Hari berikutnya... Dimana Sasa Sangkuriang sadar, dari komanya. "Abi..."
"Sasa kamu sudah sadar,..."Sapa baik dari Elsa, karena sejak dari tadi menunggunya.
"Kamu siapa... Dan dimana Abi..." Kebingungan mencari Abi... Karena waktu itu, sebelum ia sadar, ia melihat Abi melayang, itupun samar-samar, bahkan kejadian itu, tempat di langit-langit ruangan kamar pasien. Makanya itu,... Ia mencari kebingungan, dimana kah Abi ya.
Hal itu tidak dipedulikan oleh Elsa, dan Segera, memeluknya tanpa ragu, ia tidak percaya, bahwa dia punya kembaran.
Hingga Sasa bengong. "Apa yang dia lakukan? Kok mirip denganku." Tentu dalam lamunannya, bahkan Elsa tidak mendengarkan, apa yang dia lamun kan?
"Dengarnya Sasa kamu tidak akan menderita lagi." Ucapan Elsa dengan wajah berseri-seri.
"Iya..." Jawaban Sasa, yang begitu ragu.
...
Kenyataannya itu hanya sebuah mimpi, dan harapan Elsa yang begitu tinggi, sebab ia terbangun dan terjaga di samping Sasa.
Dan melihat posisi Sasa masih belum sadar juga. "Hua... Hanya mimpi toh, aku harap mimpi indah itu menjadi kenyataan. Sasa cepat bangun... Aku tidak sabar menyapa mu, dan ada banyak pertanyaan dari ku, salah satunya, Ibu kita apa begitu sangat cantik, dan gimana rupanya?"
"Sasa... Aku mohon sadarlah... Apakah kamu tidak lapar? Nanti dibelikan Pizza deh, atau mungkin mau beli makanan kesukaan mu, apapun boleh. " Lanjutnya. Karena ini sudah kelamaan Tidurnya, ia telah menunggu seharian di sini, dan berharap Sasa sadar, hingga mengingat satu hal. "Orang menyakiti Sasa tidak akan di ampuni." Itulah janji Elsa, dengan yakin.
"Sore kak... Sudah menunggu lama, oh iya ini informasi yang kamu mau." Muncul Aldo Barreto sangat senang, karena melihat kakaknya bangun di sore hari gini, membuat Aldo Barreto pesona terhadap Kakak sendiri.
"Oh... Sayang... Kamu sudah datang..." Tanggapan Elsa Sangkuriang, ingin memeluk lagi.
Sayang sekali... Aldo Barreto menghindar, dan membuat Kakaknya tersungkur di lantai. "Kak... Jangan membuat diriku khawatir, tingkah laku kakak, sedikit gila."
"Masa bodoh soal itu... Aku akan peluk dirimu, Sekaligus ku paksa kau... untuk cium dirimu. Jadi kemari kamu." Balas Elsa, begitu geram, dan juga... Salahkan Aldo, kenapa pula dia tampan sekali hari ini?...
Sehingga Aldo semakin takut, dan justru keluar lagi, dari kamar pasien, bahkan ia sangat menyesal, datang tempat ini lagi. "Gawat balik lagi ah." Sambil menutup kamar pasien, secara buru-buru.
Pada akhirnya membuat Elsa harus nabrak pintu, dengan berbunyi bruk! Karena Aldo menutup pintu secara tiba-tiba, karena Elsa pengen dipeluk olehnya. "Kampret lu Aldo, sakit ini." Sambil meraba-raba kepalanya yang begitu sakit.
"Maaf Kakak." Ucapan Aldo, merasa bersalah.
"Sebaiknya ku bacakan saja deh. Informasi yang ku dapatkan." Saran Aldo.
"Masuk Aldo..."
"Nggak mau..."
"Aku bilang masuk..."
"Meskipun perintah Kakak... Aku tetap tidak mau."
Elsa dan Aldo saling tarik pintu, seperti tarik tambang aja, melihat tingkah laku mereka aku merasa malu, aku tidak tahu aku malu kenapa? Padahal mereka bukan siapa-siapa aku?
Bahkan pihak Rumah Sakit tidak bisa berbuat apa-apa, karena mereka tahu, orang ribut itu merupakan tamu kehormatan yang tidak boleh ganggu, makanya Kamar Pasien VIP sangat jauh berbeda dengan kamar pasien lainnya. Dan sengaja di buat kedap suara, agar suara di dalam, tidak terdengar di luar ruangan, sungguh istimewa kamar itu.
Tapi kalau pintu tarik tambang gitu, tentu terjadi keributan, jadi... Jangan khawatir, yang seperti ini tidak akan ganggu... Karena Pihak Rumah Sakit harus menghormatinya.
"Apakah orang kaya perilaku seperti ini,..."
"Jangan tanya aku, aku juga baru kali ini melihatnya."
"Sebaiknya kita peringati mereka..."
"Jangan..."
"Kenapa jangan?..."
"Akan ada resikonya, yang kita tanggung nanti... Lagipula orang kaya itu, sudah bayar tempat itu, meskipun tempat itu mahal, jadi kita tidak bisa berbuat apa-apa."
"Ayo lanjut dah, aku tidak mau bahas itu lagi." Obrolan Para Perawat Pria di sana, dengan mendorong tempat tidur mayat, yang baru saja melintas koridor VIP Rumah Sakit Ibu Pertiwi terkenal itu, belum lagi mayat mereka dorong, baru saja meninggal hari ini, aku yakin pihak keluarga lagi sedih saat itu.
"Aldo aku rindu sama kamu..."
"Apa yang rindu? Bukannya kita sering ketemu."
"Walaupun begitu aku sangat ingin memelukmu dek."
"Kakak aku bukan anak kecil lagi, jadi tolong, jangan manja sama aku. Cari pria lain yang bisa Kakak peluk."
"Aku tahu... Tapi tidak ada sebaiknya kamu."
"Pasti ada... Hanya saja Kakak belum berusaha."
"Tidak ada dek kumohon biarkan aku memelukmu..."
"Kakak kenapa begini?... Yasudah deh.''
Pada akhirnya Aldo begitu pasrah dipeluk Kakak cantiknya, dan sudah siap di mangsa atau dimakan, dengan cara apa pun boleh, main kasar boleh, main lembut boleh, main jungkir balik juga boleh. Tapi ya gitu, Aldo sudah berjanji akan menjaga Kakaknya, dan tidak akan pernah membiarkan Kakak ternoda olehnya, hingga ia pun sambil membaca Informasi kehidupan Sasa, tentu di dalam ruangan Pasien Sasa. Bahkan saat itu juga lagi tenangnya.
"Di sini tertulis... Sasa tinggal bersama Ibunya sangat lama, sampai akhirnya Ibu mau menikah lagi terhadap pria lain, pria tersebut bernama Pak Sanjaya, sebagai juragan sayur."
"Tempat tinggalnya dimana Dek?"
"Di Jakarta Utara, jalan pintas Bank mandiri, depan mesjid, nomor RT/RW... 01/04, bagian pusat, Jakarta Utara."
"Tak jauh rupanya... Terus dek." Ucapan Elsa, yang terus menggoda seakan ingin bermanja-manja dengannya.
Sedangkan Aldo Barreto punya keinginan untuk memakan Kakaknya sendiri, tapi ia tetap menahannya, lagipula ini bukan pertama kalinya Kakaknya lakukan ini, tentu harus terbiasa. Dia pun berharap, ada seorang yang bisa membahagiakan Kakaknya. Hanya saja siapakah itu?... Itulah pertanyaannya.
"Disini tertulis, kehidupan Sasa baik-baik aja, dan tidak ada kendala sedikit pun, bahkan hubungan Ayah angkat, dan juga Adik angkat, sangat menghormati sebagai Anak dan Kakak."
"Apa Sasa masih sekolah dek?" Tanya Elsa, dengan bisikan manja di telinga Aldo, membuat Aldo merinding, panas dingin, antara memakannya atau tidak.
"Tentu ia masih sekolah Kak, Sekolahnya bernama Universitas Garuda Jaya, yang terkenal di Jakarta Utara, kabarnya sih ia sering dikibuli, tapi tidak tahu siapa pelakunya? Jadi disini menjadi pertanyaan besar, kenapa pihak sekolah tidak menanggapinya? Cari solusi gitu, tidak pernah dilakukan, seakan mereka tidak peduli Kak." Balas Aldo sopan.
Mendengar perkataan Aldo, sehingga Elsa marah, sambil mencekram kuat, di dada Sixpack Aldo, dengan kuku cantiknya, itupun merasakan kesakitan, hingga bergetar hebat, karena Aldo berusaha menahan sakit di dadanya. Ia tidak ingin Kakaknya marah padanya. "Apa yang dilakukan Kakak? Sakit sekali... Tolong hentikan Kakak... Apakah Kak Elsa ingin membunuh ku." Perkataan hati Aldo, apalagi Aldo merasakan cacing kepanasan. Untuk menahan sakit di dadanya.
