16. Jadi Om

Atep POV

Hari ini, terpaksa aku melupakan masalah skripsi. Suami Teh Iyah tidak jadi pulang sehingga aku masih tinggal di rumahnya untuk bantu beres-beres.

“Iiiiih Mang Atep kok gak jawab pertanyaan Aris siiiiih…” Aris menggelayut manja di lenganku setelah aku selesai membantu membereskan barang-barang mereka.

“Pertanyaan yang mana lagi, Aris…..?”

“Ah, Mang Atep mah suka gitu, sering gak denger kalau Aris lagi ngomong,” protes Aris.

“Bukannya begitu, Ris. Tadi kan Mang Atepnya lagi sibuk bantuin ibu Aras dan Aris jadi lupa deh Aris nanya apa.”

Aku tertawa kecil melihat raut wajah Aris yang kesal.

“Udah jangan cemberut begitu. Kalau cemberut mukanya Aris lucu mirip bebek,” godaku.

“Mang Ateep... Masa Aris disamain sama bebek sih?”

“Iya…maaf…maaf deh. Aris mah ganteng, gak mirip sama bebek kok. Jadi Aris mau nanya apa?”

“Gitu dong kalau ditanya,"

"Jadi pertanyaannya apa?" tanyaku.

"Apa yaa... Aris kok lupa sih." Aris tertawa sendiri menyadari dirinya lupa dengan pertanyaan yang akan diajukan padaku.

"Aris pikun seperti kakek-kakek," godaku.

"Enak saja bilang Aris pikun. Pikun itu apa sih, Mang?"

Aku tertawa mendengar pertanyaan Aris.

"Pikun itu pelupa."

"Aris gak pikun cuma lupa saja mau tanya apa tadi, soalnya Mang Atep gak langsung jawab malah sibuk kerja."

"Begitu, ya?"

"Ah, Aris sudah ingat mau tanya apa," seru Aris.

"Tanya apa?"

"Mang Atep kemana saja?”

Ya ampun, ini bocah cuma nanya seperti itu saja sampai merajuk. Aku terkekeh mendengar pertanyaan sederhananya.

“Mang Atep lagi sibuk kuliah dan kerja. Lagian Aras dan Aris juga kan lama di Jakarta jadi lama juga gak ketemu sama Mang Atep,” jawabku.

“Iya juga ya… he-he-he.”

“Aris betah di Jakarta?” tanyaku.

“Betah sih, Aris senang tinggal di rumah ayah. Aris juga suka melihat gedung-gedung yang di sana yang banyak dan tinggi-tinggi. Leher Aris sampai pegel karena keseringan lihat ke atas. Tapi Aris gak suka panas. Di sana panas banget.”

“Jadi Aras dan Aris maunya tinggal di sini?”

“Iyalah. Ayah juga tinggalnya di sini jadi kita gak akan jauh lagi sama ayah,” jawab Aras yang tiba-tiba datang menghampiriku dan Aris.

“Mang Atep udah ketemu sama Tante Lena belum? Tante Lena itu cantik loh. Pasti Mang Atep suka sama Tante Lena.” Aris membicarakan Tante Lena yang tidak aku kenal.

“Siapa itu Tante Lena?” tanyaku.

“Tante Lena itu tantenya Aras dan Aris. Adiknya ayah,” jawab Aras.

“Oh….” sahutku singkat.

“Nanti Mang Atep nikah aja sama Tante Lena biar jadi Om kita. Mang Atep nikah sama Tante Lena seperti Om Fian sama Tante Keisha,” cerocos Aris.

Siapa pula itu om Fian dan tante Keisha yang dibicarakan Aras dan Aris.

“Kan sekarang juga Mang Atep sudah jadi om-nya Aras dan Aris.” Aku mencoba menjelaskan pada Aras dan Aris tentang posisiku.

“Sekarang, Mang Atep baru jadi mamangnya Aras dan Aris. Bukan om-nya Aras dan Aris. Nanti kalau nikah sama Tante Lena baru deh jadi om-nya Aras dan Aris,” jelas Aras.

“Sama saja atuh, Ras. Mamang dan om itu sama saja,” jawabku gemas.

“Kok bisa sama? Masa mamang dan om sama?” tanya Aras kritis.

“Bahasanya saja yang beda. Kalau mamang itu bahasa Sunda kalau om itu bahasa Indonesia,” jelasku.

“Oh… Aras ngerti kalau begitu.”

“Tapi Mang Atep dan Tante Lena masih bisa menikah, kan?” tanya Aris keukeuh dengan tawarannya.

“Yah bisa saja kalau Tante Lena mau menikah sama Mang Atep.”

“Kalau gitu nanti Aris bilangin sama Tante Lena kalau Mang Atep mau nikah sama Tante Lena.”

“Eh, bukan begitu juga, Aris. Mang Atep kan gak bilang kalau Mang Atep yang mau. Mang Atep cuma bilang…” Aku berusaha menjelaskan soal hubungan tante mereka dan aku pada bocah-bocah itu. Belum selesai aku menjelaskan, Aras sudah memotongnya.

“Ya sudah kalau begitu biar Aras yang nanti bilang sama Tante Lena kalau Mang Atep gak mau nikah sama Tante Lena. Biar nanti Mang Atep dimarahin ayah karena gak mau nikah sama adiknya ayah,” ancam Aras.

“Lho kenapa Aras jadi ikut-ikutan?” protesku.

“Biarin!” jawab bocah itu sekenanya.

Seperti apa sih Tante Lena yang mereka agung-agungkan itu? Aku jadi penasaran dengan sosok Tante Lena yang sudah berhasil mengambil hati dua kesayanganku dalam waktu singkat.

“Memang apa bagusnya Tante Lena sih sampai kalian maksa Mang Atep menikah dengannya?” Tante Lena itu cantik tidak? Mang Atep gak akan mau kalau nikah sama yang tidak cantik,” jawabku seenaknya.

“Kok Mang Atep seperti itu sih? Kasihan dong kalau yang tidak cantik tidak bisa menikah. Mang Atep gak boleh begitu. Kata ibu, kita gak boleh bilang jelek sama orang lain.” Aras menasihatiku. Dasar bocah.

“Siapa yang bilang kalau Tante Lena itu jelek? Mang Atep cuma bilang kalau Mang Atep hanya mau menikah sama yang cantik bukan hanya cantik wajahnya tapi juga cantik hatinya,” jelasku.

“Memangnya kita bisa melihat hati yang cantik?” tanya Aras.

“Hatinya cantik itu bisa dilihat dari perbuatannya. Kalau dia baik sama orang lain, tidak suka marah-marah, tidak pernah menghina orang lain itu bisa dibilang hatinya cantik.”

“Ooh... Seperti ibu, ya?” tanya Aris.

“Betul sekali. Seperti ibunya Aras dan Aris, cantik wajahnya dan juga cantik hatinya,” jawabku lugas.

"Tapi kadang-kadang ibu suka marah," cenung Aris.

"Ibu marah karena Aras atau Aris sering buat kesal ibu, iya kan?"

Tampak Aras dan Aris berpikir dan mengiakan apa yang aku katakan.

“Tante Lena juga cantik wajah dan hatinya. Tante Lena juga pakai jilbab seperti ibu, pasti Mang Atep suka. Tante Lena juga baik banget, suka beliin Aras dan Aris mainan. Iya kan, Ris?”

“Iya… Cantik banget Mang,” seru Aris.

“Lebih cantik mana sama ibu?” tanyaku iseng.

“Kalau Ibu sih paling cantik sedunia. Gak ada yang cantik seperti ibu. Tapi kan Mang Atep gak bisa menikah sama ibu, jadi Mang Atep menikah sama Tante Lena saja,” cerocos Aris.

Memang benar kecantikan ibu kalian tidak ada yang bisa mengalahkan. Ibu kalian cantik luar dan dalam. Memang benar kalau aku tidak akan pernah bisa menikahi ibu kalian walaupun aku ingin sekali menikah dengannya dan menjadi ayah sambung bagi kalian berdua.

Aku menghela nafas menyadari kenyataan ini. Tidak akan ada celah bagi pria lain di hati Teh Iyah. Semua ruang hatinya sudah dipenuhi oleh ayah dari Aras dan Aris. Aku juga tidak tahu apakah akan ada sosok perempuan lain yang bisa mengisi ruang hatiku setelah ditinggalkan oleh pemilik sebelumnya, Teh Iyah.

*************

to be continued....

Episodes
1 1. Prolog
2 2. Namaku Alena
3 3. Pertemuan Pertama
4 4. Lelaki Bernama Atep
5 5. Menyebalkan
6 6. Heboh
7 7. Bimbingan
8 8. Emosi
9 9. Musibah
10 10. Emosi Lagi
11 11. Protes
12 12. Bersyukur
13 13. Sebuah Tawaran
14 14. Love is Blind
15 15. Membantu
16 16. Jadi Om
17 17. Promosi
18 18. Jodoh
19 19. Masih tentang Jodoh
20 20. Sakit
21 21. Mengantar
22 22. Membantu
23 23. Masih Sakit
24 24. Makan Berdua
25 25. Makan Bersama Lagi
26 26. Bermalam
27 27. Keluarga
28 28. Bertemu Lagi
29 29. Lulus
30 30. Rasa yang Hadir
31 31. Orang yang Sama
32 32. Banyak Dukungan
33 33. Undangan Makan
34 34. Cafe
35 35. Resah
36 36. Kencan?
37 37. Menyerah
38 38. Gelisah
39 39. Kakak Adik
40 40. Kumpul Keluarga
41 41. Kabar Bahagia
42 42. Berdebar
43 43. Akhirnya
44 44. Kita Jalani
45 45. Devil
46 46. Latihan
47 47. Kenal
48 48. Cerita
49 49. Pengakuan
50 50. Aaaargh...
51 51. Di Taman Kompek
52 52. Latihan Jadi Orangtua
53 53. Bermain Bersama
54 54. Bergandengan Tangan
55 55. Genggaman Tangan
56 56. Mengejar Cinta
57 57. Ungkapan Cinta
58 58. Mimpi Indah
59 59. Sweet Devil
60 60. Siap
61 61. Datang?
62 62. Perempuan Lain
63 63. Dia Cintaku
64 64. Dia Cintaku 2
65 65. Kamu Suka Aku?
66 66. Suka Atau Tidak Suka?
67 67. Satu Bulan
68 68. Yakin
69 69. Cinta Pandangan Pertama
70 70. Alena dan Sadiyah
71 71. Kejutan
72 72. Ciuman Pertama?
73 73. Lemparan Vas
74 74. Kembar
75 75. Hilang
76 76. Diculik?
77 77. Melapor
78 78. Mengurus Bayi
79 79. Keyakinan
80 80. Menunda
81 81. Berdamai dengan Kesedihan
82 82. Membantu
83 83. Berdebat
Episodes

Updated 83 Episodes

1
1. Prolog
2
2. Namaku Alena
3
3. Pertemuan Pertama
4
4. Lelaki Bernama Atep
5
5. Menyebalkan
6
6. Heboh
7
7. Bimbingan
8
8. Emosi
9
9. Musibah
10
10. Emosi Lagi
11
11. Protes
12
12. Bersyukur
13
13. Sebuah Tawaran
14
14. Love is Blind
15
15. Membantu
16
16. Jadi Om
17
17. Promosi
18
18. Jodoh
19
19. Masih tentang Jodoh
20
20. Sakit
21
21. Mengantar
22
22. Membantu
23
23. Masih Sakit
24
24. Makan Berdua
25
25. Makan Bersama Lagi
26
26. Bermalam
27
27. Keluarga
28
28. Bertemu Lagi
29
29. Lulus
30
30. Rasa yang Hadir
31
31. Orang yang Sama
32
32. Banyak Dukungan
33
33. Undangan Makan
34
34. Cafe
35
35. Resah
36
36. Kencan?
37
37. Menyerah
38
38. Gelisah
39
39. Kakak Adik
40
40. Kumpul Keluarga
41
41. Kabar Bahagia
42
42. Berdebar
43
43. Akhirnya
44
44. Kita Jalani
45
45. Devil
46
46. Latihan
47
47. Kenal
48
48. Cerita
49
49. Pengakuan
50
50. Aaaargh...
51
51. Di Taman Kompek
52
52. Latihan Jadi Orangtua
53
53. Bermain Bersama
54
54. Bergandengan Tangan
55
55. Genggaman Tangan
56
56. Mengejar Cinta
57
57. Ungkapan Cinta
58
58. Mimpi Indah
59
59. Sweet Devil
60
60. Siap
61
61. Datang?
62
62. Perempuan Lain
63
63. Dia Cintaku
64
64. Dia Cintaku 2
65
65. Kamu Suka Aku?
66
66. Suka Atau Tidak Suka?
67
67. Satu Bulan
68
68. Yakin
69
69. Cinta Pandangan Pertama
70
70. Alena dan Sadiyah
71
71. Kejutan
72
72. Ciuman Pertama?
73
73. Lemparan Vas
74
74. Kembar
75
75. Hilang
76
76. Diculik?
77
77. Melapor
78
78. Mengurus Bayi
79
79. Keyakinan
80
80. Menunda
81
81. Berdamai dengan Kesedihan
82
82. Membantu
83
83. Berdebat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!