19. Masih tentang Jodoh

Alena POV

“Aa…!” teriak Teh Iyah memanggil kakakku.

Aku yakin Teh Iyah akan memarahi A Endra karena tidak diberitahu perihal aku yang sudah memiliki calon suami. Jangankan punya calon suami, pria yang mendekati saja tidak ada. Aku jadi ingin tertawa melihat kepanikan kakak iparku.

“Aa……”

Teh Iyah kembali berteriak memanggil kakakku.

“Teteh…gak usah teriak-teriak manggil A Endra. Aa juga belum tahu kok.”

“Kamu itu gimana sih, Len? Ada calon suami kok gak bilang-bilang sama kami.”

“Lena kan bilang kalau calon suami itu pasti ada tapi Lena belum meneruskan perkataan Lena. Jodoh sudah pasti Allah siapkan buat Lena tapi sampai sekarang Lena belum dipertemukan sama jodoh Lena. Lena juga gak tau kapan Lena bakalan ketemu sama jodohnya Lena,” jelasku.

“Ih, Lena.” Teh Iyah mencubit pipiku dengan sedikit keras.

“Kamu itu bikin Teteh jantungan aja sih.”

“Ah Teteh mah lebay. Masa sampai jantungan segala.”

“Ya kan Teteh khawatir kalau rencana Teteh gagal.”

“Rencana apa, Teh?”

“Nyomblangin kamu sama adik Teteh,” jawab Teh Iyah mantap.

Tuh kan, aku yakin kalau Teh Iyah mau menjodohkan aku dengan mamang kesayangan Aras dan Aris.

“Dasar buah gak jatuh jauh dari pohonnya.”

“Memang buah gak jatuh jauh-jauh dari pohonnya Len. Semua orang juga tahu.”

“Ish… ibu sama anak sama aja,” desisku.

“Kenapa? Aras dan Aris juga mau ngenalin kamu sama mamang mereka?”

Aku mengangguk.

“Kamu mau gak?”

“Kenal saja tidak,” jawabku kesal.

“Kan nanti Teteh kenalkan. Dia masih belum lulus kuliah tapi kalau masalah penghasilan, dia sudah sangat mapan.”

Teh Iyah mulai mempromosikan ‘dagangannya’.

“What?… Belum lulus kuliah? Ish, Teteh mah tega jodohin Lena sama brondong. Lena gak mau punya suami yang jauh lebih muda dari Lena.”

“Kalau umur sih sepertinya kalian seumuran. Umur kamu 28 tahun kan? Kalau gak salah Atep juga umurnya sekitar 27 atau 28 tahun. Kalaupun dia lebih muda, tapi gak jauh banget lah sama umur kamu.”

Eh, barusan Teh Iyah bilang kalau nama adik angkatnya itu Atep. Tadi Aras dan Aris juga bilang kalau nama mamang mereka itu Atep. Kenapa sih nama itu terus mengganggu ketentraman hidupku?

Di kampus aku dipusingkan oleh mahasiswa bernama Atep, eh... di rumah juga aku dibuat kesal sama mamang Aras dan Aris yang bernama Atep juga. Ya Tuhan, bisakah Engkau jauhkan orang-orang yang bernama Atep itu dari hidupku?

“Kalau masalah umur mah gak jadi masalah, Len. Kalian seumur lah,” jelas Teh Iyah.

“Kok bisa sih umur segitu belum lulus kuliah?” tanyaku penasaran.

“Atep itu memang terlambat kuliah tapi bukan karena dia bodoh atau malas. Dia sudah mulai kerja part-time dari semenjak SMA. Setelah lulus SMA tidak langsung kuliah. Dia mengumpulkan sendiri uang untuk biaya kuliah karena dia tidak mau meminta uang sama ibunya padahal Mak Isah sangat mampu untuk menyekolahkan dia di universitas swasta terbaik sekalipun.”

“Kok bisa dia jadi adik angkatnya Teteh?”

