Jia masih setia menunggu Calvin pulang sementara Calvin justru sibuk mengurus pemakaman ibu Jasmine.
Setelah semuanya selesai, Calvin membawa Jasmine ke apartment yang memang sudah ia siapkan untuk sang istri. Kali ini Jasmine tak menolak Calvin, karena tujuan hidupnya seolah hilang ketika sang ibu menghembuskan napas terakhirnya.
Jasmine lebih sering melamun, namun Calvin selalu ada untuknya, menunjukan cinta yang besar nan hangat. Begitu menyentuh hati Jasmine, namun ketika bayangan Jia kembali muncul dalam benaknya, hatinya kembali menepis cinta Calvin.
Terlalu banyak menghadapi masalah, terlalu banyak yang menjadi beban fikirannya membuat Jasmine juga jatuh sakit. "Please, cukup menghukum diri kamu sendiri dan bayi kita, Sayang." Calvin berkata sembari mengompres Jasmine yang demam tinggi.
"Aku merasa bersalah pada istrimu juga pada mama, Mas. Rasa bersalah itu mencekikku setiap saat," lirih Jasmine.
"Dengar..." Calvin membelai lembut pipi sang istri. "Jika ada yang harus di salahkan, maka itu aku, Jasmine. Cuma aku," tegasnya. "Harus berapa ribu kali aku memberi tahumu, retaknya hubunganku dan Jia sudah lama sekali, jauh sebelum aku ketemu kamu." Jasmine hanya bisa menatap sendu sang suami. "Aku mencintaimu, sejak pertama kali aku melihatmu. Dan aku nggak mau kita berpisah, aku nggak mau gagal dalam pernikahan untuk kedua kalinya."
Jasmine menangkup pipi Calvin, membelainya dengan lembut yang seketika membuat Calvin langsung memejamkan mata meresapi sentuhan sang istri yang sudah lama tak ia rasakan. "Aku merindukanmu, Sayang." Calvin merebahkan dirinya di sisi sang istri, kemudian ia mendekap Jasmine dengan lembut. "Tidurlah, aku yakin demammu akan turun setelah kamu bangun nanti." Jasmine hanya mengangguk pelan, ia semakin mendesakkan tubuhnya ke tubuh Calvin.
"Mas..." panggil Jasmine dengan lirih.
"Aku disini, Sayang." Calvin mengecup kening Jasmine, sementara Jasmine kini perlahan memejamkan mata.
Egoiskah dia jika kini dia ingin memiliki Calvin? Jasmine tak mau lagi perduli, yang ia inginkan saat ini hanya memiliki Calvin karena Jasmine sudah tak punya siapapun lagi.
"Jangan ceraikan Jia kalau Jia nggak mau, Mas." Jasmine menitikan air matanya. "Tapi jangan meninggalkanku, karena cuma kamu yang aku punya sekarang." hati Calvin tersenyuh mendengar ungkapan hati sang istri yang akhirnya mengaku kalah pada keadaan.
Calvin tak menanggapi ucapan Jasmine, ia hanya semakin mendekap istrinya itu dengan lembut hingga perlahan Jasmine mulai memasuki alam mimpinya.
***
Calvin menemui Jia dan Bu Chika setelah beberapa hari Calvin menghilang dan tak bisa di hubungi. Awalnya Jia masih memegang harapannya untuk kembali bersama Calvin, namun saat Calvin mengutarakan keputusannya yang sudah bulat untuk bercerai, seketika harapan itu musnah.
"Calvin, jangan gila kamu!"Bentak Bu Chika. "Kamu mau menceraikan Jia demi pelakor itu? Apa hebatnya wanita itu, huh?"
"Hebatnya dia cuma satu, Ma. Dia nggak egois," kata Calvin dengan tenang.
"Jadi menurut kamu aku egois, Mas?" Seru Jia yang sudah naik pitam.
"Nggak," jawab Calvin masih berusaha mengontrol emosinya. "Aku yang egois, Jia. Aku yang salah, seharusnya aku membicarakan tentang hubungan kita sejak dulu, sebelum aku memulai hubungan yang baru dengan Jasmine. Tapi aku fikir, aku takut menyakii Rasya. Aku mencoba bertahan semampuku dan sekarang aku udah nggak bisa, aku sudah membuat keputusan terakhir. Kita harus bercerai, karena nggak ada gunanya juga kita pertahankan rumah tangga yang udah nggak sehat, Rasya juga yang kena."
"Alasan kamu, Mas. Bilang aja kamu udah terjerat sama godaan pelakor gatel itu!"
"Jaga mulutmu, Jia!" Bentak Calvin yang seketika membuat Jia terlonjak kaget. "Asal kamu tahu! Jasmine nggak pernah tahu siapa aku dan aku yang mengejarnya mati-matian selama ini, aku mencintai dia." hati Jia remuk mendengar ungkapan Calvin, air mata kembali mengalir di pipinya namun ia segera menyekanya.
"Lalu bagaimana dengan Rasya?" Desis Jia.
"Dia masih dan akan selalu menjadi putraku yang akan selalu cintai, Jia. Hubunganku sama kamu dengan hubunganku sama Rasya itu beda, hanya karena kita bercerai, bukan berarti aku udah nggak jadi ayah Rasya lagi."
"Oh, nggak bisa!" seru Jia. "Kamu harus pilih, Rasya atau pelakor itu!"
"Dua-duanya akan selalu menjadi milikku!" Jawab Calvin tanpa bisa di bantah, setelah itu ia bergegas keluar dari rumah yang membuat Jia berteriak histeris.
Sementara Rasya, lagi-lagi ia hanya bisa mengintip dari atas tangga sana. Kini Rasya tak lagi bisa menangis, air matanya seolah sudah kering. Raut wajahnya pun begitu dingin, seolah ia makhluk tanpa hati.
Tbc...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Tuấn Mark
kasian jusmine
2023-02-01
0
Bundae icha
kasian bener sama si jasmine
2022-11-10
0
💥💚 Sany ❤💕
Bener Calvin...kamu emang salah n egois karna gak membicarakan masalah Rt mu dg Jia hanya karna takut Rasya tersakiti. Tp akhirnya kamu jg menyakitinya.
2022-09-20
0