukaiku," ucap Jovelyn.

Olivia dan Catriona terlihat terkejut, mereka tidak percaya setelah semua yang terjadi, Jovelyn masih mau memperjuangkan Putra Mahkota agar terus bersamanya. Mereka berdua salah besar, mereka lupa kalau Jovelyn telah buta dengan cintanya terhadap Putra Mahkota.

"Apa kau lupa dengan apa yang terakhir kali terjadi antara aku dan Putra Mahkota? Kenapa kau masih berani mengharapkan Putra Mahkota? Aku ini wanita yang dicintai Putra Mahkota dan beliau bahkan tidak sudi untuk menyentuhmu," balas Olivia kian memanas.

"Tidak apa-apa, Olivia, aku akan menjadi Permaisuri Valenta dan kau nanti bisa menjadi selir Putra Mahkota. Bukankah itu cukup? Aku tidak marah padamu, aku juga sadar kalau alasan Putra Mahkota berselingkuh adalah bagian dari kesalahanku."

Sepanjang perdebatan dengan Olivia, Jovelyn tiada henti menyerangnya dengan wajah nan polos sehingga orang-orang akan menganggap jika kata-kata yang dilontarkan Jovelyn murni dari kebodohannya sendiri.

"Kau—"

"Cukup, Olivia! Jovelyn baru saja datang, jadi kau jangan membuatnya berdebat denganmu. Jovelyn butuh istirahat seusai semua yang dia hadapi," tegas Mogens.

Terpopuler

Comments

nacho

nacho

😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘

2024-11-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!