Mogens lekas bergerak pergi menemui keempat pria yang datang tiba-tiba tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Biasanya Mogens akan menolak siapa pun yang berkunjung tanpa mengabarinya, tapi situasi saat ini tidak bisa membuatnya menolak kunjungan tersebut. Begitu Mogens menginjakkan kaki di ambang pintu ruang tamu, suasana di sana terasa sedikit mencekam. Aura kemarahan meledak-ledak di diri keempat pria tampan yang senantiasa berada di pihak Jovelyn selama ini.
“Anda sudah datang Arcduke? Saya pikir, saya perlu mendapatkan penjelasan tentang masalah ini.”
Jeremy langsung menembak Mogens dengan penekanan kata-kata diselimuti kemarahan tiada batas. Mogens berpikir bahwa mungkin saja dia akan mati detik itu juga akibat tekanan dari keempat pria itu. Bagaimana Mogens mengatasi situasinya? Tampak mustahil bagi Mogens membuat kebohongan tentang persoalan terkait Jovelyn.
“Yang Mulia, saya tidak tahu dari mana Anda mendengar desas-desus soal Jovelyn, tapi di sini Jovelyn diperlakukan dengan baik. Anda tidak perlu khawatir soal itu,” tutur Mogens sembari menunjukkan senyum kaku.
Lagi-lagi Mogens berbohong, meski sebelumnya dia berpikir untuk tidak berbohong, tapi tampaknya rasa takutnya menelan dirinya hingga mendorong dia berbohong pada Jeremy. Tanpa Mogens sadari, sekarang dia sedang menggali lubang kuburnya sendiri.
“Anda berbohong?” Xenof akhirnya angkat suara, dia yang selama ini selalu diam dan tidak pernah melibatkan diri di dalam pembicaraan kini menampakkan taringnya ke hadapan Mogens.
“Tidak, mana mungkin saya berbohong, Jovelyn sungguh diperlakukan dengan baik di sini dan tidak ada orang yang bersikap lancang padanya. Saya bertanggung jawab penuh terhadap hidup keponakan saya semenjak Adik saya meninggal.”
Akan tetapi, meski telah berbohong, Mogens tidak dapat meredakan kemarahan mereka. Sekarang mereka berempat menekan diri agar tidak menghancurkan kediaman Arcduke Evgeniy.
“Jangan coba untuk berbohong! Saya tahu Anda menempatkan Jovelyn di paviliun bekas gudang penyimpanan. Bahkan seorang pelayan saja mendapatkan tempat tinggal jauh lebih baik dari Jovelyn, tapi bagaimana Anda bisa begitu tega terhadap Jovelyn?!” serang Lexen tak kuasa menekan kemarahannya lagi.
“Paviliun yang digunakan Nona Olivia saat ini adalah paviliun milik Jovelyn yang dihadiahkan secara khusus oleh kedua orang tuanya. Bagaimana kalian bisa merampas semua yang seharusnya menjadi milik Jovelyn? Tidak hanya tunangan, bahkan posisi ahli waris hingga seluruh harta kekayaan keluarga Arcduke Evgeniy kalian ambil dari Jovelyn. Aku tidak akan bersikap sopan lagi pada kalian, sudah cukup bagiku selama ini membiarkan Jovelyn menderita.”
Helio sebagai pria yang paling memperhatikan tata bahasa dan tata krama menjadi kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Xenof yang duduk di samping Helio juga sedang meradang, mereka adalah orang-orang yang sangat menghormati kedua orang tua Jovelyn. Hidup mereka saat ini merupakan campur tangan dari Arcduke sebelumnya.
“Ini adalah masalah serius, tapi semua orang bertingkah bahwa ini hanyalah masalah sepele antar keluarga. Pandangan orang lain terhadap Jovelyn kian memburuk semenjak isu tentang kegilaannya setelah melukai pelayan di istana Putra Mahkota. Jovelyn ialah gadis yang memiliki senyum paling polos, namun kalian malah menghancurkan semuanya. Sekarang katakan padaku, bagaimana cara untuk menghukum kalian, baj*ngan?!”
Xenof akhirnya meledak, atmosfer sekitar ruangan menjadi lebih berat, netra hazelnya dipenuhi keinginan membunuh nan kuat. Perlahan dinding kokoh di ruang tamu menimbulkan retakan, sebentar lagi ruangan itu akan runtuh jika mereka tidak menahan kemarahan Xenof.
“Xenof, berhentilah! Apabila kau terus seperti ini, kau akan meruntuhkan tempat tinggal Jovelyn,” ucap Jeremy berhasil meredakan kemarahan Xenof.
