4. Lelaki Bernama Atep

Atep POV

Namaku Atep Dananjaya. Aku adalah seorang mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyusun skripsi sebagai syarat agar aku mendapatkan gelar sarjana. Sebenarnya, bagiku gelar sarjana ini tidak begitu penting. Jika bagi kebanyakan mahasiswa tingkat akhir, gelar sarjana adalah satu tahapan lagi yang harus dilalui untuk mendapatkan selembar kertas sebagai syarat untuk mencari pekerjaan, tetapi tidak berlaku bagiku.

Bukannya bermaksud untuk sombong, walaupun aku masih berstatus sebagai mahasiswa tetapi sudah memiliki penghasilan yang cukup untuk menghidupi istri dan anak-anak kami kelak. Usiaku sekarang 27 tahun, sangat terlambat untuk mendapatkan gelar S1 dimana kebanyakan mahasiswa mendapatkan gelar S1 di usia 23 atau 24 tahun.

Tidak aneh kalau di usia 27 tahun ini aku masih bergelut dengan skripsi karena dua tahun setelah lulus SMA, aku merintis usaha sambil mengumpulkan biaya untuk kuliah. Setelah biaya kuliah terkumpul, aku beruntung bisa diterima di perguruan tinggi negeri dengan biaya yang tidak terlalu tinggi.

Selama masa kuliah, aku harus beberapa kali mengajukan cuti karena kesibukanku membantu kakak angkatku merintis usahanya. Sebenarnya kakak angkatku itu anak dari majikan dimana tempat ibuku bekerja. Ibu dan ayahku bekerja pada sebuah keluarga kaya raya yang sangat baik sekali. Mereka mengabdi pada keluarga itu sejak ayah dan ibuku masih belum menikah.

Merekapun bertemu karena mereka bersama-sama bekerja di keluarga itu. Ayahku bekerja sebagai asisten dari ayah kakak angkatku. Ayahku meninggal karena kecelakaan pesawat yang juga merengut nyawa kedua orangtua dari kakak angkatku sedangkan ibuku bekerja untuk membantu mengurus dua anak dari majikannya. Sekarang ibuku menemani kakak angkatku yang tinggal di desa Cibeber, desa asal Ibu karena kakak angkatku itu melarikan diri suami yang sering menyakitinya.

Sejak sekolah di bangku SMA, aku sudah mulai mandiri dan memutuskan untuk kost. Awalnya ibu tidak menyetujuinya karena aku anak bungsu kesayangannya. Ibu terlalu khawatir dan takut kalau aku pergi cepat seperti ayahku kalau aku tinggal sendiri dan jauh dari Ibu tetapi aku berhasil meyakinkan ibuku kalau aku akan baik-baik saja. Aku memiliki kakak perempuan yang sudah menikah dan dibawa oleh suaminya, seorang anggota TNI yang bertugas di luar pulau Jawa, tepatnya di pulau Kalimantan.

Mulai kelas 2 SMA aku sudah mulai bekerja walaupun hanya pekerjaan part-time. Terkadang aku menjadi pelayan cafe, kurir, berjualan atau usaha apapun yang penting halal untuk menabung. Aku mau membayar uang kuliah dengan uangku sendiri dan tidak membebani ibuku walaupun gaji ibu sangat cukup untuk menguliahkan aku bahkan jika aku kuliah di perguruan tinggi swasta.

Aku mengagumi kakak angkatku yang sangat cantik, baik dan sholehah. Rasa kagum sejak kecil mungkin sekarang sudah berubah menjadi rasa sayang dan cinta tetapi aku tidak akan pernah berani untuk mengungkapkan rasa cintaku. Aku hanya mampu menyimpan rasa cintaku untuk kakak angkatku itu di dalam hati saja. Aku merasa tidak pantas untuk sekadar mengungkapkan rasa cinta dan aku tidak ingin gara-gara pengungkapan cintaku akan merubah hubungan persaudaraan kami. Mungkin nanti jika aku sudah berhasil dengan karirku, aku akan sedikit berani untuk mengungkapkan rasa cintaku.

Nama kakak angkatku Sadiyah, dan aku memanggilnya Teh Iyah. Kakak angkatku memiliki anak kembar dari suami yang dia tinggalkan. Aku belum pernah bertemu langsung dengan suaminya. Aku hanya pernah melihat dari kejauhan saat mereka menikah dulu. Aku akan bahagia jika kelak aku menikahi kakak angkatku. Aku akan dengan senang hati merawat dan mendidik anak-anak dari kakak angkatku. Namun, mimpiku untuk menikah dengan kakak angkatku masih terganjal banyak hal yang salah satunya adalah belum adanya surat perceraian atau akta cerai dari pengadilan. Teh Iyah sudah mengajukan gugatan cerai tapi belum ada panggilan dari pengadilan hingga enam tahun berlalu sejak kakak angkatku mengajukan gugatan cerai dan meninggalkan suaminya yang menyebalkan.

Sekarang adalah kesempatan terakhirku untuk menyelesaikan skripsi. Kuliah di universitas negeri memang ada batas waktu dan tidak bisa seenaknya berleha-leha. Aku bersyukur mendapatkan dosen pembimbing seperti Bu Syafrina yang sangat memahami keinginanku dalam melakukan penelitian. Beliau sangat sabar dan mengayomi. Aku sangat mengagumi dosen muda yang sangat cerdas itu. Sayangnya, Bu Syafrina harus cuti melahirkan dan digantikan oleh dosen pembimbing lain yang baru satu bulan mengajar di jurusanku.

Hari ini adalah hari pertama dosen pembimbing baru itu mengundang kami - mahasiswa yang tadinya dibimbing oleh Bu Syafrina. Kami berenam sudah berada di dalam ruangan dosen baru itu. Oh ya, dosen baru itu bernama Alena. Aku belum tahu nama lengkapnya dan memang tidak peduli. Pertama kali bertemu, aku sudah tidak suka dengan arogansinya. Aku tidak suka ketika dia mengatakan kalau dia hanya memiliki waktu 30 menit saja untuk kami berenam. Jika memang hari ini dia sibuk, kenapa dia tidak menjadwalkan hari lain untuk kami? Berbeda sekali dengan Bu Syafrina yang sangat terorganisir dan disiplin. Walaupun Bu Syafrina sibuk tapi beliau bisa mengatur jadwalnya dengan baik.

“Saya dosen pembimbing kalian, menggantikan Bu Syafrina yang sedang cuti melahirkan. Hari ini saya meminta kalian untuk melaporkan sejauh mana kalian sudah mengerjakan skripsi kalian. Saya hanya punya waktu 30 menit hari ini untuk kalian, saya harap kalian bisa melaporkan progress skripsi kalian dengan efektif dan efisien pada saya. Silahkan siapa yang mau duluan untuk melaporkan progress skripsi masing-masing.”

Cih…mendengar kata demi kata dari mulutnya yang kurang ajarnya terlihat seksi  itu, telingaku jadi berdengung. Sok sibuk sekali.

“Ibu hanya memberi kami berenam waktu 30 menit untuk melaporkan progress skripsi kami. Bagaimana bisa kami melaporkannya hanya dalam waktu 5 menit saja?” protesku.

Aku melihat wajah dosen itu sudah mulai memerah tanda jika dia sudah mulai emosi tapi aku tidak peduli. Aku benar-benar tidak suka dengan jenis manusia arogan seperti perempuan yang ada di hadapanku ini.

“Ini pertemuan kita yang pertama. Saya hanya ingin mengetahui secara umum saja progress skripsi kalian agar saya dapat menjadwalkan dan merencanakan masa bimbingan kalian.” Dosen yang arogan itu mulai mengemukakan alasan yang semakin membuatku marah.

Aku juga heran dengan sikapku yang seperti ini. Aku adalah tipe manusia yang ramah pada setiap orang tanpa memandang siapa mereka. Tapi entah mengapa ketika menghadapi perempuan yang satu ini emosiku jadi meninggi.

“Seharusnya kalau hari ini, Ibu memang tidak memiliki waktu yang cukup untuk kami, Ibu bisa menjadwalkan di waktu yang lain,” ujarku ketus

Dosen tersebut tidak mengindahkan protesku sehingga aku pun sudah malas menanggapi apapun yang dia katakan. Dia mulai memanggil nama-nama kami dan mendengarkan laporan perkembangan skripsi yang sedang teman-temanku jabarkan.

Aku menatap dosen itu yang sialnya terlihat cantik di mataku. Cih, cantik tapi sombong buat apa?" Aku merutuk dalam hati.

“Atep Dananjaya!” panggil dosen itu.

“Silahkan laporkan progress skripsi kamu!” perintahnya dengan nada ketus.

“Tidak usah pakai nada ketus seperti itu juga, Bu,” sahutku.

Aku menatap wajah dosen yang semakin terlihat galak itu. Hatiku bahagia karena melihat dia kesal. Benar-benar aneh karena aku bisa merasakan kebahagiaan melihat dia kesal.

“Waktu yang saya berikan tinggal lima menit lagi. Silahkan jika kamu mau melaporkannya sekarang juga. Namun, kalau kamu tidak mau, tidak masalah bagi saya.” Aku semakin senang mendengar nada ketus dosen itu.

“Gak usah ngegas kitu juga lah, Bu.”

“Kamu…”

“Iya, Bu…, ini saya mau laporkan.”

Aku melaporkan progress skripsiku. Ketika masih bimbingan dengan Bu Syafrina aku sudah akan mulai masuk ke bab tiga. Aku jabarkan juga rencana metode penelitian yang akan aku lakukan yang sebenarnya sudah disetujui oleh Bu Syafrina. Aku melihat dosen itu mangut-mangut ketika mendengarkan penjelasanku.

Akhirnya aku menyelesaikan penjelasan progress skripsiku kurang dari 5 menit. Aku berusaha menjelaskan seringkas dan sejelas mungkin. Kurasa dosen itu sudah memahami apa yang aku inginkan. Walaupun aku termasuk mahasiswa yang benar-benar telat dalam menyelesaikan masa kuliah tapi aku adalah siswa yang cerdas bahkan sejak SD dulu, otakku ini sudah diakui memang moncer. Selama sekolah dari SD sampai SMA aku selalu mendapatkan beasiswa karena prestasi akademikku. Bahkan ketika SMA, aku dinobatkan menjadi siswa berprestasi dan beberapa kali menjuarai lomba-lomba yang diadakan baik oleh pihak pemerintah maupun swasta.

“Baiklah. Saya sudah sedikit memahami apa yang ingin kalian lakukan terhadap skripsi kalian. Pertemuan selanjutnya, akan saya infokan nanti. Terima kasih atas kehadiran kalian hari ini.” Dosen itu mengakhiri bimbingan pertama kali dengan senyum yang tak pernah diarahkan kepadaku.

Aku tidak heran jika dosen itu tidak memberikan senyumannya padaku, toh aku juga tidak peduli apakah dosen itu akan membenciku atau tidak. Setelah selesai, aku langsung meninggalkan ruangan dosen. Sejak awal aku menyebut dosen pembimbingku itu dengan sebutan dosen itu. Padahal dia punya nama juga, Alena Damayanti Nataprawira. Sepertinya aku pernah mendengar nama keluarga dari dosen itu tapi aku lupa dimana aku pernah mendengar nama itu.

*******

to be continued....

Episodes
1 1. Prolog
2 2. Namaku Alena
3 3. Pertemuan Pertama
4 4. Lelaki Bernama Atep
5 5. Menyebalkan
6 6. Heboh
7 7. Bimbingan
8 8. Emosi
9 9. Musibah
10 10. Emosi Lagi
11 11. Protes
12 12. Bersyukur
13 13. Sebuah Tawaran
14 14. Love is Blind
15 15. Membantu
16 16. Jadi Om
17 17. Promosi
18 18. Jodoh
19 19. Masih tentang Jodoh
20 20. Sakit
21 21. Mengantar
22 22. Membantu
23 23. Masih Sakit
24 24. Makan Berdua
25 25. Makan Bersama Lagi
26 26. Bermalam
27 27. Keluarga
28 28. Bertemu Lagi
29 29. Lulus
30 30. Rasa yang Hadir
31 31. Orang yang Sama
32 32. Banyak Dukungan
33 33. Undangan Makan
34 34. Cafe
35 35. Resah
36 36. Kencan?
37 37. Menyerah
38 38. Gelisah
39 39. Kakak Adik
40 40. Kumpul Keluarga
41 41. Kabar Bahagia
42 42. Berdebar
43 43. Akhirnya
44 44. Kita Jalani
45 45. Devil
46 46. Latihan
47 47. Kenal
48 48. Cerita
49 49. Pengakuan
50 50. Aaaargh...
51 51. Di Taman Kompek
52 52. Latihan Jadi Orangtua
53 53. Bermain Bersama
54 54. Bergandengan Tangan
55 55. Genggaman Tangan
56 56. Mengejar Cinta
57 57. Ungkapan Cinta
58 58. Mimpi Indah
59 59. Sweet Devil
60 60. Siap
61 61. Datang?
62 62. Perempuan Lain
63 63. Dia Cintaku
64 64. Dia Cintaku 2
65 65. Kamu Suka Aku?
66 66. Suka Atau Tidak Suka?
67 67. Satu Bulan
68 68. Yakin
69 69. Cinta Pandangan Pertama
70 70. Alena dan Sadiyah
71 71. Kejutan
72 72. Ciuman Pertama?
73 73. Lemparan Vas
74 74. Kembar
75 75. Hilang
76 76. Diculik?
77 77. Melapor
78 78. Mengurus Bayi
79 79. Keyakinan
80 80. Menunda
81 81. Berdamai dengan Kesedihan
82 82. Membantu
83 83. Berdebat
Episodes

Updated 83 Episodes

1
1. Prolog
2
2. Namaku Alena
3
3. Pertemuan Pertama
4
4. Lelaki Bernama Atep
5
5. Menyebalkan
6
6. Heboh
7
7. Bimbingan
8
8. Emosi
9
9. Musibah
10
10. Emosi Lagi
11
11. Protes
12
12. Bersyukur
13
13. Sebuah Tawaran
14
14. Love is Blind
15
15. Membantu
16
16. Jadi Om
17
17. Promosi
18
18. Jodoh
19
19. Masih tentang Jodoh
20
20. Sakit
21
21. Mengantar
22
22. Membantu
23
23. Masih Sakit
24
24. Makan Berdua
25
25. Makan Bersama Lagi
26
26. Bermalam
27
27. Keluarga
28
28. Bertemu Lagi
29
29. Lulus
30
30. Rasa yang Hadir
31
31. Orang yang Sama
32
32. Banyak Dukungan
33
33. Undangan Makan
34
34. Cafe
35
35. Resah
36
36. Kencan?
37
37. Menyerah
38
38. Gelisah
39
39. Kakak Adik
40
40. Kumpul Keluarga
41
41. Kabar Bahagia
42
42. Berdebar
43
43. Akhirnya
44
44. Kita Jalani
45
45. Devil
46
46. Latihan
47
47. Kenal
48
48. Cerita
49
49. Pengakuan
50
50. Aaaargh...
51
51. Di Taman Kompek
52
52. Latihan Jadi Orangtua
53
53. Bermain Bersama
54
54. Bergandengan Tangan
55
55. Genggaman Tangan
56
56. Mengejar Cinta
57
57. Ungkapan Cinta
58
58. Mimpi Indah
59
59. Sweet Devil
60
60. Siap
61
61. Datang?
62
62. Perempuan Lain
63
63. Dia Cintaku
64
64. Dia Cintaku 2
65
65. Kamu Suka Aku?
66
66. Suka Atau Tidak Suka?
67
67. Satu Bulan
68
68. Yakin
69
69. Cinta Pandangan Pertama
70
70. Alena dan Sadiyah
71
71. Kejutan
72
72. Ciuman Pertama?
73
73. Lemparan Vas
74
74. Kembar
75
75. Hilang
76
76. Diculik?
77
77. Melapor
78
78. Mengurus Bayi
79
79. Keyakinan
80
80. Menunda
81
81. Berdamai dengan Kesedihan
82
82. Membantu
83
83. Berdebat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!