Udara sekitar berubah berat, manik biru permata itu berapi-api ketika Jovelyn melayangkan sebuah gertakan serius. Pandangan mereka berempat tak mengerjap sesaat Jovelyn mengancam sembari menodongkan pedang. Terlebih lagi, pedang yang digunakan Jovelyn kala itu tampak berbeda dari pedang yang biasa mereka temui. Selain itu, aura mencekik dari tubuh Jovelyn menarik perhatian mereka sebab auranya sekilas seperti asap hitam yang berbahaya.
“Hahaha, baiklah, justru ini semakin menarik.” Suara tawa Jeremy memecah ketegangan yang ada. “Kami akan membantumu, jadi jangan bersembunyi lagi di balik topengmu. Lebih baik melihatmu seperti ini karena dengan begini permainan akan bertambah panas. Siapa sangka jika gadis lemah di masa lalu menjadi iblis dalam waktu sekejap,” lanjutnya berucap.
Jovelyn menyunggingkan senyum sambil menyarungkan kembali pedangnya. “Itu bagus, jadi bolehkah aku berbicara informal mulai sekarang? Sejujurnya sangat merepotkan bagiku harus berbicara dengan bahasa formal,” ucap Jovelyn.
“Oke, tidak masalah, kau bisa memanggil nama kami tanpa embel-embel Tuan maupun Yang Mulia.”
Selepas itu, mereka mengakhiri pembicaraan yang teramat serius tersebut, kini mereka keluar dari kamar bersama-sama. Tetapi, sebelum pergi menemui Mogens, Xenof meruntuhkan paviliun rapuh tempat Jovelyn tingga beberapa hari ini. Berkat hal itu, Jovelyn ditempatkan oleh Mogens di Paviliun Glorry yaitu paviliun paling mewah di kediaman Arcduke Evgeniy.
Dahulu paviliun itu dibangun langsung oleh Ayah dan Ibu Jovelyn untuk hadiah ulang tahun Jovelyn yang ke tujuh belas tahun. Pada mulanya, paviliun yang masih kosong itu hendak diserahkan kepada Olivia, tapi karena masalah ini Mogens mau tidak mau harus memberikan paviliunnya pada Jovelyn. Tanpa mengotori tangannya, Jovelyn berhasil mendapatkan apa yang seharusnya dia dapatkan.
“Jovelyn, kau tidak bisa terus-terusan bersikap lembut seperti itu, kau harus menunjukkan taringmu kepada mereka,” ujar Venika didera kekesalan.
“Aku pikir apa yang kau katakan itu ada benarnya juga.” Jovelyn membuka jendela kamarnya dan angin pun berembus menerbangkan rambut perak kebiruan miliknya. “Mungkin memang sudah saatnya aku bertindak secara terbuka karena pada dasarnya tak ada satu pun orang yang menaruh simpati denganku. Setelah aku mengamati situasinya, aku dipaksa berbuat kasar dan aku juga dipaksa menampilkan sisi diriku yang sebenarnya.”
Venika mengangguk, dia juga berpendapat sama dengan Jovelyn, untuk di zaman seperti saat ini maka Jovelyn membutuhkan pengakuan dari kekuatannya.
“Jadi, Venika, apakah kau bisa mengajariku tentang sihir? Sejujurnya aku masih belum terlalu memahami cara kerja sihir itu sendiri. Aku perlu melatih diriku karena aku berfirasat bahwa musuhku jauh lebih kuat dari manusia biasa.”
“Maafkan aku, aku sendiri tidak mahir dalam menggunakan sihir, sedari dulu aku hanya piawai mengayunkan pedang di medan perang. Namun, kau masih punya kesempatan untuk belajar sihir, kau tinggal pergi saja ke menara sihir lalu meminta tolong kepada pria yang bernama Exion,” tutur Venika.
“Benar juga, aku akan mengunjunginya nanti. Sekarang aku perlu mempersiapkan diri karena ada surat tak terduga yang datang padaku.” Jovelyn melirik ke arah surat yang tertoreh lambang keluarga kekaisaran.
Di hari berikutnya, Jovelyn dibantu empat orang pelayan untuk berdandan, mereka membangunkan Jovelyn dengan kasar lalu menggosok kasar tubuh Jovelyn ketika mereka membantunya mandi. Jovelyn merasa muak dengan perlakuan kasar mereka, tapi Jovelyn terpaksa menahan diri sejenak.
“Tidak bisakah Anda berdiri dengan tenang? Kami jadi kesulitan memasangkan korset ke tubuh Anda,” omel seorang pelayan yang tengah mengaitkan korset.
Mereka sungguh bekerja dengan kasar, tidak hanya itu saja, mereka juga menusuk punggung Jovelyn menggunakan jarum. Mereka sama sekali tidak menghormati Tuan mereka dengan semestinya.
“Ck, kalian benar-benar membuatku muak.” Jovelyn berdecak marah, dia akhirnya menunjukkan sisi dirinya kepada keempat pelayan itu. “Sepertinya kalian lupa siapa Tuan kalian di sini, dasar pelayan rendahan!”
PLAKK
Jovelyn mendaratkan tamparan penuh emosi kepada salah seorang pelayan, sikap Jovelyn pun menjadi tanda tanya besar di benak para pelayan. Pasalnya, Jovelyn terlihat jauh berbeda dari dirinya yang sebelumnya. Jovelyn yang berdiri di hadapan mereka kini merupakan sosok wanita yang sulit mereka lawan. Tatapan intimidasi Jovelyn menggetarkan sekujur tubuh mereka, kaki mereka tak sanggup bergerak menjauhi Jovelyn.
“N-Nona … s-saya—”
“DIAM!” teriak Jovelyn. “Aku tidak mau mendengar suara kalian lagi, apakah kalian berpikir aku masih sama seperti dulu yang bisa kalian perlakukan seenaknya? Meskipun aku pernah berupaya bersikap tegas, tapi tak ada satu pun dari kalian yang mengindahkan perkataanku. Kalian menganggapku remeh karena aku bukanlah Nona yang berbakat seperti keluarga bangsawan lainnya.”
Jovelyn menarik pedangnya, dia mengarahkan pedang tersebut ke para pelayan yang bersimpun di hadapannya kini.
“Apakah kalian pernah berpikir untuk mati secepat ini? Aku bukan lagi Nona baik hati dan mengandalkan kata-kata semata demi mendisiplinkan sampah seperti kalian. Jadi, daripada keberadaan kalian di sini menyebabkan masalah bagiku, lebih baik kalian mati saja.”
Jovelyn mengancam dengan serius sembari tersenyum tak berdosa, bayangan kematian memancar jelas dari aura Jovelyn bahwa sebentar lagi keempat pelayan itu akan menemui ajalnya.
“Nona, tolong ampuni kami … saya memohon teramat sangat kepada Anda, Nona ….” Seorang pelayan tiba-tiba bersujud di bawah kaki Jovelyn, mereka telah melakukan kesalahan terbesar kepada Jovelyn.
“Kalian ingin pengampunan dariku? Jangan harap! Aku takkan mengampuni siapa pun yang membuatku marah.”
Jovelyn mengayunkan pedangnya, dia menebas leher keempat pelayan itu tanpa ragu atau pun tanpa rasa takut. Jovelyn tertawa, rasanya sungguh melegakan bila dia berhasil membunuh manusia yang berani mengusiknya. Kemudian Jovelyn menyalakan api hitam di tangannya dan membakar habis jasad keempat pelayan itu.
“Nah, aku sudah menyelesaikan keempat sampah ini, selanjutnya aku harus bersiap-siap sebelum baj*ngan itu datang.”
Jovelyn lekas memodifikasi sebuah gaun usang miliknya, dia akan menyulap gaun itu menjadi sebuah gaun pendek yang sederhana tapi tampak bagus bila dia kenakan. Tidak butuh waktu lama baginya, Jovelyn akhirnya berhasil membuat gaun usang itu menjadi cantik. Gaun pendek selutut disertai renda di sudut gaunnya dan warna merah muda nan lembut memberi efek keindahan yang luar biasa jika dilekatkan pada tubuhnya.
“Nona, harap keluar sekarang karena Yang Mulia Putra Mahkota telah tiba,” ujar seorang kesatria.
“Baiklah, aku akan keluar sekarang,” sahut Jovelyn.
Ya, yang datang hari ini ialah tunangannya yaitu Putra Mahkota dan surat yang datang kemarin merupakan surat pemberitahuan kedatangan Putra Mahkota yang dikirim dari istana. Jovelyn tampak bersemangat ingin menemui Putra Mahkota sebab dia perlu melihat langsung seperti apa wajah pria yang sudah membuat leluhurnya menderita.
‘Mari kita lihat, seberapa tampan dan hebatnya pria itu sampai membuat leluhurku sakit hati karena perselingkuhan yang dia perbuat. Aku takkan melepaskannya, jadi bersiaplah untuk mati, Putra Mahkota tersayang.’
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
nacho
😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘okkk
2024-11-05
0