Mogens dengan cepat menghentikan perdebatan Olivia dan Jovelyn, dia khawatir Jeremy dan yang lain melampiaskan kemarahan mereka kepadanya. Olivia yang mendapat teguran pun langsung beranjak pergi sembari menghentakkan kaki karena dia sangat kesal terhadap Jovelyn. Sekilas ekspresi Jovelyn berubah, senyum liciknya perlahan terukir dari bibir tipis nan menggoda itu. Namun, Jovelyn mengubah kembali ekspresinya, perubahan ekspresi yang ditunjukkannya terlalu cepat dan sulit ditangkap penglihatan.
Tanpa disadari Jovelyn, keempat pria yang mengantarnya pulang memandang aneh padanya, ini pertama kalinya mereka menyaksikan Jovelyn membuat Olivia terdiam dengan beberapa kata. Bahkan para pekerja mansion dan Catriona menyadari bahwa ada yang berbeda dari diri Jovelyn setelah insiden percobaan pembunuhan terjadi.
'Mogens mempunyai warna rambut yang sama denganku, ini sudah menjadi ciri khas keturunan Evgeniy, sedangkan Catriona dia mirip dengan Olivia. Entah bagaimana caranya leluhurku bisa tahan dengan perlakuan biadab mereka. Tetapi, yang jelas karena aku yang berada di tubuh ini, maka jangan salahkan aku membuat mereka menderita berkali-kali lipat,' batin Jovelyn.
Kemudian Mogens menyuruh keempat pria yang mengantar Jovelyn untuk masuk, tapi mereka menolaknya karena masih ada beberapa pekerjaan yang hendak mereka lakukan.
"Jovelyn, kami pulang dulu." Helio mengusap kepala Jovelyn, mereka benar-benar memperlakukan Jovelyn dengan baik.
"Kalau orang-orang itu bersikap kurang ajar padamu, langsung adukan kepada kami," bisik Lexen.
Jovelyn mengangguk sumringah. "Baiklah, terima kasih sudah mengantar saya kembali ke kediaman ini."
"Oh iya, Jovelyn, masalah dalang di balik pembunuh bayaran yang nyaris membunuhmu beberapa waktu lalu, aku akan segera melakukan penyelidikan. Jadi, jangan khawatir, kau tidak perlu melakukan apa pun," tutur Jeremy seraya mengarahkan tatapan tajam kepada Mogens.
Selepas itu, mereka pun pergi dari kediaman Arcduke Evgeniy dan Jovelyn dituntun ke paviliun terpencil dari kediaman utama. Paviliun tersebut terlihat kumuh dan tidak layak ditempati, bangunannya banyak yang rapuh lalu paviliun itu dulunya dipakai sebagai tempat penyimpanan barang-barang yang tidak lagi digunakan.
"Ini kamar Anda mulai sekarang karena kamar Anda yang lama sudah diambil alih oleh Nona Olivia," ketus si pelayan yang mengantar Jovelyn, dia mendorong tubuh Jovelyn untuk masuk ke kamar dengan kasar dan muka sinis.
Pelayan itu pun pergi meninggalkan Jovelyn, tapi tanpa dia sadari, Jovelyn sudah menandai mukanya. Jovelyn diam bukan berarti dia sudi diperlakukan dengan kasar, di otaknya sedang berjalan sebuah gambaran kematian untuk pelayan tersebut.
"Beraninya seorang budak memperlakukan Tuannya dengan semena-mena." Jovelyn pun menaruh barangnya di samping tempat tidur. "Itu bukan masalah besar, aku akan membuat perhitungan dengan pelayan itu nanti. Sekarang masalah utamanya bukan itu, aku baru menemukan beberapa hal janggal antara masa lalu dan masa depan."
Jovelyn menyingkap jendela lebar-lebar, matanya mengedar mengamati pemandangan suram di sekitar paviliun.
"Aku masih bertanya-tanya, tidak mungkin aku salah ingat, nama Jeremy, Lexen, Helio, dan Xenof tidak ada di catatan sejarah kekaisaran. Jejak keberadaan mereka seolah dihapus dari sejarah, padahal pada masa ini mereka adalah orang yang paling berpengaruh dalam penaklukkan tembok iblis. Mungkinkah pihak gereja ada hubungannya dengan ini semua?"
Jovelyn bersama pikiran rumitnya terus berseteru, berbagai kejanggalan kian dia rasakan dan dugaan-dugaan baru menghantui alam pikirnya.
"Leluhurku dituduh sebagai pengkhianat karena melakukan percobaan pembunuhan terhadap saintess dan dituduh sebagai dalang pemberontakan di Kekaisaran Valenta. Hal itulah yang menyebabkan kekaisaran lain ikut murka kepada leluhurku. Saintess adalah satu-satunya eksistensi suci yang muncul setelah sekian lama dunia ini terbentuk. Wajar saja bila kekaisaran lain ikut murk ajika saintess yang mereka puja nyaris dibunuh oleh orang lain.
Akan tetapi, bukan itu poin pentingnya, memangnya masalah apa yang membuat leluhurku ingin membunuh saintess? Ataukah ini semacam konspirasi yang diciptakan pihak gereja untuk menjebak leluhurku? Tidak banyak catatan sejarah yang ditinggalkan soal ini, aku harus bergerak sendiri untuk mencari tahu jawaban di balik kejanggalan ini."
***
Pada malam hari di lokasi tempat di mana Jovelyn dahulunya disekap, tampak sejumlah orang berjubah dengan lambang menara sihir sedang mengamati mansion yang terbakar habis. Mereka terlihat sedang melakukan semacam penyelidikan terhadap apa yang sudah menimpa Jovelyn.
"Apa kalian menemukan sesuatu?" Seorang lelaki berambut hijau panjang datang dari arah berlawanan, netra hijau emerald miliknya mengedari lokasi kejadian.
"Mohon maaf, Tuan, kami tidak menemukan apa pun, bahkan tidak ada jejak keberadaan orang lain selain Nona Jovelyn di sini. Lalu kami menemukan tulang belulang yang telah tercerai berai, sepertinya sebelum pembunuh itu mati, tubuh mereka sempat dimutilasi," jelas seorang penyihir.
"Aneh sekali … bagaimana dengan para pelayan dan kesatria yang berada di mansion ini? Bukankah Putra Mahkota telah mempekerjakan mereka untuk mengawasi Nona Jovelyn?"
Bawahan dari pria itu menggeleng pelan. "Tidak ada sisa-sisa tubuh mereka di mansion ini, bahkan tidak ada jejak mereka kabur dari mansion. Kemungkinan besar sebelum penyerangan pembunuh itu terjadi, seluruh pelayan dan kesatria sudah lebih dulu dilenyapkan."
Kemudian pria itu berjongkok dan jemarinya menyentuh tanah, dia mencoba memastikan lagi kejadian yang sebenarnya terjadi di mansion ini. Dia tidak merasakan tanda-tanda keberadaan orang lain selain para pembunuh dan Jovelyn. Perlahan dia mulai meragukan keaslian cerita yang disuguhkan Jovelyn kepada Jeremy.
"Mengapa Tuan Exion datang langsung ke lokasi kejadian? Biasanya beliau tidak pernah mau merepotkan diri untuk mengurus masalah yang seperti ini."
"Ini karena masalahnya berkaitan dengan Nona Jovelyn, apa kalian tidak pernah mendengar kalau Tuan Exion dekat dengan Arcduchess sebelumnya? Aku juga baru dengar dulu Tuan Exion diselamatkan dari tembok iblis lalu dibawa ke menara sihir oleh Arcduchess Evgeniy. Itulah alasan mengapa Tuan Exion bisa dekat dengan Ibu Nona Jovelyn."
Exion Henderick, dia adalah seorang penyihir hebat pada masa ini, dia juga merupakan seorang pemimpin di menara sihir utama Kekaisaran Valenta. Exion secara khusus turun ke lokasi kejadian untuk menyelidiki lebih lanjut perihal percobaan pembunuhan kepada Jovelyn, sekaligus dia diminta menyelidiki perihal seseorang berjubah putih yang dikabarkan menyelamatkan Jovelyn dari ancaman serius.
'Tidak ada jejak keberadaan orang lain selain para pembunuh dan juga Jovelyn, selain itu pada saat kejadian juga tidak ada tanda-tanda keberadaan pelayan maupun kesatria. Sudah aku duga, ada sesuatu yang tidak beres di balik cerita Jovelyn. Apabila asumsiku benar, maka Jovelyn adalah …." Exion menyunggingkan senyum, dia seperti sedang mendapatkan harta karun berharga.
Exion pun bangkit dari posisi jongkok. "Baiklah, aku sudah tahu siapa orang berjubah putih yang dimaksud Jovelyn. Haruskah aku menemuinya secara langsung? Hahaha."
Para bawahan Exion menatap aneh, mereka tidak paham apa yang membuat Exion tertawa begitu kencang. Selepas itu, Exion pun beranjak pergi dari lokasi kejadian, dia menggunakan sihir teleportasi dengan tujuan ingin mengunjungi Jovelyn.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Shenaylin..😌😌
semangat thorr 🤗😘 up 🙏🤣😘
2022-12-13
1