Alena POV
“Aa…!” teriak Teh Iyah memanggil kakakku.
Aku yakin Teh Iyah akan memarahi A Endra karena tidak diberitahu perihal aku yang sudah memiliki calon suami. Jangankan punya calon suami, pria yang mendekati saja tidak ada. Aku jadi ingin tertawa melihat kepanikan kakak iparku.
“Aa……”
Teh Iyah kembali berteriak memanggil kakakku.
“Teteh…gak usah teriak-teriak manggil A Endra. Aa juga belum tahu kok.”
“Kamu itu gimana sih, Len? Ada calon suami kok gak bilang-bilang sama kami.”
“Lena kan bilang kalau calon suami itu pasti ada tapi Lena belum meneruskan perkataan Lena. Jodoh sudah pasti Allah siapkan buat Lena tapi sampai sekarang Lena belum dipertemukan sama jodoh Lena. Lena juga gak tau kapan Lena bakalan ketemu sama jodohnya Lena,” jelasku.
“Ih, Lena.” Teh Iyah mencubit pipiku dengan sedikit keras.
“Kamu itu bikin Teteh jantungan aja sih.”
“Ah Teteh mah lebay. Masa sampai jantungan segala.”
“Ya kan Teteh khawatir kalau rencana Teteh gagal.”
“Rencana apa, Teh?”
“Nyomblangin kamu sama adik Teteh,” jawab Teh Iyah mantap.
Tuh kan, aku yakin kalau Teh Iyah mau menjodohkan aku dengan mamang kesayangan Aras dan Aris.
“Dasar buah gak jatuh jauh dari pohonnya.”
“Memang buah gak jatuh jauh-jauh dari pohonnya Len. Semua orang juga tahu.”
“Ish… ibu sama anak sama aja,” desisku.
“Kenapa? Aras dan Aris juga mau ngenalin kamu sama mamang mereka?”
Aku mengangguk.
“Kamu mau gak?”
“Kenal saja tidak,” jawabku kesal.
“Kan nanti Teteh kenalkan. Dia masih belum lulus kuliah tapi kalau masalah penghasilan, dia sudah sangat mapan.”
Teh Iyah mulai mempromosikan ‘dagangannya’.
“What?… Belum lulus kuliah? Ish, Teteh mah tega jodohin Lena sama brondong. Lena gak mau punya suami yang jauh lebih muda dari Lena.”
“Kalau umur sih sepertinya kalian seumuran. Umur kamu 28 tahun kan? Kalau gak salah Atep juga umurnya sekitar 27 atau 28 tahun. Kalaupun dia lebih muda, tapi gak jauh banget lah sama umur kamu.”
Eh, barusan Teh Iyah bilang kalau nama adik angkatnya itu Atep. Tadi Aras dan Aris juga bilang kalau nama mamang mereka itu Atep. Kenapa sih nama itu terus mengganggu ketentraman hidupku?
Di kampus aku dipusingkan oleh mahasiswa bernama Atep, eh... di rumah juga aku dibuat kesal sama mamang Aras dan Aris yang bernama Atep juga. Ya Tuhan, bisakah Engkau jauhkan orang-orang yang bernama Atep itu dari hidupku?
“Kalau masalah umur mah gak jadi masalah, Len. Kalian seumur lah,” jelas Teh Iyah.
“Kok bisa sih umur segitu belum lulus kuliah?” tanyaku penasaran.
“Atep itu memang terlambat kuliah tapi bukan karena dia bodoh atau malas. Dia sudah mulai kerja part-time dari semenjak SMA. Setelah lulus SMA tidak langsung kuliah. Dia mengumpulkan sendiri uang untuk biaya kuliah karena dia tidak mau meminta uang sama ibunya padahal Mak Isah sangat mampu untuk menyekolahkan dia di universitas swasta terbaik sekalipun.”
“Kok bisa dia jadi adik angkatnya Teteh?”
“Ayah dan ibu Atep sudah lama bekerja pada keluarga Teh Iyah. Ayahnya Atep bekerja jadi sekertaris sekaligus asisten ayah Teteh, tapi ayahnya meninggal dalam kecelakaan pesawat yang juga merengut nyawa kedua orangtuanya Teteh.”
“Innalilahi. Maaf, Teh. Lena gak tau.”
“Gak apa-apa, Len. Kejadiannya sudah sangat lama. Mereka meninggal saat Teteh masih remaja.”
Aku bisa merasakan kesedihan Teh Iyah yang ditinggal kedua orangtua saat masih remaja. Aku tidak bisa membayangkan kalau abah dan ibu meninggalkanku saat aku remaja.
“Nah, ibunya Atep ini juga kerja pada keluarga kami. Ibunya Atep bantu ibu Teteh ngurus Teteh dan adik Teteh. Jadi Ibunya Atep sudah seperti ibunya Teteh juga. Sewaktu Teteh pergi dari Aa juga, ditemani sama ibunya Atep.”
“Oh…”
Aku masih belum mampu menanggapi cerita Teh Iyah.
“Atep itu sudah seperti adik Teteh sendiri. Rasa sayang Teteh sama Atep hampir sama seperti rasa sayangnya Teteh sama adik kandung Teteh. Begitupun sama ibunya Atep. Teteh menyayangi beliau seperti ibu kandung Teteh sendiri. Jadi kalau ada yang menyakiti Atep, Teteh tidak akan tinggal diam.”
Aku masih terpekur mendengarkan Teh Iyah. Aku masih belum mendapatkan kejelasan arah dari cerita Teh Iyah ini menuju kemana.
“Maksud Teteh cerita seperti ini adalah supaya kamu lebih mengenal sosok Atep. Tolong jangan anggap status dia lebih rendah daripada kamu.”
Aku terkesiap mendengar perkataan Teh Iyah. Aku dididik oleh abah dan ibu untuk tidak melihat seseorang dari status sosialnya. Abah dan ibu selalu berkata pada kami kedua anaknya untuk melihat seseorang itu dari ketakwaan dan akhlaknya.
“Abah dan ibu tidak pernah mengajarkan Aa dan juga Lena untuk memandang seseorang dari status sosialnya,” jawabku.
“Teteh tau kalau kamu orang yang sangat baik. Teteh juga yakin kalau ajaran abah dan ibu pasti baik. Teteh juga yakin kalau kalian tidak akan pernah memandang seseorang dari status sosialnya. Namun, Teteh percaya kalau mencari jodoh itu harus sekufu.”
“Lena paham, Teh.”
Aku mengangguk tanda kalau aku setuju dengan pendapat Teh Iyah.
“Mungkin kamu pernah mendengar kisah sahabat Nabi yang bercerai karena tidak sekufu. Zainab Binti Jahsy yang berasal dari kalangan bangsawan menikah dengan Zaid Bin Haritsah, mantan budak dan anak angkatnya Rasulullah. Awalnya Zainab menolak pinangan dari Zaid, tapi karena tidak ada alasan syar’i untuk menolak Zaid, maka Zainab saat itu menerima lamaran Zaid hingga akhirnya mereka menikah. Namun, perbedaan status sosial mereka ternyata menjadi salah satu alasan mereka tidak cocok dan akhirnya bercerai.
Aku mendengarkan penjelasan Teh Iyah dengan khidmat.
“Memang Rasul juga merupakan laki-laki dengan kekayaan biasa ketika menikah dengan Khadijah yang kaya raya. Tetapi Khadijah menyerahkan semua kekayaannya untuk dikelola oleh Baginda Rasul sehingga perbedaan status sosial diantara mereka tidak menjadi masalah. Berbeda kasus dengan kisah Zainab dan Zaid, karena tidak sekufu dan juga memang takdir hingga akhirnya mereka bercerai.”
Teh Iyah mengusap bahuku lembut.
“Maksudnya, Teteh ingin meyakinkan diri apakah Teteh bisa meneruskan rencana untuk mencoba menjodohkan kamu dengan adik Teteh atau tidak. Sekarang Teteh mau bertanya sama Lena. Apakah sikap Lena akan seperti Khadijah atau Zainab?”
“Hah…?" aku terperangah mendengar pertanyaan dari Teh Iyah.
“Teteh bukannya ingin menyalahkan sikap Zainab karena memang hal tersebut tidak juga salah dan tidak bisa dipaksakan. Kita semua tahu kadar ketakwaan Zainab pun tidak sembarangan. Hanya saja… kamu paham kan maksud Teteh? Perbedaan Zainab dan Zaid memang sangat kentara. Zainab adalah putri bangsawan sedangkan Zaid adalah mantan seorang budak. Perbedaan kelas sosial itu menjadi masalah dalam pernikahan mereka.”
Teh Iyah menatapku.
“Maksud Teteh, perbedaan kamu sama Atep itu tidak terlalu jauh seperti halnya Zainab dan Zaid. Atep berpendidikan tinggi walaupun sekarang belum lulus kuliah. Keluarga Atep juga keluarga yang baik walaupun jika dibandingkan dengan keluarga Lena memang tidak sebanding.”
“Teh, Demi Allah, Lena tidak memandang seseorang dari status sosialnya. Lena memilih calon imam Lena berdasarkan agamanya, bukan karena tampang, pendidikan, kekayaan ataupun status sosialnya. Kalau agama dia baik maka Lena akan ikhlas menerima dia sebagai imamnya Lena.”
“Alhamdulillah… Kalau kamu punya prinsip seperti itu, Teteh sangat bersyukur. Teteh berani menjamin, Insya Allah, Atep adalah seorang laki-laki yang memegang teguh ajaran agama. Teteh melihat dia sehari-hari dari sejak dia masih anak-anak. Selama Teteh tinggal bersama dengan Atep, Teteh melihat dia tidak pernah absen untuk salat subuh berjamaah ke masjid.”
“Tapi kan Lena belum pernah ketemu sama adik angkatnya Teh Iyah.”
“Nanti Teteh pertemukan.”
“Andaikata, kalau setelah kami berkenalan dan merasa kalau kami tidak cocok, boleh kan kalau Lena menolak untuk meneruskannya?” tanyaku hati-hati karena tidak ingin menyinggung perasaan Teh Iyah.
“Lena sayang, Teteh bukan orang yang picik. Teteh hanya ingin berikhtiar untuk memperkenalkan kalian berdua. Siapa tahu kalian memang berjodoh.”
“Baiklah, Lena mau deh kenalan sama dia. Hanya sebatas berkenalan saja ya, Teh.”
“Iyalah. Kan kalau tak kenal maka taaruf,” kekeh Teh Iyah.
************
to be continued....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments