Memulai Rencana

Aroma kamar Jovelyn dipenuhi bau anyir dari darah kedua mayat pelayan, dia bahkan belum menyingkirkan dua mayat tersebut dari kamarnya. Ini sudah berlalu sekitar dua jam, Jovelyn masih diam mengamati mayat yang tak lagi utuh itu. Sesekali Jovelyn mencoba memainkan sihir dari telapak tangannya, di saat percobaan yang ke sekian kalinya, akhirnya Jovelyn berhasil menyalakan sihir api hitam lalu menempelkan api itu ke mayat pelayan yang tadi dia bunuh. Alhasil, kedua jasad itu menjadi lenyap tidak bersisa.

"Jadi, begini cara kerjanya? Ini lebih rumit dari yang aku bayangkan."

Jovelyn bangkit dari posisinya sembari merenggangkan otot lengannya yang kaku, selepas itu pun Jovelyn melangkah pelan menuju rak buku tua di sudut ruangan. Jovelyn mengambil sebuah buku dengan sampul bergambar bintang berwarna hitam.

"Buku sihir?" Jovelyn membalikkan lembar demi lembar buku yang berisi berbagai jenis sihir yang dapat dipelajari. Jovelyn sesaat menyunggingkan senyumnya, dia mulai berpikir cara untuk menguasai seluruh sihir yang tertulis di buku itu dalam sekejap. "Tidak hanya sihir biasa, bahkan sihir kuno pun tertulis di sini. Selama ada buku ini maka aku dapat dengan mudah menguasai sihir lalu menghancurkan manusia jahanam yang berani mengusik hidupku."

Selama empat hari berturut-turut, satu persatu pekerja mansion tempat Jovelyn dikurung menghilang tanpa jejak. Semua itu disebabkan karena Jovelyn membunuh mereka dan menjadikan mereka sebagai kelinci percobaan dari setiap sihir yang baru saja dia pelajari. Kondisi mansion mengalami banyak kerusakan parah, untung saja lokasi sekitar mansion tidak ramai penduduk sehingga tak ada orang yang menyadari kejanggalan di mansion itu.

"Ngomong-ngomong, kenapa bisa ada pedang di kamarku? Sejak awal aku mempertanyakannya, dan lagi pedangnya serupa dengan pedang yang digunakan untuk mengeksekusiku."

Jovelyn menggenggam sebilah pedang bergagang hitam, Jovelyn mengingat detail pedang itu yang digunakan untuk mengeksekusinya. Entah atas dasar alasan apa sampai akhirnya pedangnya datang ke masa yang sama dengan dirinya.

Kemudian tatkala Jovelyn tengah bergumam sendirian, tiba-tiba saja Jovelyn merasakan kehadiran orang lain dari luar kamar. Sontak Jovelyn mengarahkan pandangan ke pintu kamar, perlahan sudut bibirnya terangkat.

BRAKKK

Seketika pintu kamar Jovelyn didobrak seseorang hingga rusak, rupanya kala itu Jovelyn didatangi oleh sepuluh orang lelaki berjubah hitam dan bertopeng putih. Mereka terperanjat kaget menemukan Jovelyn sedang duduk bersilang kaki di sebuah kursi kayu seraya memandang seringai ke arah kedatangan mereka.

"Halo, apakah kalian datang kemari untuk membunuhku?" Suara Jovelyn terdengar dingin dan mencekam, sekilas mereka melihat adanya asap hitam berkumpul di sekitar Jovelyn dan menghilang begitu saja ketika mereka mengedipkan mata.

"Ada apa dengan wanita itu? Kenapa dia terlihat lebih menakutkan dari yang dikatakan oleh Nona Olivia?"

"Benar, kakiku seolah mati rasa dan menolak untuk mendekat ke sana, bagaimana cara kita membunuhnya? Dia—"

"Diam! Kita harus segera menyelesaikan misi pembunuhan ini. Bukankah Nona Olivia mengatakan kepada kita kalau wanita itu tidak punya kemampuan berpedang atau pun sihir? Jangan termakanan rasa takut yang tidak jelas datangnya dari mana."

Tanpa berlama-lama lagi, para pembunuh itu langsung menerjang ke arah Jovelyn, tapi sesaat mereka mengepung Jovelyn, gadis itu menghilang dari jangkauan pandangan mereka. Sepuluh pasang mata pembunuh itu mengedar ke sekeliling ruangan mencari keberadaan Jovelyn.

"Apakah kalian ingin menebas kepalaku ataukah ingin menikam jantungku? Tetapi, sayangnya kalian yang lebih dulu aku tebas!"

Jovelyn datang dari arah yang tak disangka-sangka dan langsung mengayunkan pedangnya hingga dia berhasil menebas setengah dari pembunuh tersebut dalam waktu singkat serta hanya menggunakan dua kali ayunan pedang saja. Lima orang pembunuh yang tersisa terlihat kaget menyaksikan kebrutalan Jovelyn saat mengayunkan pedang.

'Apakah Nona Olivia membohongi kami? Dia bilang gadis ini sangat lemah tapi apa yang aku lihat sekarang tidak seperti itu sama sekali. Dia menebas rekanku selayaknya pembunuh handal lalu ekspresinya sangat menggangguku sedari tadi.'

Jovelyn mempunyai tatapan tajam dan senyum maut mematikan, dia akan selalu seperti ini ketika berhasil membunuh orang lain. Piyama putih yang dia kenakan kini dipenuhi noda darah, muka mulus nan menawan itu juga terkena cipratan darah.

"Kenapa kalian diam saja? Ayo sini, bukannya kalian mau membunuhku? Aku tahu, kalian adalah pembunuh bayaran suruhan Olivia. Jadi, cepatlah! Aku tidak ingin berlama-lama berurusan dengan manusia busuk seperti kalian."

Jovelyn menantang mereka untuk maju bersama dibarengi nada bicara yang meremehkan, kelima pembunuh yang tersisa pun tersulut emosi dan mereka tanpa berpikir panjang langsung menyerang Jovelyn.

"Jangan angkuh! Kami adalah pembunuh bayaran terbaik, jadi jangan menganggap remeh kemampuan kami!"

Begitulah yang mereka katakan, mereka berbangga diri berkata bahwa mereka merupakan pembunuh bayaran terbaik. Namun, sayangnya Jovelyn tidak merasa takut atau pun terancam, dia malah semakin beringas. Satu persatu dari mereka berlima berhasil ditebas habis oleh Jovelyn tanpa menunjukkan rasa ampun.

"Untungnya dia hanya menebas tanganku, jadi aku masih punya kesempatan untuk kabur. Aku tidak boleh mati di sini, aku harus melaporkan yang aku lihat sek—"

Salah satu pembunuh yang masih bernapas berencana melarikan diri, tapi ujung pedang Jovelyn sudah lebih dulu melintang di depan lehernya.

"Kau mau kabur? Jangan harap! Aku tidak pernah membiarkan satu pun lalat yang mengusikku pergi dengan tenang." Jovelyn mengangkat tinggi-tinggi pedangnya lalu menjatuhkan sisi tajam pedang itu tepat ke leher si pembunuh.

Jovelyn menyeka sisa-sisa darah yang memercik ke permukaan kulit wajah, dia selalu terlihat puas sesaat dirinya membunuh banyak orang. Lalu Jovelyn menjatuhkan diri ke atas kursi, sekali lagi senyum miring terbit di bibir tipis merah muda itu.

"Sudah saatnya aku kembali ke ibu kota, mari jalankan rencana yang sudah aku rancang dari beberapa hari yang lalu."

***

Di kediaman Arcduke Evgeniy tengah ramai didatangi para bangsawan karena malam ini Olivia Evgeniy sedang merayakan pesta kedewasaan. Olivia merupakan Kakak sepupu Jovelyn yang berselingkuh dengan Putra Mahkota. Mereka mengadakan pesta meriah seperti saat ini seolah mereka tidak sadar bahwasanya mereka sedang menempati posisi yang seharusnya menjadi milik Jovelyn.

Kemudian di taman mansion, tampak seorang pria tampan bersurai pirang disertai manik merah sedang berdiri sambil menikmati wine dan menghadap ke kolam air mancur. Tidak dapat dipungkiri lagi, mansion Arcduke Evgeniy merupakan mansion termegah di Kekaisaran Valenta sekaligus mansion yang mempunyai keindahan tiada tara.

"Yang Mulia, kenapa Anda tidak masuk? Ada banyak gadis bangsawan yang menunggu Anda di dalam." Seorang kesatria datang menegur pria tersebut dan bertanya alasannya tidak masuk ke aula pesta.

"Aku tidak suka melihat mereka, aku datang kemari karena aku butuh informasi mengenai kondisi Jovelyn saat ini. Apakah kau tidak mendengar apa pun akhir-akhir ini?" tanya Jeremy – Pangeran Kedua dari Kekaisaran Valenta.

"Sayangnya saya tidak berhasil mendapat informasi apa pun soal keberadaan Nona Jovelyn, sepertinya Putra Mahkota menyembunyikan tunangannya dengan baik seusai memperlakukan Nona Jovelyn seperti orang gila yang selalu mengemis cinta padanya."

Sementara itu di balik semak-semak, Jovelyn mengamati Jeremy sedari tadi, dia saat ini mengenakan gaun sobek di atas lutut dengan belahan dada rendah sehingga siapa saja dapat melihat dengan jelas betapa menggodanya buah dada Jovelyn.

'Dia adalah Pangeran Kedua, satu-satunya keluarga kekaisaran yang membela pemilik tubuh ini ketika hendak dikurung oleh Putra Mahkota. Dia merupakan targetku yang pertama, aku harus memanfaatkan momen ini sebaik mungkin.'

Jovelyn melukai sedikit keningnya lalu tangan hingga telapak kakinya, tidak lupa juga dirinya merobek bagian lengan gaunnya. Setelah itu, dia mengacak sedikit rambut perak kebiruan itu dan langsung melompat keluar dari semak-semak lalu melaju cepat ke arah Jeremy. Tanpa memikirkan rasa malu, Jovelyn menghambur ke pelukan Jeremy. Tergurat raut terkejut sesaat Jeremy mendapati seorang wanita mendekapnya.

"Yang Mulia, tolong saya … saya mohon …."

Terpopuler

Comments

Liara sharina

Liara sharina

lakonan yang bagus

2022-10-01

1

『Minecraft』

『Minecraft』

mending kata "pula" dihapus. agak gak enak aja bacanya. menurutku

2022-08-23

2

『Minecraft』

『Minecraft』

car akita= cara kita

2022-08-23

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!