“Ini pertama kalinya Xenof berbicara panjang lebar kepada orang lain, sama seperti Helio dan Xenof, aku juga takkan menunjukkan rasa hormatku terhadap Arcduke. Kau membiarkan Jovelyn-ku yang manis dan cantik menderita, bila aku tidak memikirkan kondisi Jovelyn maka aku sudah lama membunuhmu,” gertak Lexen marah.
Mogens tidak bergeming, dia tidak sanggup menangani kemarahan dari keempat swordmaster terhormat di Valenta. Mogens juga tidak mungkin melayangkan perintah penyerangan terhadap keempat lelaki itu. Saat ini Mogens benar-benar dihadapkan oleh masalah yang sukar dia atasi sendirian. Meskipun sekarang posisinya sebagai Arcduke Evgeniy, tapi itu masih belum cukup sebab dia tidaklah sehebat Adiknya yang sudah meninggal.
“Anda tidak menjawabnya, Arcduke? Di sini saya masih menaruh sikap hormat terhadap Anda tapi sepertinya Anda masih tidak mau menceritakan yang sebenarnya? Anda membuat saya muak. Sekarang saya sendiri yang akan pergi memeriksa kebenarannya,” ujar Jeremy disertai ekspresi dingin.
“I-itu … Yang Mulia, t-tidak! Anda tidak boleh pergi memeriksanya, biar saya saja yang memanggil Jovelyn kemari.” Mogens melarang Jeremy untuk pergi menemui Jovelyn, dia ketakutan sekali sesaat Jeremy berkata akan memeriksa kebenaran di balik persoalan ini.
Tetapi, Jeremy tidak menggubrisnya, dia mengajak ketiga Duke untuk pergi dengannya memeriksa paviliun kediaman Jovelyn. Mogens ditahan oleh sejumlah kesatria yang dibawa Jeremy, dia tidak diberi kesempatan untuk mencegah langkah mereka.
***
Pada waktu bersamaan, Jovelyn sedang menikmati waktu santainya bersama Venika di dalam kamar. Jovelyn berhasil mengacaukan situasi kediaman Arcduke Evgeniy, dia sengaja menyebarluaskan berita bunuh diri supaya meruntuhkan reputasi baik yang susah payah dipertahankan Mogens.
“Jovelyn, tidakkah kau terlihat sangat santai? Seharusnya kau langsung saja membunuh mereka menggunakan pedangmu. Kau punya kekuatan untuk melakukannya dan kau tidak perlu repot-repot begini hingga menahan segala penghinaan yang diarahkan padamu.”
Venika merasa sangat geram, sedari tadi dia selalu mengocehkan hal yang sama, dia tidak suka Jovelyn bergerak secara lambat.
“Ada kalanya aku harus memperlambat langkahku lalu memanipulasi seluruh situasi yang ada. Aku takkan membunuh mereka secara langsung, aku akan membuat mereka mati perlahan di dalam penghinaan. Untuk saat ini, mari kita manfaatkan saja orang-orang yang bersimpati terhadap tubuh ini.”
Jovelyn mengukir senyum penuh kelicikan di bibirnya, Venika sesaat merasa merinding mendengar suara dan menyaksikan ekspresi Jovelyn. Venika tidak bisa mencegah Jovelyn, wanita yang sedang dia didik sekarang adalah seorang iblis yang mungkin saja dapat menghancurkan dunia ini.
“Lalu apa yang kau lakukan sekarang? Kau sudah menyebar rumor buruk soal kediaman ini,” tanya Venika.
“Tunggu saja, sebentar lagi mereka akan datang. Empat orang pria tampan dan kuat yang selalu melindungi tubuh ini.”
Beberapa menit berselang, tepat seperti apa yang dikatakan Jovelyn bahwa ada empat pria yang akan datang menemuinya. Kala itu Xenof mendobrak pintu masuk kamar Jovelyn, mereka menemukan Jovelyn tengah duduk di sofa sambil membaca buku. Jovelyn menoleh ke arah kemunculan mereka berempat. Sontak Jovelyn bangkit dari posisinya, dia lekas menghampiri mereka yang dikuasai kemarahan.
“Itu … mengapa Anda semua bisa ada di sini? Apakah ada yang bis—”
“Dasar bodoh!” sergah Xenof dengan irama napas tak beraturan. “Mengapa kau membiarkan hal ini terjadi padamu? Kau adalah anak sah dari Arcduke sebelumnya, tapi kenapa kau ditempatkan di paviliun yang kumuh seperti ini? Apakah kau tidak sanggup melawan mereka? Mengapa kau tidak meminta tolong padaku? Aku bisa saja membiarkanmu tinggal di mansionku dan memberimu pelayanan terbaik.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Shenaylin..😌😌
😜😘💕💕💕
2022-12-13
1
Liara sharina
.
2022-10-01
1