“Ayah dan ibu Atep sudah lama bekerja pada keluarga Teh Iyah. Ayahnya Atep bekerja jadi sekertaris sekaligus asisten ayah Teteh, tapi ayahnya meninggal dalam kecelakaan pesawat yang juga merengut nyawa kedua orangtuanya Teteh.”

“Innalilahi. Maaf, Teh. Lena gak tau.”

“Gak apa-apa, Len. Kejadiannya sudah sangat lama. Mereka meninggal saat Teteh masih remaja.”

Aku bisa merasakan kesedihan Teh Iyah yang ditinggal kedua orangtua saat masih remaja. Aku tidak bisa membayangkan kalau abah dan ibu meninggalkanku saat aku remaja.

“Nah, ibunya Atep ini juga kerja pada keluarga kami. Ibunya Atep bantu ibu Teteh ngurus Teteh dan adik Teteh. Jadi Ibunya Atep sudah seperti ibunya Teteh juga. Sewaktu Teteh pergi dari Aa juga, ditemani sama ibunya Atep.”

“Oh…”

Aku masih belum mampu menanggapi cerita Teh Iyah.

“Atep itu sudah seperti adik Teteh sendiri. Rasa sayang Teteh sama Atep hampir sama seperti rasa sayangnya Teteh sama adik kandung Teteh. Begitupun sama ibunya Atep. Teteh menyayangi beliau seperti ibu kandung Teteh sendiri. Jadi kalau ada yang menyakiti Atep, Teteh tidak akan tinggal diam.”

Aku masih terpekur mendengarkan Teh Iyah. Aku masih belum mendapatkan kejelasan arah dari cerita Teh Iyah ini menuju kemana.

“Maksud Teteh cerita seperti ini adalah supaya kamu lebih mengenal sosok Atep. Tolong jangan anggap status dia lebih rendah daripada kamu.”

Aku terkesiap mendengar perkataan Teh Iyah. Aku dididik oleh abah dan ibu untuk tidak melihat seseorang dari status sosialnya. Abah dan ibu selalu berkata pada kami kedua anaknya untuk melihat seseorang itu dari ketakwaan dan akhlaknya.

“Abah dan ibu tidak pernah mengajarkan Aa dan juga Lena untuk memandang seseorang dari status sosialnya,” jawabku.

“Teteh tau kalau kamu orang yang sangat baik. Teteh juga yakin kalau ajaran abah dan ibu pasti baik. Teteh juga yakin kalau kalian tidak akan pernah memandang seseorang dari status sosialnya. Namun, Teteh percaya kalau mencari jodoh itu harus sekufu.”

“Lena paham, Teh.”

Aku mengangguk tanda kalau aku setuju dengan pendapat Teh Iyah.

“Mungkin kamu pernah mendengar kisah sahabat Nabi yang bercerai karena tidak sekufu. Zainab Binti Jahsy yang berasal dari kalangan bangsawan menikah dengan Zaid Bin Haritsah, mantan budak dan anak angkatnya Rasulullah. Awalnya Zainab menolak pinangan dari Zaid, tapi karena tidak ada alasan syar’i untuk menolak Zaid, maka Zainab saat itu menerima lamaran Zaid hingga akhirnya mereka menikah. Namun, perbedaan status sosial mereka ternyata menjadi salah satu alasan mereka tidak cocok dan akhirnya bercerai.

Aku mendengarkan penjelasan Teh Iyah dengan khidmat.

“Memang Rasul juga merupakan laki-laki dengan kekayaan biasa ketika menikah dengan Khadijah yang kaya raya. Tetapi Khadijah menyerahkan semua kekayaannya untuk dikelola oleh Baginda Rasul sehingga perbedaan status sosial diantara mereka tidak menjadi masalah. Berbeda kasus dengan kisah Zainab dan Zaid, karena tidak sekufu dan juga memang takdir hingga akhirnya mereka bercerai.”

Teh Iyah mengusap bahuku lembut.

“Maksudnya, Teteh ingin meyakinkan diri apakah Teteh bisa meneruskan rencana untuk mencoba menjodohkan kamu dengan adik Teteh atau tidak. Sekarang Teteh mau bertanya sama Lena. Apakah sikap Lena akan seperti Khadijah atau Zainab?”

“Hah…?" aku terperangah mendengar pertanyaan dari Teh Iyah.

“Teteh bukannya ingin menyalahkan sikap Zainab karena memang hal tersebut tidak juga salah dan tidak bisa dipaksakan. Kita semua tahu kadar ketakwaan Zainab pun tidak sembarangan. Hanya saja… kamu paham kan maksud Teteh? Perbedaan Zainab dan Zaid memang sangat kentara. Zainab adalah putri bangsawan sedangkan Zaid adalah mantan seorang budak. Perbedaan kelas sosial itu menjadi masalah dalam pernikahan mereka.”

Teh Iyah menatapku.

“Maksud Teteh, perbedaan kamu sama Atep itu tidak terlalu jauh seperti halnya Zainab dan Zaid. Atep berpendidikan tinggi walaupun sekarang belum lulus kuliah. Keluarga Atep juga keluarga yang baik walaupun jika dibandingkan dengan keluarga Lena memang tidak sebanding.”

“Teh, Demi Allah, Lena tidak memandang seseorang dari status sosialnya. Lena memilih calon imam Lena berdasarkan agamanya, bukan karena tampang, pendidikan, kekayaan ataupun status sosialnya. Kalau agama dia baik maka Lena akan ikhlas menerima dia sebagai imamnya Lena.”

“Alhamdulillah… Kalau kamu punya prinsip seperti itu, Teteh sangat bersyukur. Teteh berani menjamin, Insya Allah, Atep adalah seorang laki-laki yang memegang teguh ajaran agama. Teteh melihat dia sehari-hari dari sejak dia masih anak-anak. Selama Teteh tinggal bersama dengan Atep, Teteh melihat dia tidak pernah absen untuk salat subuh berjamaah ke masjid.”

“Tapi kan Lena belum pernah ketemu sama adik angkatnya Teh Iyah.”

“Nanti Teteh pertemukan.”

“Andaikata, kalau setelah kami berkenalan dan merasa kalau kami tidak cocok, boleh kan kalau Lena menolak untuk meneruskannya?” tanyaku hati-hati karena tidak ingin menyinggung perasaan Teh Iyah.

“Lena sayang, Teteh bukan orang yang picik. Teteh hanya ingin berikhtiar untuk memperkenalkan kalian berdua. Siapa tahu kalian memang berjodoh.”

“Baiklah, Lena mau deh kenalan sama dia. Hanya sebatas berkenalan saja ya, Teh.”

“Iyalah. Kan kalau tak kenal maka taaruf,” kekeh Teh Iyah.

************

to be continued....

Episodes
1 1. Prolog
2 2. Namaku Alena
3 3. Pertemuan Pertama
4 4. Lelaki Bernama Atep
5 5. Menyebalkan
6 6. Heboh
7 7. Bimbingan
8 8. Emosi
9 9. Musibah
10 10. Emosi Lagi
11 11. Protes
12 12. Bersyukur
13 13. Sebuah Tawaran
14 14. Love is Blind
15 15. Membantu
16 16. Jadi Om
17 17. Promosi
18 18. Jodoh
19 19. Masih tentang Jodoh
20 20. Sakit
21 21. Mengantar
22 22. Membantu
23 23. Masih Sakit
24 24. Makan Berdua
25 25. Makan Bersama Lagi
26 26. Bermalam
27 27. Keluarga
28 28. Bertemu Lagi
29 29. Lulus
30 30. Rasa yang Hadir
31 31. Orang yang Sama
32 32. Banyak Dukungan
33 33. Undangan Makan
34 34. Cafe
35 35. Resah
36 36. Kencan?
37 37. Menyerah
38 38. Gelisah
39 39. Kakak Adik
40 40. Kumpul Keluarga
41 41. Kabar Bahagia
42 42. Berdebar
43 43. Akhirnya
44 44. Kita Jalani
45 45. Devil
46 46. Latihan
47 47. Kenal
48 48. Cerita
49 49. Pengakuan
50 50. Aaaargh...
51 51. Di Taman Kompek
52 52. Latihan Jadi Orangtua
53 53. Bermain Bersama
54 54. Bergandengan Tangan
55 55. Genggaman Tangan
56 56. Mengejar Cinta
57 57. Ungkapan Cinta
58 58. Mimpi Indah
59 59. Sweet Devil
60 60. Siap
61 61. Datang?
62 62. Perempuan Lain
63 63. Dia Cintaku
64 64. Dia Cintaku 2
65 65. Kamu Suka Aku?
66 66. Suka Atau Tidak Suka?
67 67. Satu Bulan
68 68. Yakin
69 69. Cinta Pandangan Pertama
70 70. Alena dan Sadiyah
71 71. Kejutan
72 72. Ciuman Pertama?
73 73. Lemparan Vas
74 74. Kembar
75 75. Hilang
76 76. Diculik?
77 77. Melapor
78 78. Mengurus Bayi
79 79. Keyakinan
80 80. Menunda
81 81. Berdamai dengan Kesedihan
82 82. Membantu
83 83. Berdebat
Episodes

Updated 83 Episodes

1
1. Prolog
2
2. Namaku Alena
3
3. Pertemuan Pertama
4
4. Lelaki Bernama Atep
5
5. Menyebalkan
6
6. Heboh
7
7. Bimbingan
8
8. Emosi
9
9. Musibah
10
10. Emosi Lagi
11
11. Protes
12
12. Bersyukur
13
13. Sebuah Tawaran
14
14. Love is Blind
15
15. Membantu
16
16. Jadi Om
17
17. Promosi
18
18. Jodoh
19
19. Masih tentang Jodoh
20
20. Sakit
21
21. Mengantar
22
22. Membantu
23
23. Masih Sakit
24
24. Makan Berdua
25
25. Makan Bersama Lagi
26
26. Bermalam
27
27. Keluarga
28
28. Bertemu Lagi
29
29. Lulus
30
30. Rasa yang Hadir
31
31. Orang yang Sama
32
32. Banyak Dukungan
33
33. Undangan Makan
34
34. Cafe
35
35. Resah
36
36. Kencan?
37
37. Menyerah
38
38. Gelisah
39
39. Kakak Adik
40
40. Kumpul Keluarga
41
41. Kabar Bahagia
42
42. Berdebar
43
43. Akhirnya
44
44. Kita Jalani
45
45. Devil
46
46. Latihan
47
47. Kenal
48
48. Cerita
49
49. Pengakuan
50
50. Aaaargh...
51
51. Di Taman Kompek
52
52. Latihan Jadi Orangtua
53
53. Bermain Bersama
54
54. Bergandengan Tangan
55
55. Genggaman Tangan
56
56. Mengejar Cinta
57
57. Ungkapan Cinta
58
58. Mimpi Indah
59
59. Sweet Devil
60
60. Siap
61
61. Datang?
62
62. Perempuan Lain
63
63. Dia Cintaku
64
64. Dia Cintaku 2
65
65. Kamu Suka Aku?
66
66. Suka Atau Tidak Suka?
67
67. Satu Bulan
68
68. Yakin
69
69. Cinta Pandangan Pertama
70
70. Alena dan Sadiyah
71
71. Kejutan
72
72. Ciuman Pertama?
73
73. Lemparan Vas
74
74. Kembar
75
75. Hilang
76
76. Diculik?
77
77. Melapor
78
78. Mengurus Bayi
79
79. Keyakinan
80
80. Menunda
81
81. Berdamai dengan Kesedihan
82
82. Membantu
83
83. Berdebat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!