Membuat Elsa kebingungan, apa yang dilakukan adiknya, pada akhirnya ia bertanya. "Kamu kenapa Aldo?"
"Apa?... Oh... Tidak Kenapa-napa Kak?... Aku baik-baik saja, tidak usah khawatir Kak." Tanggapan Aldo gugup, karena ia tidak berani mengatakan sejujurnya.
"Yakin... Kamu baik-baik saja dek..." Ucapan Elsa, dan merasa ragu atas jawaban adiknya sendiri.
"Yakin Kak slow aja..." Sambil memasang jempol, dengan semangat Aldo tentunya, padahal kesakitan bagian dada yang begitu sixpack pokoknya.
"Selain itu,... Kampus lagi heboh, ada barang-barang aneh di loker Sasa, yang begitu mistis, kayak pemujaan setan." Lanjut Aldo, dengan informasi yang ia dapatkan.
"Pemujaan setan gimana?" Elsa sama sekali tidak mengerti maksud perkataan adiknya sendiri.
Hingga Aldo, harus menjelaskan dengan sejelas-jelasnya. "Dalam loker tersebut, di temukan, barang aneh yang tidak seharusnya di simpan di situ, seperti Garam, Tikus, dan menumpahkan darah manusia asli, semua Siswa-siswi Kampus percaya, Sasa itu Siluman, dan Ibu kita disebut Ratu Siluman."
"Alamak... Mereka pikir kita tinggal zaman apa?! Kok percaya hal begituan,..." Marahnya Elsa, ia tidak terima, kalau Saudara kembar dan Ibunya disebut Siluman.
"Ditambah lagi,... Bukti itu terkuat, atas kehilangan Sasa,... Dan tidak pernah balik lagi, ke rumahnya atau ke kampus, setahu orang-orang Sasa itu kutu buku. Karena pikirannya buku aja, apalagi diduga buku yang ia baca buku mistis, sekaligus miliki catatan terakhir. 'Abinya masih hidup, dengan melayang dan mampu tertembus tembok,' padahal semua orang setempat tahu, Alim Muhammad sebagai bapak kita, sudah lama meninggal dunia, dan dinyatakan mayatnya hilang entah kemana, seakan ditelan bumi, dan itupun sebagai alasan kecantikan Ibu kita, disitulah awal Ibu kita disebut Ratu Siluman Kakak." Ungkapan Aldo, begitu serius banget untuk membacanya.
Terus hubungan Pak Sanjaya dengan Ibu kita gimana?" Tanya Elsa, sambil menahan amarahnya, yang mampu di rasakan oleh Aldo, dan sekaligus muncul api mawar yang panas di badan Elsa, di tambah lagi, ruangan VIP ini semakin panas.
Walaupun begitu, Aldo tetap menjelaskan perihal kehidupan Sasa saat ini. "Hubungan mereka berdua masih baik-baik saja, warga setempat sangat yakin, Pak Sanjaya kena pelet oleh Ibu kita Kakak."
"Setelah ini, apa yang Kakak lakukan?" Tanya Aldo penasaran.
"Aku akan menjadi Sasa Sangkuriang, di kehidupan Sasa, dan mencari bukti untuk ungkapan kebenaran, bahwa Ibu kita bukan Ratu Siluman." Idenya Elsa, ia melepaskan pelukan adiknya, hingga berjalan santai menunju arah Jendela Rumah Sakit, yang di tempati Sasa saat ini. "Bagaimana menurutmu adikku." Lanjutnya, tanpa berpaling sedikit pun.
"Aku sih setuju aja, dan tugas ku saat ini, aku akan jaga Kakak Sasa dengan baik, dan berikan sesuatu hal yang bagus, yang tidak akan pernah ia lupakan, dan sudah seharusnya, Sasa Kakakku, hidup bahagia semestinya." Balas Aldo Barreto, Sambil menatap wajah Kakak Sasa nya, yang begitu mirip dengan Elsa.
"Berarti kita sudah sepakat, pertanyaan nya gimana menjalani rencana ini?" Pendapat Elsa, karena sangat tidak lucu, muncul tiba-tiba, masuk kehidupan Sasa, tanpa ada tragedi yang bisa dipercayai masyarakat nanti, bisa-bisa ia dituduh nggak-nggak, seperti pembawa bencana, di Jakarta Utara, mana tahu itu, atau mungkin Sasa pergi tempat Siluman, agar kecantikannya mirip seperti Ibunya yang perlu memakan tumbal. Hal itu, mau tidak mau, Sasa dibakar hidup-hidup, supaya tidak ada tumbal berikutnya.
Karena orang-orang Jakarta Utara, sangat percaya tentang mistis, yang sudah diyakini seluruh Indonesia, emang tidak semua sih, tapi pasti ada orang percaya hal itu, contohnya di Kecamatan Duku Seru blok 46. Yang dimana Keluarga besar Pak Sanjaya tinggal saat ini.
Hai para pembaca, apakah kalian percaya tentang kekuatan mistis atau nggak, kalau nggak percaya, terus bagaimana tentang candi Prambanan atau Borobudur, dibangun, yang konon katanya, dibangun kekuatan mistis, bahkan kerajaan Mistis lainnya yang begitu ditakutin di masa zaman batu, tentu diyakini masyarakat Indonesia saat ini, emang tidak semua tapi,... Itupun tergantung kalian mau percaya atau tidak, apalagi tentang Ilmu Kanuragan saat ini, sebagai Ilmu terkuat, dan sudah banyak terbukti, lucu kan masyarakat kita.
Makanya itu Aldo punya rencana bagus, dan ini pasti berhasil. "Begini saja,... Aku akan menangkap orang penculik Kakak Sasa, dengan meminta kerja samanya, seolah-olah berdagang manusia itu, sudah terungkap, dan Sasa salah satu korbannya, dan kita buat berita heboh saat itu, dengan begitu Sasa muncul, dengan dikawal Polisi Metro tentunya, dengan alasan Sasa salah satu korban penculikan, dan segera dipulangkan keluarga besarnya."
"Ide bagus aku setujui rencana itu, aku akan meminta Pasukan Mafia ku, menelusuri jejak para penculik, aku yakin itu tidak akan butuh waktu yang lama." Tanggapan Elsa.
"Bagus sekali kalau begitu, terus siapa Polisinya?" Ucapan Aldo Barreto, sangat senang, sambil tanya kakaknya perihal polisi pengawal itu.
"Jangan khawatir aku tahu siapa yang cocok." Ungkapan Elsa, dengan senyum bahagia, yang dipikirkan olehnya adalah Fit Leona, dia pasti mau membantunya.
"Bagus... Ini data-data harian Sasa Sangkuriang, dari makanan kesukaannya, perilakunya, bahkan hobinya, dan tahu nama adik iparnya, Kakak harus menghapal semua tentang kehidupan Sasa, salah satu Saudara kembar Kakak." Saran Aldo Barreto, sambil menyerahkan berkas ke seharian Sasa.
Dengan cepat, Elsa menerimanya, dan membaca sebagian kertas berkas ia terima, bagaikan buku yang sangat tebal. "Banyak sekali... ini kegiatan dia." Kata Elsa, sambil dahinya mengkerut.
"Iya itu benar, tapi masalahnya... Tampilan Kakak harus dirubah, dan mulai saat ini, Kakak harus menutupi aurat Kakak." Jawab Aldo dengan serius dan yakin, bahkan dia sangat senang, karena mulai saat ini, Kakak Elsa, akan menjaga tubuh kehormatannya, yang tidak akan ditampakkan lagi.
"Sial aku tidak suka hal itu, tapi baiklah." Tanggapan Elsa, dan segera pergi ke Rumah Sakit Ibu Pertiwi, dan menuju ke parkiran mobil mewahnya.
Sedangkan Aldo Barreto, dia akan tetap disini menjaga Kakak Sasa, sambil memakan buah di meja, di tambah lagi ia memesan bakso kesukaannya, dan berencana makan disini, begitulah Ruangan VIP ini, bisa pesan makanan. "Kakak... Semoga berhasil." Ucapan Aldo Barreto, Sambil mengigit apelnya.
Sangat mengejutkan, Sasa Sangkuriang terbangun tidurnya, hal itu, segera memanggil Dokter Cahya, untuk kemari, sebab Sasa Sangkuriang butuh di periksa.
Saat Sasa Sangkuriang bangun Tidurnya, kata muncul adalah. "Abi... Kamu di situ rupanya, Sasa senang bertemu Abi." ia sambil menatap aku begitu serius, seolah-olah, dia bisa melihat ku.
Aku pun menjawab. "Siapa yang kamu sebut Abi sialan, emangnya aku setua itu." Sambil sangat yakin, Sasa tidak bisa lihat aku.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments