Bab #2 - Jianita Kanaya

Setelah selesai bekerja, Calvin hendak pulang ke rumah Jasmine karena ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan istri tercintanya itu.

Namun di tengah jalan, Calvin mendapatkan telfon dan ia terlihat cemas saat mendengar kabar yang ia dapatkan. "Sudah di kompres dengan air hangat?" Tanya Calvin sembari memutar arah.

"Sudah, Tuan. Tapi den Rasya tidak mau minum obat, dia cuma tiduran sejak tadi," tukas seorang wanita dari seberang telfon.

"Katakan pada Rasya aku sudah di perjalanan pulang, sebentar lagi sampai rumah," ujar Calvin sebelum ia memutuskan sambungan telfon itu.

Setelah itu Calvin segera menghubungi Jasmine. "Sayang, sepertinya malam ini aku pulang terlambat, aku harus menggantikan shif temanku malam ini" kata Calvin sesaat setelah ia Jasmine menjawab panggilannya.

"Oh gitu, ya sudah nggak apa-apa kok, Mas. Tapi kamu jangan lupa makan malam, ya," ucap Jasmine dengan suara lembutnya.

"Iya, Sayang. Maaf, ya." Calvin berkata seolah menyesali ketidak pulangannya, terdengar tawa kecil Jasmine dari seberang telfon.

"Iya, nggak apa-apa." Calvin menghela napas, raut wajahnya begitu masam.

"I Love you, Sayang," ucap Calvin kemudian sebelum memutuskan sambungan telfonnya.

Setiap kali ia tak bisa pulang ke rumah istrinya itu, Jasmine tak pernah mempermasalahkan, tak pernah bertanya kemana dan kenapa. Itulah yang membuat Calvin semakin takjub dan semakin mencintai Jasmine.

Kini Calvin sudah sampai di sebuah rumah yang cukup megah, ia di sapa dengan sangat hormat oleh satpam yang membukakannya gerbang.

Calvin langsung masuk ke dalam rumah yang langsung di sambut oleh seorang Baby sitter. "Bagaiamana keadaan Rasya, Sus?" Tanya Calvin sembari melangkah cepat menuju kamar Rasya.

"Masih sangat panas, Tuan. Den Rasya juga menggigil," jawab suster Kunti yang merupakan baby sitter Rasya.

"Mamanya Rasya sudah pulang belum?" Tanya Calvin lagi.

"Nyonya Jia belum pulang, Tuan. Kemarin siang dia pergi dan belum pulang sampai sekarang," jawab suster Kunti sejujurnya yang membuat Calvin justru tersenyum miring sambil geleng-geleng kepala, seolah hal ini sudah biasa.

Calvin masuk ke kamar Rasya, hatinya seperti tercubit saat melihat wajah pucat Rasya." Sayang, Papa sudah pulang, " ucap Calvin sembari  memeriksa suhu tubuh Rasya, Rasya yang saat ini tertidur tak merespon ucapan Calvin.

"Den Rasya sudah demam tinggi sejak tadi pagi, Tuan. Tapi den Rasya melarang saya telfon tuan, katanya takut ganggu pekerjaannya," ujar suster Kunti yang membuat hati Calvin terenyuh.

Bocah berusia 6 tahun itu begitu peka akan kesibukannya, namun Calvin justru tak peka akan keadaannya.

Calvin menuliskan resep sirup penurun panas kemudian menyuruh suster kunti membeli sirup itu ke apotek terdekat.

Sambil menunggu suster Kunti, Calvin rebahan di samping Rasya, ia memeluk putranya. Tiba-tiba Rasya mengigau, memanggil mamanya dengan liriih.

"Mama..." Rasya terus mengigau dalam tidurnya.

"Sayang, ini Papa. Mama sebentar lagi pasti pulang," bisik Calvin sembari mengusap ubun-ubun Rasya.

"Mama, Rasya kangen mama." lagi-lagi Rasya mengigau, keningnya sedikit berkerut, bibirnya sedikit bergetar, hidungnya kembang kempis seolah ia ingin menangis. Hati Calvin tercubit, betapa Rasya merindukan mamanya.

Tak berselang Suster Kunti datang, Calvin langsung membangunkan Rasya dengan pelan-pelan. "Sayang, ayo bangun. Minum obat dulu."

Perlahan Rasya membuka matanya dan seketika ia langsung tersenyum saat melihat sang ayah di hadapannya. "Papa sudah pulang? Apa pekerjaannya sudah selesai?" Tanya Rasya dengan suara parau khas bangun tidur.

"Iya, Sayang. Papa langsung pulang setelah tahu Rasya sakit, seharusnya Rasya telfon Papa kalau Rasya sakit," ujar Calvin.

"Rasya nggak mau ganggu pekerjaan Papa," jawab Rasya lirih sambil menunduk, matanya sudah merah dan berkaca-kaca.

Sejak kemarin ia hanya tinggal dengan Susternya, sementara mamanya pergi karena katanya ada pekerjaan penting, begitu pun dengan ayahnya yang tak pulang karena katanya bekerja.

Rasya mengucek matanya yang sudah berembun itu, ia mencoba menegarkan hatinya yang sakit karena merindukan sosok orang tua yang selalu ada untuknya, sementara orang tuanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

"Minum sirup dulu, Sayang. Setelah ini Rasya bobo, papa temenin, ya." Rasya mengangguk patuh.

Setelah minum sirup, Calvin membawa Rasya berbaring di pelukannya. Calvin membelai kepala Rasya dengan lembut sembari menyanyikan sebuah lagu tidur yang biasa Jia nyanyian untuk Rasya. Hingga perlahan Rasya kembali menutup matanya dan alam mimpi menyambutnya.

🦋

"Suamimu nggak pulang lagi, Jasmine?" Tanya Bu Gina sembari menarik kursi di samping Jasmine.

"Nggak, Ma. Katanya gantiin temannya shif malam," jawab Jasmine sembari mengambil nasi namun seketika ia merasa mual saat mencium aroma nangis itu.

Ia segera berlari ke wastafel dan memuntahkan isi perutnya disana. Bu Gina menyusul Jasmine, ia langsung memijit tengkuk Jasmine yang masih muntah- muntah.

"Jangan-jangan kamu hamil, Nak," cetus Bu Gina yang langsung membuat Jasmine tercengang, ia memegang perutnya yang masih rata itu. Mungkinkah disana ada buah hatinya dan Calvin?

Beberapa hari terakhir ini ia memang sering mual, lemas dan ia baru sadar dirinya juga belum mendapatkan tamu bulanannya bulan ini.

"Sepertinya iya, Ma. Bulan ini aku nggak datang bulan, kok aku baru kefikiran kesana, ya," ujar Jasmine sambil tersenyum senang.

"Ma, besok temenin aku ke Dokter, ya. Tapi jangan kasih tahu mas Calvin dulu, aku mau kasih kejutan," seru Jasmine yang langsung di jawab anggukan oleh sang ibu yang juga terlihat sangat bahagia jika memang Jasmine hamil.

"Semoga kamu beneran hamil, Nak. Supaya pernikahanmu dan Calvin sempurna, ikatan cinta kalian juga semakin kuat."

"Pasti, Ma. Apalagi mas Calvin juga sangat menginginkan aku hamil, dia bilang mau ngikat aku dengan anak, biar aku nggak pergi," kata Jasmine yang seketika membuat ibu Gina terkekeh.

"Sepertinya dia sangat mencintaimu, kamu beruntung, Nak."

🦋

Keesokan harinya...

Calvin membuka mata perlahan dan ia tersenyum saat melihat Rasya yang masih terlelap di pelukannya. Wajah Rasya sudah tak sepucat tadi malam, panas tubuhnya juga sudah sedikit turun.

Saat Calvin hendak bangun, ia menyadari ada sebuah tangan yang memeluknya. Calvin menoleh dan ia melihat Jia yang juga tertidur pulas di belakangnya.

"Jia..." Calvin mengguncang pundak Jia, sementara Jia hanya menggumam tak jelas dan membenarkan posisi tidurnya.

"Jia, bangun! Pulang jam berapa kamu, huh?" Tanya Calvin setengah menggeram.

"Jam 3," jawab Jia dengan gumaman.

Calvin melongo, kemudian menarik Jia hingga Jia membuka matanya lebar-lebar. "Apa sih, Sayang? Aku tuh ngantuk, aku capek," seru Jia namun Calvin tak mengindahkannya.

Calvin membawa Jia ke kamarnya dan ia menutup pintu dengan keras hingga terdengar gubrakan yang sangat keras.

"Kamu tahu nggak kalau Rasya  itu sakit sejak tadi pagi? Dia panggil kamu, tapi kamu malah sibuk sama dunia kamu sendiri!" Desis Calvin tajam.

"Aku 'kan lagi kerja, Calvin. Aku juga nggak tahu kalau Rasya sakit, nggak ada yang kasih tahu aku," elak Jia membela diri.

"Kamu nggak tahu karena kamu itu cuma sibuk kerja dan kerja, Jia. Sampai kamu lupa sama anak dan suami kamu! Ibu macam apa kamu ini, huh?" Geram Calvin penuh emosi.

"Kamu juga sibuk kerja sampai sering nggak pulang dan aku nggak pernah mempermasalahkan itu!" Balas Jia yang juga mulai terpancing emosinya.

"Aku kerja buat kalian, aku punya kewajiban untuk menafkahi kalian! Sementara kamu kerja buat siapa, huh? cuma buat diri kamu sendiri, hanya untuk menyenangkan diri kamu sendiri sampai kamu mengabaikan aku dan Rasya!" kini Calvin berteriak dengan emosi yang sudah memuncak.

"Kamu sudah ngizinin aku melanjutkan karirku, kenapa sekarang kamu menuntut ini itu?" Balas Jia yang seolah tak mau di salahkan.

"Aku mempersilakan kamu kalau mau menjadi model tapi bukan berarti aku mempersilahkan kamu hidup hanya sebagai model, Jia! Kamu jarang pulang ke rumah, nggak memperhatikan aku dan Rasya! Kamu kerja cuma karena hasrat bukan karena kewajiban mencari nafkah, Jianita! Kerjaan kamu itu nggak ada faidahnya buat Rasya dan aku!"

Jia terdiam mendengar apa yang di ucapkan Calvin, ia terduduk lemas di tepi ranjang, kemudian menutup wajahnya dengan kedua telapaknya. Mengingat kembali kesibukannya selama dua tahun ini yang memang sungguh menyita sebagian besar waktu dan tenaganya.

Sementara Calvin, ia menatap Jia dengan tajam, dadanya bergemuruh, napasnya memberat karena emosi yang menggulung jiwanya. Jia yang sekarang ada di hadapannya bukanlah Jia yang dulu ia nikahi.

Jianita Kanaya, wanita cantik yang yang berhasil Calvin nikahi 7 tahun yang lalu atas dasar cinta.

Jia adalah seorang model yang cukup terkenal, dan ia mencintai dunia modelling sejak ia remaja.

Saat ini usianya 28 tahun sementara usianya baru 22 tahun saat Calvin menikahinya, and dan saat itu karirnya sedang berada di puncak, namun karirnya terpaksa terhenti saat ia hamil dan melahirkan.

Saat itu Jia sedih, karena menjadi model terkenal adalah mimpinya, namun Calvin berusaha terus membahagiakan Jia dan mengatakan suatu hari nanti ia bisa kembali menjadi model, saat putra mereka sudah besar.

Dan dua tahun yang lalu, kembali datang  tawaran padanya dari salah satu agensi besar yang siap kembali melambungka nama Jia. Tentu kesempatan itu takkan Jia tolak, ia kembali memiliki jalan untuk menggapai mimpinya.

Namun, sejak saat itu pula, pernikahannya yang dulu harmonis kini perlahan merenggang karena Jia yang terus kebanjiran job dari berbagai kota bahkan tak jarang tawaran datang dari luar negeri, hingga menciptakan jarak antara dirinya dan keluarga kecilnya.

Jia mendapatkan apa yang dulu hilang darinya, namun apa yang dia dapatkan sekarang justru mengorbankan suami dan anaknya tanpa ia sadari.

Di luar kamar, Rasya menangis saat menguping pertengkaran kedu orang tuanya yang sering sekali terjadi sejak dua tahun yang lalu.

Rasya kembali ke kamarnya sambil mengucek matanya yang sudah berlinang air mata.

Tbc...

Terpopuler

Comments

maulana syarofa

maulana syarofa

dr awal sudah bohong, dan bohong seterusnya ...

2023-12-09

0

Mbak R

Mbak R

sama aja sih, suami istri yang egois. sama2 memikirkan pkerjaan & kebahagiaan diri sendiri.. padahal ada amanah yang harus d jaga & d bimbing.

2023-07-17

0

Memyr 67

Memyr 67

makanya nikahi prempuan jangan cuma karena cantiknya. cantik ia tapi bego. nggak bisa mengatur waktu untuk kerjaan dan keluarga. mau nyalahin siapa calvin. dari awal pilih istri dah salah.

2023-05-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!