Alena POV
Aku benar-benar lelah menghadapi si gondrong yang menyebalkan itu. Kemarin aku harus pulang dengan ojek online karena mobilku kehabisan bensin di parkiran kampus. Si gondrong nyebelin itu mengetahui kalau mobilku kehabisan bensin tapi dia tidak mau menolong untuk sekadar membelikan bensin ke pom bensin terdekat.
Setelah menghampiriku yang sedang kebingungan dengan mesin mobil yang tidak mau menyala, ia memeriksanya dan ternyata tidak ada masalah apapun dengan mesin mobilku. Bodohnya aku yang lupa untuk mengisi bensin setelah perjalanan pulang pergi Bandung Jakarta.
Setelah memberitahu bahwa mobilku hanya kehabisan bensin, dia langsung berlalu begitu saja. Seharusnya kan dia menawarkan bantuan untuk membelikan bensin, tetapi ia sama sekali dia tidak peduli. Aku berjanji dalam hati kalau aku tidak akan pernah mengharapkan bantuan apapun dari si gondrong nyebelin. Aku menyesal ada rasa di hati yang mengharapkan bantuan dia.
************
Aku bersyukur dalam minggu ini aku tidak pernah bertemu dengan manusia yang tidak ingin aku lihat itu. Sialnya, besok adalah jadwal bimbingan yang mengharuskan aku bertemu muka dengan si gondrong nyebelin.
Tadi pagi, satu pesan masuk ke aplikasi bertukar pesan milikku. Nomer yang tidak dikenal dengan foto profile yang tanpa wajah juga. Hanya ada pemandangan sawah yang membentang luas. Nama profilnya pun tidak memberikan petunjuk nama si pemilik akun.
Aku membaca pesannya. Dan ternyata pesan itu dari si gondrong nyebelin itu.
+62 818-9288-xxxx
Salam, Bu…
Saya Atep. Saya bermaksud untuk bimbingan dengan Ibu. Ibu ada waktu kapan? Kalau bisa waktu yang benar-benar luang, tidak seperti minggu sebelumnya dimana saya hanya diberi waktu 5 menit saja. Bagaimana Bu?
Benar-benar pesan yang tidak beretika sama sekali. Bagaimana bisa dia mengirimkan isi pesan seperti itu pada dosen pembimbingnya. Manusia menyebalkan itu benar-benar tidak menghormati aku sebagai dosen pembimbingnya.
Walaupun aku sangat kesal dengan isi pesannya, tapi aku tidak ingin memperlihatkan kemarahanku. Aku harus memiliki stok sabar yang banyak untuk menghadapinya.
Silahkan temui saya besok pagi jam 8 di ruangan saya.
Aku membalas pesan si gondrong nyebelin itu dengan singkat dan jelas. Dengan segera aku menamai akun si gondrong nyebelin itu dengan nama yang selama ini aku alamatkan padanya. Gondrong Nyebelin.
Bukan keinginan aku untuk menyimpan nomer baru. Jujur saja aku jarang menyimpan nomer telepon orang-orang yang memang tidak terlalu akrab atau jarang berhubungan denganku. Aku hanya menyimpan nomor keluarga, sahabat dan beberapa nomer telepon mahasiswaku, itupun karena mereka koordinator kelas untuk memudahkanku untuk memberikan info yang berkenaan dengan kelas yang aku ampu. Tidak ada mahasiswa bimbingan yang aku simpan nomer teleponnya kecuali nomor si gondrong nyebelin.
Aku menyimpan nomor telepon dia bukan karena dia kuanggap dekat atau akrab denganku. Aku menyimpannya dengan tujuan yang tidak terlalu baik. Aku menyimpannya agar aku tahu jika dia yang mengirimkan pesan, aku bisa mengantisipasi supaya tidak usah segera membalas pesannya karena jika aku tidak tahu pengirim pesannya, sebisa mungkin aku akan segera membaca dan membalasnya. Aku culas, kan? Tapi aku tidak peduli.
***********
Jam 7 pagi aku sudah berada di ruanganku. Aku tidak memiliki jadwal masuk kelas hari ini. Hari ini aku dedikasikan untuk mahasiswa bimbinganku. Jadwal pertamaku bersama si gondrong nyebelin itu. Aku harus memiliki energi yang masih full jika berhadapan dengan dia. Aku tidak bisa membayangkan jika harus berhadapan dengan manusia paling menyebalkan itu setelah energiku tinggal sedikit.
Tepat jam 8 pagi, seseorang yang mengetuk pintu ruanganku. Aku yakin yang mengetuk pintu itu si manusia menyebalkan. Kuhirup udara dalam-dalam agar banyak oksigen yang masuk ke dalam rongga dadaku. Aku butuh asupan oksigen yang cukup agar otakku tidak konslet dalam menghadapi si gondrong nyebelin itu.
Dia masuk ke ruanganku setelah aku persilahkan masuk.
“Assalamu’alaikum… selamat pagi, Bu,” sapanya.
Aku mendongakkan kepala dan menatapnya. Ya Tuhan, kenapa sih si gondrong menyebalkan itu terlihat tampan dan segar sekali? Baju yang dia pakai pagi ini cukup sopan. Ia memakai kameja flanel kotak-kotak dipadu dengan celana jeans yang tidak ada sobek-sobeknya. Rambut gondrongnya sedikit basah, mungkin karena terkena tetesan air hujan yang sejak subuh tadi sudah turun membasahi bumi. Ya Tuhan, aku terus beristigfar dalam hati karena aroma tubuh yang entahlah parfum apa yang dia gunakan sangat mengganggu penciumanku, bukan mengganggu tepatnya tapi menggoda. Sialan apa sih yang ada dalam otakku? Sepertinya otakku sudah mulai konslet. Kuhirup oksigen banyak-banyak agar otakku bisa bekerja dengan normal lagi.
Dia duduk di hadapanku. Tidak kusadari aku menahan nafas. Aku tersadar ketika aku merasa dadaku sesak karena mungkin sudah hampir satu menit tidak mendapatkan asupan oksigen.
“Bu…Bu…Bu Alena….”
**********
to be continued....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Sriutami Utam8
terpesona ya buuuu
2023-02-14
0