Atep POV
“Aaargh… Sepertinya aku sudah kelewatan batas. Bu Alena benar-benar marah padaku. Memang salahku yang terlalu menuruti emosi. Beberapa hari ini, fokusku benar-benar terbagi dengan masalah yang sedang dihadapi oleh Teh Iyah.
Aku harus menemani Ibu mengawasi anak-anaknya Teh Iyah, aku juga bolak balik rumah dan rumah sakit untuk mengantarkan makanan Teh Iyah karena Ibu tidak ingin Teh Iyah sakit sehingga Ibu bersikeras untuk menyiapkan makan buat Teh Iyah.
“Teteh kan bisa beli makan di kantin, Bu,” protesku ketika Ibu menyuruh aku untuk mengantarkan makanan ke rumah sakit.
Jarak rumah dan rumah sakit dimana suami Teh Iyah dirawat itu cukup jauh sehingga aku juga cukup kelelahan kalau harus bolak balik.
“Ibu tidak mau neng Iyah jadi sakit juga. Makanan di rumah sakit belum tentu cocok sama teteh kamu. Ibu yakin kalau neng Iyah tidak akan ingat makan kalau bukan kita yang menyiapkannya,” tukas Ibuku.
“Di sana juga kan ada mertuanya. Mereka bisa ngurusin makannya teteh.” Aku masih berusaha untuk membujuk Ibu.
“Kamu kok jadi perhitungan seperti itu sih, Tep? Kamu gak rela mengantar makanan buat teteh kamu?” Ibu berkata dengan nada yang sedikit tinggi.
“Bukannya begitu, Bu. Atep sih lihatnya dari keefisienan dan keefektifan waktu. Daripada Atep bolak balik mengantarkan makanan kan lebih baik kalau teteh beli makannya yang di dekat rumah sakit saja.”
“Ini bentuk sayang Ibu sama Neng Iyah. Kalau kamu tidak mau membantu Ibu mengantarkan makanan ini, ya sudah Ibu yang akan mengantarnya sendiri. Ibu bisa minta tolong sama si Jana atau Yaya buat nganter Ibu.” Ibuku marah dan meninggalkan aku yang masih bengong melihat kemarahannya.
Ibu jarang sekali marah padaku dan sekarang Ibu benar-benar marah padaku. Suasana hatiku benar-benar ada di titik terendah saat ini. Setelah tadi pagi aku terlibat pertengkaran dengan bu Alena dan membuat dia marah padaku, sekarang aku pun membuat Ibu marah.
Aku tidak mengerti kenapa akhir-akhir ini semua yang aku lakukan tidak ada satupun yang beres. Sepertinya pertikaian aku dengan bu Alena sangat mempengaruhi kehidupanku. Aku jadi kurang fokus untuk melakukan apa yang harus aku kerjakan.
Skripsiku benar-benar terbengkalai dengan adanya masalah yang sedang dihadapi oleh Teh Iyah. Aku tidak bisa abai dengan apa yang terjadi padanya. Tapi efeknya aku jadi tidak fokus mengerjakan skripsi, sehingga memicu pertengkaran demi pertengkaran dengan bu Alena.
Tapi tadi aku memang sangat keterlaluan. Tidak sepantasnya aku berbicara seperti itu pada Bu Alena. Aku paham kalau Bu Alena adalah dosen pembimbing pengganti yang mungkin tidak mau juga membimbing mahasiswa dari limpahan dosen lain.
Aku juga keterlaluan telah menuduh yang bukan-bukan pada bu Alena. Aku juga tidak mengerti mengapa aku selalu berkata ketus dan membuat bu Alena marah padaku. Sepertinya aku punya hobi baru, yaitu membuat bu Alena emosi.
Tidak pernah sekalipun aku bertindak kurang ajar pada dosen selama aku kuliah. Semua dosen aku hormati baik itu dosen senior maupun dosen muda.
Aku tidak mengerti kenapa aku menjadi orang yang kurang ajar seperti ini. Kenapa bisa aku berlaku tidak sopan pada dosen pembimbingku sendiri. Padahal bu Alena tidak pernah mempersulit skripsiku. Pada bu Syafrina, sikapku tidak seperti ini.
Aku bingung dengan diriku. Seperti ABG yang sedang cari perhatian saja pada gadis yang sedang diincarnya. Apakah aku seperti itu? Apakah aku memang mencari perhatian pada bu Alena supaya dia terus memperhatikanku?
“Aarrrgh…tidak mungkin aku seperti itu. Tidak mungkin aku cari perhatian sama Bu Alena,” ucapku meyakinkan diri sendiri.
“Tidak mungkin…tidak mungkin….tidak mungkin….” Aku terus merapalkan kalimat itu terus menerus.
***********
to be continued.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments