Atep POV
Hari ini, terpaksa aku melupakan masalah skripsi. Suami Teh Iyah tidak jadi pulang sehingga aku masih tinggal di rumahnya untuk bantu beres-beres.
“Iiiiih Mang Atep kok gak jawab pertanyaan Aris siiiiih…” Aris menggelayut manja di lenganku setelah aku selesai membantu membereskan barang-barang mereka.
“Pertanyaan yang mana lagi, Aris…..?”
“Ah, Mang Atep mah suka gitu, sering gak denger kalau Aris lagi ngomong,” protes Aris.
“Bukannya begitu, Ris. Tadi kan Mang Atepnya lagi sibuk bantuin ibu Aras dan Aris jadi lupa deh Aris nanya apa.”
Aku tertawa kecil melihat raut wajah Aris yang kesal.
“Udah jangan cemberut begitu. Kalau cemberut mukanya Aris lucu mirip bebek,” godaku.
“Mang Ateep... Masa Aris disamain sama bebek sih?”
“Iya…maaf…maaf deh. Aris mah ganteng, gak mirip sama bebek kok. Jadi Aris mau nanya apa?”
“Gitu dong kalau ditanya,"
"Jadi pertanyaannya apa?" tanyaku.
"Apa yaa... Aris kok lupa sih." Aris tertawa sendiri menyadari dirinya lupa dengan pertanyaan yang akan diajukan padaku.
"Aris pikun seperti kakek-kakek," godaku.
"Enak saja bilang Aris pikun. Pikun itu apa sih, Mang?"
Aku tertawa mendengar pertanyaan Aris.
"Pikun itu pelupa."
"Aris gak pikun cuma lupa saja mau tanya apa tadi, soalnya Mang Atep gak langsung jawab malah sibuk kerja."
"Begitu, ya?"
"Ah, Aris sudah ingat mau tanya apa," seru Aris.
"Tanya apa?"
"Mang Atep kemana saja?”
Ya ampun, ini bocah cuma nanya seperti itu saja sampai merajuk. Aku terkekeh mendengar pertanyaan sederhananya.
“Mang Atep lagi sibuk kuliah dan kerja. Lagian Aras dan Aris juga kan lama di Jakarta jadi lama juga gak ketemu sama Mang Atep,” jawabku.
“Iya juga ya… he-he-he.”
“Aris betah di Jakarta?” tanyaku.
“Betah sih, Aris senang tinggal di rumah ayah. Aris juga suka melihat gedung-gedung yang di sana yang banyak dan tinggi-tinggi. Leher Aris sampai pegel karena keseringan lihat ke atas. Tapi Aris gak suka panas. Di sana panas banget.”
“Jadi Aras dan Aris maunya tinggal di sini?”
“Iyalah. Ayah juga tinggalnya di sini jadi kita gak akan jauh lagi sama ayah,” jawab Aras yang tiba-tiba datang menghampiriku dan Aris.
“Mang Atep udah ketemu sama Tante Lena belum? Tante Lena itu cantik loh. Pasti Mang Atep suka sama Tante Lena.” Aris membicarakan Tante Lena yang tidak aku kenal.
“Siapa itu Tante Lena?” tanyaku.
“Tante Lena itu tantenya Aras dan Aris. Adiknya ayah,” jawab Aras.
“Oh….” sahutku singkat.
“Nanti Mang Atep nikah aja sama Tante Lena biar jadi Om kita. Mang Atep nikah sama Tante Lena seperti Om Fian sama Tante Keisha,” cerocos Aris.
Siapa pula itu om Fian dan tante Keisha yang dibicarakan Aras dan Aris.
“Kan sekarang juga Mang Atep sudah jadi om-nya Aras dan Aris.” Aku mencoba menjelaskan pada Aras dan Aris tentang posisiku.
“Sekarang, Mang Atep baru jadi mamangnya Aras dan Aris. Bukan om-nya Aras dan Aris. Nanti kalau nikah sama Tante Lena baru deh jadi om-nya Aras dan Aris,” jelas Aras.
“Sama saja atuh, Ras. Mamang dan om itu sama saja,” jawabku gemas.
“Kok bisa sama? Masa mamang dan om sama?” tanya Aras kritis.
“Bahasanya saja yang beda. Kalau mamang itu bahasa Sunda kalau om itu bahasa Indonesia,” jelasku.
“Oh… Aras ngerti kalau begitu.”
“Tapi Mang Atep dan Tante Lena masih bisa menikah, kan?” tanya Aris keukeuh dengan tawarannya.
“Yah bisa saja kalau Tante Lena mau menikah sama Mang Atep.”
“Kalau gitu nanti Aris bilangin sama Tante Lena kalau Mang Atep mau nikah sama Tante Lena.”
“Eh, bukan begitu juga, Aris. Mang Atep kan gak bilang kalau Mang Atep yang mau. Mang Atep cuma bilang…” Aku berusaha menjelaskan soal hubungan tante mereka dan aku pada bocah-bocah itu. Belum selesai aku menjelaskan, Aras sudah memotongnya.
“Ya sudah kalau begitu biar Aras yang nanti bilang sama Tante Lena kalau Mang Atep gak mau nikah sama Tante Lena. Biar nanti Mang Atep dimarahin ayah karena gak mau nikah sama adiknya ayah,” ancam Aras.
“Lho kenapa Aras jadi ikut-ikutan?” protesku.
“Biarin!” jawab bocah itu sekenanya.
Seperti apa sih Tante Lena yang mereka agung-agungkan itu? Aku jadi penasaran dengan sosok Tante Lena yang sudah berhasil mengambil hati dua kesayanganku dalam waktu singkat.
“Memang apa bagusnya Tante Lena sih sampai kalian maksa Mang Atep menikah dengannya?” Tante Lena itu cantik tidak? Mang Atep gak akan mau kalau nikah sama yang tidak cantik,” jawabku seenaknya.
“Kok Mang Atep seperti itu sih? Kasihan dong kalau yang tidak cantik tidak bisa menikah. Mang Atep gak boleh begitu. Kata ibu, kita gak boleh bilang jelek sama orang lain.” Aras menasihatiku. Dasar bocah.
“Siapa yang bilang kalau Tante Lena itu jelek? Mang Atep cuma bilang kalau Mang Atep hanya mau menikah sama yang cantik bukan hanya cantik wajahnya tapi juga cantik hatinya,” jelasku.
“Memangnya kita bisa melihat hati yang cantik?” tanya Aras.
“Hatinya cantik itu bisa dilihat dari perbuatannya. Kalau dia baik sama orang lain, tidak suka marah-marah, tidak pernah menghina orang lain itu bisa dibilang hatinya cantik.”
“Ooh... Seperti ibu, ya?” tanya Aris.
“Betul sekali. Seperti ibunya Aras dan Aris, cantik wajahnya dan juga cantik hatinya,” jawabku lugas.
"Tapi kadang-kadang ibu suka marah," cenung Aris.
"Ibu marah karena Aras atau Aris sering buat kesal ibu, iya kan?"
Tampak Aras dan Aris berpikir dan mengiakan apa yang aku katakan.
“Tante Lena juga cantik wajah dan hatinya. Tante Lena juga pakai jilbab seperti ibu, pasti Mang Atep suka. Tante Lena juga baik banget, suka beliin Aras dan Aris mainan. Iya kan, Ris?”
“Iya… Cantik banget Mang,” seru Aris.
“Lebih cantik mana sama ibu?” tanyaku iseng.
“Kalau Ibu sih paling cantik sedunia. Gak ada yang cantik seperti ibu. Tapi kan Mang Atep gak bisa menikah sama ibu, jadi Mang Atep menikah sama Tante Lena saja,” cerocos Aris.
Memang benar kecantikan ibu kalian tidak ada yang bisa mengalahkan. Ibu kalian cantik luar dan dalam. Memang benar kalau aku tidak akan pernah bisa menikahi ibu kalian walaupun aku ingin sekali menikah dengannya dan menjadi ayah sambung bagi kalian berdua.
Aku menghela nafas menyadari kenyataan ini. Tidak akan ada celah bagi pria lain di hati Teh Iyah. Semua ruang hatinya sudah dipenuhi oleh ayah dari Aras dan Aris. Aku juga tidak tahu apakah akan ada sosok perempuan lain yang bisa mengisi ruang hatiku setelah ditinggalkan oleh pemilik sebelumnya, Teh Iyah.
*************
to be continued....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments