15. Membantu

Atep POV

Dosen Alena:

Saya tunggu hari ini!!!!!

“Apa-apaan ini?”

Aku tidak terima dengan isi pesan dari bu Alena. Seenaknya sekali dia mengirim pesan dengan isi yang singkat tapi menyebalkan dengan tanda serunya. Pagi hari yang sebenarnya cerah tapi tidak dengan hatiku yang tidak secerah mentari yang bersinar hangat. Aku mendapatkan pesan teks dari dosen pembimbingku yang galak itu.

Saat ini aku masih di rumah karena harus membantu Teh Iyah pindahan dari desa Cibeber ke Bandung. Jarak yang cukup lumayan jauh dan sangat membutuhkan energi yang banyak.

Kuabaikan pesan teksnya. Hanya kubaca saja tanpa ada keinginan untuk membalasnya. Jadwal bimbinganku 2 hari lagi, maka aku akan strict dengan jadwal yang sudah ditentukan.

Satu jam kemudian, ponselku berbunyi lagi. Ada notifikasi pesan yang masuk. Kulihat pengirimnya masih dosen galak itu.

Dosen Alena:

Saya tahu kamu sudah membaca pesan saya. Kenapa tidak membalasnya?

Masih kuabaikan pesan dari dosen galak itu karena aku masih sibuk memasukkan barang-barang Teh Iyah, Aras dan Aris ke dalam mobil pick up. Sebenarnya tidak banyak barang yang dibawa karena masih juga banyak barang yang Teh Iyah tinggalkan di Cibeber. Hanya saja barang Aras dan Aris yang berupa mainan dan buku mereka yang banyak sampai penuh satu mobil pick up.

Sudah dua jam, aku sibuk membereskan dan mengangkut barang-barang Aras dan Aris. Aku sendiri yang menyetir membawa barang-barang Teh Iyah, Aras dan Aris ke rumah mereka di Bandung.

Pesan dari dosen galak itu belum sempat aku balas sama sekali. Bukan karena aku sibuk tapi aku juga memang tidak ada keinginan untuk membalasnya. Aku tidak peduli dia marah padaku.

Setelah dua jam perjalanan, akhirnya aku sampai juga di Bandung. Rencananya, aku akan singgah di rumah lamanya Teh Iyah di Bandung dan menjemput Teh Iyah, Aras dan Aris. Setelah itu, aku akan mengantarkan mereka ke rumah baru yang dibeli oleh suaminya Teh Iyah.

“Mang Ateeeeep...” Aras dan Aris berlarian menyongsongku.

“Mang Atep kemana aja? Aris kangen main bola sama Mang Atep. Mang Atep lagi sibuk ya? Sekarang kita pergi ke rumah barunya Aris. Mang Atep sudah pernah belum ke rumah barunya Aras dan Aris?” Aris memberondongku dengan banyak pertanyaan.

“Pernah.” jawabku.

“Kok, Aris gak tau sih kalau Mang Atep pernah ke sana?”

“Hehehe….”

Aku hanya tertawa dalam menjawab pertanyaan Aris.

Aku akan mengantar Teh Iyah menuju ke rumah baru yang dibeli oleh suaminya. Butuh waktu sekitar 30 menit dari rumah lama Teh Iyah untuk sampai ke rumah barunya. Aku melihat rumah baru mereka jauh lebih luas dibandingkan dengan rumah Teh Iyah sebelumnya.

*******

Setelah sampai di rumah baru Teh Iyah, aku langsung menurunkan barang-barang milik Teh Iyah, Aras dan Aris.

“Kamu capek, Tep? Kalau capek, nanti biar suami Teteh saja yang memindahkan barang-barangnya.”

“Gak capek kok, Teh. Atep mah kan udah biasa kerja keras bagai kuli seperti ini,” candaku.

“Kamu kan udah nyetir dari Cibeber ke sini, terus mindahin barang-barang juga. Teteh khawatir kamu capek. Udah lah, istirahat aja dulu. Nanti setelah zuhur dilanjutkan lagi.”

“Kagok, Teh. Biar sekalian capek,” ujarku menenangkan Teh Iyah.

“Ih, ai kamu. Tubuh kamu juga punya hak istirahat atuh, Tep. Jangan terlalu diporsir tenaganya. Kalau kamu sakit, nanti Mak Isah nyalahin Teteh.”

“Beuh, mana mau Ibu nyalahin Teteh. Kalau Ibu di sini, Atep mah yakin kalau Ibu pasti nyuruh Atep buat cepat-cepat beresin nih barang-barangnya Teteh. Kadang Atep mah curiga kalau Atep bukan anaknya Ibu.”

“Hus….kamu mah kalau ngomong suka seenaknya. Teteh tau kok pas Mak Isah ngelahirin kamu.”

“Bacanda atuh Teteh cantik,” godaku.

“Dasar kasebelen.” Teh Iyah menjitak kepalaku.

“Teh, ini barang-barang Aras dan Aris langsung masuk ke kamar mereka aja?” teriakku dari atas mobil pick up.”

“Eh…si Atep mah bandel. Dibilangin beres-beresnya nanti saja setelah zuhur. Turun kamu!” perintah Teh Iyah dari samping mobil.

Aku pura-pura tidak mendengar perintah Teh Iyah.

“Turun gak? Kalau gak mau turun, Teteh yang naik ke situ.”

Teh Iyah sudah menaikkan satu kakinya ke bagian mobil pick up.

“Eeeeh.., Teteh mau ngapain?”

Aku panik juga melihat Teh Iyah yang sudah berada di atas bagian belakang mobil.

“Kamu mah anak bandel. Pengen dijewer ya sama Teteh, hah?”

Teh Iyah mulai menjewer telinga kananku.

“Eeeh… aduh lepas, Teh. Masa dijewer kaya anak kecil saja. Malu Teh kalau sampai dilihat Aras atau Aris.”

“Makanya kalau dibilangin sama Teteh itu nurut. Cepet turun!” perintah Teh Iyah dengan tegas dan memaksaku untuk mengikuti keinginannya.

“Atep mah pengen cepet beres, Teh.”

“Memangnya mau kemana cepat-cepat? Tunggu A Endra, biar dia bantuin kamu beres-beres. Sebentar lagi juga dia datang. Dia bilang mau bawa sekertaris dan anak buah di kantornya buat bantu beres-beres.”

“Kapan datangnya, Teh?  Atep mau ngerjain skripsi, udah kena warning sama dosen nyebelin itu.”

“Aduuuh… Kenapa kamu gak bilang kalau kamu mau ngerjain skripsi? Kalau Teteh tau, gak bakalan deh minta tolong sama kamu. Maafin Teteh ya, Tep.” Aku melihat kekhawatiran dari wajah Teh Iyah. Sontak hal ini membuatku sadar kalau aku sudah salah bicara.

Tuh kan aku salah ngomong. Kenapa sih mulutku ini tidak bisa dikondisikan? Kenapa bisa aku sampai memberikan alasan skripsi pada Teh Iyah? Aku menyesal dengan alasan yang aku berikan sehingga membuat Teh Iyah menjadi khawatir.

“Bukan begitu, Teh. Kan Atep yang nawarin ke Teteh buat bantu-bantu pindahan. Tadi Atep salah ngomong, Teh. Jangan diambil hati.”

“Ah, kamu mah pintar buat alasan. Duh, gimana nih... Sebentar, Teteh telepon dulu A Endra. Mudah-mudahan dia sudah dekat.”

"Teteh, Atep kan sudah bilang kalau Teteh jangan khawatir."

Aku melihat Teh Iyah yang sedang sibuk menelepon suaminya.

"Aa di mana? Kapan ke sini? Apa? Katanya mau hari ini datang. Bagaimana sih?"

Kudengar Teh Iyah marah-marah saat bicara dengan suaminya. Sepertinya suami Teh Iyah tidak jadi datang ke Bandung hari ini.

*************

to be continued...

Episodes
1 1. Prolog
2 2. Namaku Alena
3 3. Pertemuan Pertama
4 4. Lelaki Bernama Atep
5 5. Menyebalkan
6 6. Heboh
7 7. Bimbingan
8 8. Emosi
9 9. Musibah
10 10. Emosi Lagi
11 11. Protes
12 12. Bersyukur
13 13. Sebuah Tawaran
14 14. Love is Blind
15 15. Membantu
16 16. Jadi Om
17 17. Promosi
18 18. Jodoh
19 19. Masih tentang Jodoh
20 20. Sakit
21 21. Mengantar
22 22. Membantu
23 23. Masih Sakit
24 24. Makan Berdua
25 25. Makan Bersama Lagi
26 26. Bermalam
27 27. Keluarga
28 28. Bertemu Lagi
29 29. Lulus
30 30. Rasa yang Hadir
31 31. Orang yang Sama
32 32. Banyak Dukungan
33 33. Undangan Makan
34 34. Cafe
35 35. Resah
36 36. Kencan?
37 37. Menyerah
38 38. Gelisah
39 39. Kakak Adik
40 40. Kumpul Keluarga
41 41. Kabar Bahagia
42 42. Berdebar
43 43. Akhirnya
44 44. Kita Jalani
45 45. Devil
46 46. Latihan
47 47. Kenal
48 48. Cerita
49 49. Pengakuan
50 50. Aaaargh...
51 51. Di Taman Kompek
52 52. Latihan Jadi Orangtua
53 53. Bermain Bersama
54 54. Bergandengan Tangan
55 55. Genggaman Tangan
56 56. Mengejar Cinta
57 57. Ungkapan Cinta
58 58. Mimpi Indah
59 59. Sweet Devil
60 60. Siap
61 61. Datang?
62 62. Perempuan Lain
63 63. Dia Cintaku
64 64. Dia Cintaku 2
65 65. Kamu Suka Aku?
66 66. Suka Atau Tidak Suka?
67 67. Satu Bulan
68 68. Yakin
69 69. Cinta Pandangan Pertama
70 70. Alena dan Sadiyah
71 71. Kejutan
72 72. Ciuman Pertama?
73 73. Lemparan Vas
74 74. Kembar
75 75. Hilang
76 76. Diculik?
77 77. Melapor
78 78. Mengurus Bayi
79 79. Keyakinan
80 80. Menunda
81 81. Berdamai dengan Kesedihan
82 82. Membantu
83 83. Berdebat
Episodes

Updated 83 Episodes

1
1. Prolog
2
2. Namaku Alena
3
3. Pertemuan Pertama
4
4. Lelaki Bernama Atep
5
5. Menyebalkan
6
6. Heboh
7
7. Bimbingan
8
8. Emosi
9
9. Musibah
10
10. Emosi Lagi
11
11. Protes
12
12. Bersyukur
13
13. Sebuah Tawaran
14
14. Love is Blind
15
15. Membantu
16
16. Jadi Om
17
17. Promosi
18
18. Jodoh
19
19. Masih tentang Jodoh
20
20. Sakit
21
21. Mengantar
22
22. Membantu
23
23. Masih Sakit
24
24. Makan Berdua
25
25. Makan Bersama Lagi
26
26. Bermalam
27
27. Keluarga
28
28. Bertemu Lagi
29
29. Lulus
30
30. Rasa yang Hadir
31
31. Orang yang Sama
32
32. Banyak Dukungan
33
33. Undangan Makan
34
34. Cafe
35
35. Resah
36
36. Kencan?
37
37. Menyerah
38
38. Gelisah
39
39. Kakak Adik
40
40. Kumpul Keluarga
41
41. Kabar Bahagia
42
42. Berdebar
43
43. Akhirnya
44
44. Kita Jalani
45
45. Devil
46
46. Latihan
47
47. Kenal
48
48. Cerita
49
49. Pengakuan
50
50. Aaaargh...
51
51. Di Taman Kompek
52
52. Latihan Jadi Orangtua
53
53. Bermain Bersama
54
54. Bergandengan Tangan
55
55. Genggaman Tangan
56
56. Mengejar Cinta
57
57. Ungkapan Cinta
58
58. Mimpi Indah
59
59. Sweet Devil
60
60. Siap
61
61. Datang?
62
62. Perempuan Lain
63
63. Dia Cintaku
64
64. Dia Cintaku 2
65
65. Kamu Suka Aku?
66
66. Suka Atau Tidak Suka?
67
67. Satu Bulan
68
68. Yakin
69
69. Cinta Pandangan Pertama
70
70. Alena dan Sadiyah
71
71. Kejutan
72
72. Ciuman Pertama?
73
73. Lemparan Vas
74
74. Kembar
75
75. Hilang
76
76. Diculik?
77
77. Melapor
78
78. Mengurus Bayi
79
79. Keyakinan
80
80. Menunda
81
81. Berdamai dengan Kesedihan
82
82. Membantu
83
83. Berdebat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!