Jam istirahat, di Kampus, yang dimana Tika, Inu dan Sari, memakan pesanan di kantin, tentu di Sekolah Universitas Garuda Jaya.
Wilayah itu, terdapat daerah Jakarta Utara saat ini, dan merupakan Sekolah Universitas terbaik di sana.
"Sial! Aku kesal banget dah! Itu orang, berani banget melawan!" Marahnya Tika saat ini, untuk makan yang dia pesan aja, terasa nggak enak, bawanya marah aja.
"Ehhhh! Siapa kamu maksud? Tika!" Balas Inu dan Sari, secara serentak, tampaknya mereka berdua tidak tahu, apa yang di bicarakan oleh Tika saat ini.
"Ya ampun kalian berdua, apa kalian tidak tahu, yang ku maksud itu, Sasa lah! Siapa lagi bukan dia?" Tangkas dan kesalnya Tika.
"Sudah... Sudah... Jangan ngambek lagi dong... Setelah makan kita kan masuk kelas lagi, lu tahu kan dosen hari ini cukup galak, kalau nggak Lulus studi dari dia, mampus lah kita." Tanggapan Inu.
"Iya... Itu benar Tika... Yang sabar..." Timpal Sari.
"Jujur aja... Kenapa sih? Benci banget anak itu... Padahal dia itu baik loh." Tanya Inu penuh penasaran banget, padahal Tika Putri dan Sasa Sangkuriang itu kan Saudara.
"Lu pada aku kasih tahu iya, kenapa aku...? Benci sama dia! Karena dia itu Anak Siluman... Anak yang mencari tumbal demi kecantikan Ibunya, dan sudah banyak korban dimakan olehnya... Salah satunya Mantan Suami Ibu tiri ku, karena mengalami musibah, sekaligus aneh... Mayat tubuhnya tidak bisa di temukan, aku yakin... Sudah dimakan oleh Ibu tiri ku, begitu lah pendapat ku." Jelas Tika Putri.
"Kok jadi seram banget."
"Iya nih... Aku kok jadi takut." Komentar Inu dan Sari.
"Makanya... Aku ingin sekali ngerjain dia, kalau bisa... Aku buktikan... Sasa itu Siluman." Seriusan si Tika Putri. Tanpanya... Tika Putri sangat yakin... Sasa Sangkuriang itu Siluman.
"Gimana cara buktikan ya, Tika..." Tanya Sari.
"Sini aku bisikin... Gini caranya...." Saran Tika Putri, dan sekaligus, Mereka bertiga berbisik, seakan bikin rencana, tanpanya... Rencana mereka bertiga, kurang enakan. Bisa dikatakan, sangat buruk.
"Sebenarnya usia mereka berapa sih, kok percaya sama cerita takhayul!" Tanpanya aku begitu kesal, walaupun begitu aku akan lanjutkan ceritanya.
Singkat cerita, saat pulang Sekolah Universitas Garuda Jaya, Sasa Sangkuriang, berjalan menuju loker di lorong Sekolah Universitas, hanya untuk mengambil barangnya, habis itu ia akan pulang.
Tanpanya Sasa Sangkuriang, begitu hati-hati, menuju loker tersebut, sudah berapa kali, dikerjain Tika Putri, di situ.
"Aman... Tanpanya Tika tidak ada disini, aku harus cepat dan pulang." Ujarnya Sasa.
Setelah sampai di depan lokernya, ia membuka, dan ambil barang disitu, dan segera meninggalkan tempat itu, tentu hati-hati dan cepat, jangan sampai, Tika tahu dia disini.
Tanpa diduga, ada orang yang mengawasinya... Siapa mereka? Kok misterius sekali, sebab wujud dan rupanya nggak kelihatan, setelah melihat gerak-gerik mereka, tanpanya berusaha menculik orang.
Tambah lagi, Sasa Sangkuriang, malah tidak curiga, kalau ada orang misterius itu lagi awasi Sasa berada.
Sekaligus siap menikam Sasa kapan saja, dari belakang tentunya, dengan menggunakan obat bius tidur, yang dapat amnesia semetara.
Hop.... Hal itu berhasil, bahkan perlawanan Sasa tidak berguna sama sekali, iya tahulah... Fisik perempuan itu lemah. Tampaknya yang menyergap itu, laki-laki.
Lah... Bukannya tempat umum, seperti tempat penyimpan ini, atau disebut ruang Loker, seharusnya ramai seperti biasa, ini kemana orang-orang dah... Apa pada pulangnya? Nggak tahu mestinya sih, tanpanya bener-bener sepi deh.
Dan sekaligus aku tahu sih, hari ini pun, sudah menunjukkan hari jam siang menjelang sore. Tapi nggak sepi ini juga sih, setidaknya ada Cleaning servis disitu, karena pasti ada aja sampahnya, gimana ya tahulah,... Perilaku para Mahasiswa anak jaman sekarang, kurang mencintai kebersihan deh, contohnya buang sampah sembarang, padahal tong sampah dekat loh, 20 langkah nggak nyampai lah.
Mungkin mereka pikirkan. "Alah... Ada tukang bersih-bersih...."
Aku pernah kerja serabutan seperti itu, rasanya sedih deh, tapi nggak apa-apa deh, daripada tidak ada kerjaan, "Semangat berkerja!" Itulah yang ada gumam di hatiku.
Setelah itu, Sasa Sangkuriang tetap memberontak dan terus-menerus melawan, sehingga hijab atau kerudung cantik itu, malah berantakan, atau amburadul lah bisa dikatakan, tentu berwarna putih mengkilap seperti rembulan, kalau di pandang sih... Mantap kali... Bahkan indah sekali. Sehingga tidak ada kalah oleh kecantikan wajahnya itu loh. Soal body sih... Aduh... Jangan ditanyakan, gimana ya? Pokoknya aduhai banget dah.
Tapi iya gitu, pakaian sangat sopan, sehingga body nya,... Nggak nampak deh, rupanya ini kebalikan Tika Putri deh. Saudara tiri itu loh....
"Lepaskan aku!!! Lepaskan aku!!!" Teriakkan Sasa Sangkuriang, yang terus memberontak.
Kenyataannya sih... Sasa terkuras tenaganya, dan semakin lemah, belum lagi kepalanya itu, terasa pening, kayak ada muter-muter gitu, sehingga nggak lama lagi, Sasa, terasa ingin pingsan.
Breuh... Akhirnya pingsan juga Sasa.
"Bagus bawa dia!"
"Mantap kali Siswi ini...."
"Jangan banyak komentar, cepat bawa!"
"Bantuin lah, jangan diam aja."
"Ayo...."Komentar orang misterius itu, yang terdiri dari dua orang tidak deh, kurasa empat orang, atau lebihnya, sial! Samar-samar gitu bayangannya.
Meskipun begitu Sasa tetap di bawa pergi dari situ, oleh mereka, dan tidak ada tahu tindakan mereka, kecuali Allah SWT.
"Allah SWT, mereka berapa orang sih?" Tanya aku, dan berharap mendapatkan jawabannya.
Kenyataannya selama aku nunggu, nggak terjawab dong. Ya sudah deh, lanjut.
Sedangkan Tika, Inu, dan Sari, udah tiba di lorong Loker penyimpanan, sekaligus menaruh Garam, Tikus, dan menumpahkan Saus Tomat, seakan itu darah manusia asli, kalau orang bilang, Ori banget deh darahnya.
Tentu melakukan itu, merasa jijik, apalagi Tikus yang mereka bawa, untuk dapat di simpan dalam Loker Sasa, hanya untuk buktikan... Bahwa dia itu Siluman. Ini sih... Tindakan Fitnah loh. Nama juga orang lagi dendam, yang beginilah kelakuannya.
Ingin sekali aku pukul, anjir... Tidak dapat aku sentuh, tampaknya aku hantu, lanjut.
"Aku sungguh kasihan sama Sasa, punya saudara tiri kejam seperti mu... Tika!"
"Wus... Jangan bilang begitu... Bagaimana pun, gini-gini teman kita."
"Tapi kan, tindakan ini loh... Kayak Siluman!" Komentar Inu dan Sari.
"Aku tahu ini kejam! Tapi aku kan, ingin melindungi Bapakku, aku tidak ingin Bapakku celaka, gara-gara Siluman itu." Tanggapan Tika Putri, atas komentar Inu dan Sari.
"Emangnya siapa yang bilang, kalau Sasa Siluman." Tanya Inu dan Sari.
"Orang-orang tetangga aku, lagi gosip sih, atas kematian Mantan Suami Ibu tiri ku, yang aku ceritakan tadi." Jawab Tika Putri, tanpa ragu.
"Dan lu... Percaya hal itu!" Ungkapan Inu dan Sari, sungguh-sungguh.
"Iya... Aku percaya. Udah ayo pergi..." Jawab Tika Putri, yang begitu polos, karena percaya perkataan orang-orang tetangganya.
"Inu... Aku rasa tindakan kita ini, salah!"
"Aku juga begitu." Bisik Inu dan Sari, cuma mereka berdua bisa dengar.
"Ayolah... Inu! Sari! Mari pulang!" Senangnya Tika Putri, sekaligus mengajak Inu dan Sari pulang.
Tanpa disadari mereka, Sasa Sangkuriang, Sudah diculik, bahkan aku pun tidak tahu siapa mereka.
Apakah lawan atau... Jangan-jangan teman, yang pasti, mereka membawanya ke tempat sepi, tentu salah satu gedung kosong, bisa dikatakan sebagai gudang deh.
Jangan-jangan ingin melecehkan Sasa Sangkuriang, aduh... Jangan salah sangka, mereka ini sebenarnya... Lagi jual Sasa, dengan harga yang sangat tinggi, tanpanya perdagangan manusia sih mah.
"Bagaimana kita hamili dia?"
"Wus... Jangan sembarang! Nanti harganya nggak tinggi dong."
"Tapi kan, sayang sekali, kita menculik, tapi belum rasakan nikmatnya tubuh Siswi."
"Kalau kita menyentuh dia, sama sekali tidak ada harganya, terpaksa deh, kita harus membunuhnya, kalau perlu, hilangkan jejaknya."
"Karena Siswi yang tidak suci lagi, bisa-bisa nggak ada mau bayar kita-kita, dengan harga paling tinggi, walaupun masih cantik, apalagi body bagus."
"Bandar kita tidak suka, dia maunya masih suci, begitu maksud mu."
"Iya."
"Banyak maunya sih Bandar, lagian kalau kita sentuh, si Bandar ini pasti tidak tahu apa-apa, apalagi Meraup curiga pada kita, bukannya kita ini langganannya."
"Lu nggak tahu sih, si Bandar ini, sudah siapkan dokter terbaik, bahkan sudah siap diperiksa secara teliti, jangan sempat Siswi kita jual, malah sudah bolong keduluan, bisa-bisa kita langsung mati ditempat, emangnya kamu mau!"
"Nggaklah."
"Ya udah, turuti kemauan si Bandar."
"Menjengkelkan sekali si Bandar.''
"Daripada lu jengkel di sini, mending lu siapkan mobil bawa kemari, dan aku nelpon bos Bandar."
"Iya deh."
"Tapi jangan pakai lama."
"Iya... Cerewet amat."
"Cepat sana pergi."
"Alamak, aku diusir, keparat juga kawanku ini."
Wah... Gawat! Udah siap di jual ini, Sasa sebaiknya kamu cepat sadar. Sasa!!! Sasa!!! Sasa!!! Cepat bangun!
Yasudah... Lewati bagian ini deh. Lagian aku ini hantu. Ngomong-ngomong, bagaimana bisa pula, aku jadi hantu.
Di sisi lain. Ada seorang pemuda berumur 17 tahun, berbadan pendek, walaupun begitu, dirinya pernah dikejar seluruh wanita cantik, yang ingin jadi pacarnya, bahkan ingin menjadi istrinya, sungguh gila, apa karena tampan, atau pemuda ini seorang anak konglomerat, yang pasti dia ini, seorang anak-anak yang belum cukup umur untuk menikah. Tapi pesona itu, sungguh menakjubkan.
Sekaligus Pemuda itu, lagi bersantai, di kafe terkenal di sana, lebih tepatnya di Kebun Jeruk, dengan daerah yang terkenal Jeruk manisnya, karena penduduknya ramah tamah, makanya disebut manis.
Padahal hari ini menjelang sore, tapi kalau sudah malam, Kafe ini akan penuh dengan Pemuda pemudi dengan gaya begitu sopan, dan sebagai membawa pacarnya, secara hukum syariah seharusnya dilarang, ada satu kata membuat aku tertarik, aturan hanya khusus untuk di langgar. Itulah yang terjadi zaman sekarang ini, benarkan....
"Hari ini, ada begitu banyak penjual Gadis cantik, berusaha hubungin ku." Ucapan Pemuda itu. Terhadap seorang wanita manis di sebelahnya, dengan corak pakaian begitu lucu, dengan berambut pendek, seakan dirinya seorang pria cantik, kelembutan kulit tangannya, membuat dirinya tersenyum.
"Oh benarkah... Aku tidak sabar berjumpa mereka... Tapi ingat... Mereka harus masih suci, maknanya... Belum tersentuh oleh pria mana pun, kamu mengerti kan, adik tampan ku...."
"Oh soal itu, jangan khawatir... Bisa di atur Kakak...."
"Adikku...."
"Iya Kakak..."
"Menurutmu kalau aku pakai hijab, apa aku kelihatan cantik..."
Gadis itu, yang ada disebelahnya, berusaha untuk dipeluk, dengan santainya Pemuda itu, berusaha menolak dan menghindarinya.
"Tentu saja, Kakak pasti kelihatan cantik, bahkan bidadari surga pun, kalah kecantikan Kakak."
"Terus... Saat aku ingin kali dipeluk olehmu. Kenapa lu harus hindari aku,... Aku rasa diriku kurang cantik bagimu..."
"Kakak tahu sendiri bukan,... Aku ini lelaki terhormat, tidak pantas bagiku dipeluk Kakak begitu manis. Aku harap pelukan hangat Kakak, dapat dirasakan lelaki yang begitu mencintai Kakak. Sebagai adik... Aku kurang pantas Kakak."
"Tapi kamu harus tahu, cintaku hanya untukmu adikku, maka tolong sekali saja, biarkan Kakak memeluk mu.... Kumohon... Bukannya aturan dibuat hanya khusus untuk dilanggar."
"Berarti kita tidak sependapat Kakak, aturan dibuat hanya khusus untuk dipatuhi, agar Alam Semesta yang ada di dunia ini, tetap terjaga."
"Emang begitu seharusnya, aturan yang dibuat di dunia ini, hanya saja tetap saja dilanggar, itupun ingin menuhi hasrat duniawi ini."
"Kakak... Kalau aku melakukannya... Aku takut bablas, hingga membuat Kakak hamil."
"Bagus dong... Itu artinya... Kamu mencintaiku..."
"Kakak... Itu bukan cinta, melainkan kepuasan sendiri, tolong dibedakan Kakak. Karena kepuasan gampang membuang mu, tapi kalau cinta tulus, itu akan setia sampai akhir hayat."
"Wah... Kalimat puitis sekali, aku makin sayang..."
Gadis cantik yang berambut pendek itu, semakin agresif untuk menyentuh dada di depannya, tapi ya gitu, Pemuda tersebut mengelak dengan alasan.
"Kakak... Aku akan menjumpai sang Penjual, aku pergi dulu..." Bergegas lah pria itu pergi, dan meninggalkan kesan tak peduli.
"Sial... Selalu saja hindari aku, awas saja kamu ya..."
"Hei cantik, boleh Abang temani."
Ada seorang pria menghampirinya, yang begitu sopan, tampaknya dia ingin pdkt, tapi sialnya, Gadis cantik yang berambut pendek, malah membuat dirinya mood semakin buruk.
"Pergilah... Aku tidak butuh sok perhatian seperti dirimu!"
Pria itu, semakin agresif, dengan merangkul Gadis itu, dengan berkata.
"Ayolah... Jangan gitu dong, aku kan cuma, ingin jadi teman... Masa tidak boleh."
Gadis cantik yang berambut pendek, pasrah dengan berkata.
"Boleh aja... Tapi jangan disini... Aku kan malu."
Pria sok tampan itu, semakin senang, tampaknya gadis di sebelahnya, adalah gadis gampangan.
"Baiklah...Kamu ingin pergi kemana... Aku akan mengantarkan mu, kemana pun kamu sukai."
"Benarkah... Kalau begitu ayo..."
Mereka berdua pun, segera meninggalkan Kafe terkenal itu, yang bernama Kafe Mawar Naga Merah, dengan model corak China yang begitu cantik, bahkan pelayan Kafe ini, berpakaian Tradisional China. Dengan menu andalan mereka yaitu Bebek Peking.
Rasanya sangat menakjubkan lah, siapa pun memakannya akan terhipnotis, dan berkhayal terbang dengan bebek sedap.
Mantap kali itu, aku pengen makan itu sama Kakek, namanya siapa kakek itu, aku kok lupa gini. Yasudah lah, lupakan saja.
"Dito bener-bener hebat, belum apa-apa langsung dapat."
"Iya itu benar, aku kok jadi iri gini."
"Makanya... Cari pacar sana..."
"Iya... Aku usahakan. Sabar napa?"
Itu komentar salah satu kelompok sahabat Dito. Dan sekaligus mengikuti keluar, mana tahu ada pertunjukan menarik. Begitulah pikiran mereka.
Setelah sampai di depan pintu, secara mengejutkan. Elsa Sangkuriang, membanting pria yang sok tampan, yang berusaha merangkul dirinya, membuat pria itu, yang bernama Dito, harus tersyukur ke tanah lantai yang begitu manis corak naga merah.
"Mampus kau! Berani sekali menyentuh ku! Macam sudah kenal saja!"
Setelah berkata demikian, Elsa Sangkuriang langsung pergi meninggalkan Dito sendiri, yang saat ini merauk kesakitan.
"Keparat!!! Sakit sekali!!! Tolong aku!!!"
"Dito!!! Ya ampun!!! Kamu baik-baik saja kan!!!"
Ucapan temannya, yang menghampirinya, sekaligus menanyakan keadaannya.
"Baik-baik jidatmu... Tolongin!!!"
Malahan Dito, semakin kesal, kalau ada seorang tanya padanya. Walaupun itu, temannya.
"Sini gua bantuin... Ganas banget cewek itu."
Walaupun sudah di marahin, tapi iya gitu, temannya tetap ingin menolongnya.
Kalau aku sih. "Syukuri... Berani banget gangguan anakku... Tunggu sebentar! Emang aku kapan nikahnya, dan siapa istri gua, aku kok gak tahu..."
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments