Kejadian penculikan Sasa Sangkuriang, udah lewat sekitar sepuluh hari. Para penculik itu, udah memancar entah kemana? Itupun ulah Aldo Barreto yang sangat ganas seperti Singa lagi marah, di tempat kejadian perkara.
Yang dimana Para korban penculikan pada kumpul di sana, hanya untuk di jual, sekarang tempat itu udah hancur berantakan, dan tidak lagi di operasikan.
Karena Aldo Barreto pikir, Kakaknya di apa-apain mereka, padahal bukan Kakaknya loh. Hanya gara-gara itu, tempat itu hancur.
Dokter terbaik yang memastikan, perempuan diculik itu, masih Suci atau kagak, malah justru harus mengobati Sasa Sangkuriang, karena udah kena tembak, di belakang tubuhnya, dan butuh perawatan medis cukup lama, sekitar satu hari lah, itupun belum sadar juga.
Ngomong-ngomong, lukanya kan cuma kena tembak di belakang tubuhnya, kok lama amat, nggak iya nih dokternya, bohongan itu. Faktanya sih, ini bener-bener Sasa nggak sadar, belum lagi dia itu kena trauma, dan berpikirlah secara logis, jangan terlalu naif jadi orang. Kenapa aku berkata begitu? Karena secara pengalaman pribadi ku.
Peluru bisa menembus tubuh manusia dan menyebabkan kerusakan fatal. Itu sebabnya senjata api tak banyak berubah sejak beberapa ratus tahun terakhir karena itu sangat efektif untuk melukai dan membunuh korban.
Tertembak peluru adalah perkara hidup dan mati, satu tembakan di lengan atau kaki saja sudah bisa membunuhmu.
Jadi, jangan asal percaya dengan adegan film atau televisi, ya.
Sedangkan Gadis remaja hasil dari penculikan, justru dibawa sekalian, sesuai keinginannya, di tambah lagi, Sasa Sangkuriang mendapatkan perawatan medis terbaik, yang nama Rumah Sakit itu, bernama Rumah Sakit Ibu Pertiwi, tepat di seberang Kota Kebun Jeruk, bagian selatan. Di situlah dia di rawat.
Sisi lain... Kejadian Vina Langit bentrok dengan Dito, Ris Hidayat, Dro Duke, dan Fit Leona, hanya masalah kecil aja, hingga menjadi masalah besar, sampai-sampai Para Polisi Metro Kebun Jeruk ikut campur, dan sudah terjadi Perang besar di sana. Itupun sekitar berapa jam lalu, sekaligus hampir menjelang tengah malam, seharusnya malam itu, hari untuk tidur tenang, itupun kejadiannya, sejak kepergian Aldo Barreto dari sana sih, hingga dia pikir Kakaknya Vina, mengikutinya, padahal nggak.
Iya gitu deh... Semakin tenang, kondisi saat ini, bahkan pembangunan Kota Kebun Jeruk, sudah beroperasi sana-sini, itu artinya Kota tersebut, sudah kembali sedia kala, tampaknya hari-hari sudah berlalu ya.
Aku tahu, bikin Kota sedia kala, butuh waktu yang sangat lama, hanya saja ilmuwan datang, dengan butuh satu bulan, Kota Kebun Jeruk, sudah siap dihuni, dan menjalankan bisnis seperti biasa. Hebat juga itu Ilmuwan, entah alat apa yang dia ciptakan.
Beginilah kehidupan pulau Jawa saat ini, terutama Pulau Jawa Tengah, sebagai pusat kegiatan bisnis besar tentunya, apalagi sebuah berita utama, yaitu... Hancurnya bagian wilayah kecil, di Kota Kebun Jeruk, tapi untungnya tidak ada penghuninya, berita itu mengatakan... Ada perkelahian antara kekuatan Aura terkuat, sehingga tempat itu hancur.
Mendengar berita itu, membuat Pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan termasuk Irian jaya, sangat terkejut, dan menjadi topik hangat seluruh Pulau Nusantara, walaupun kejadian itu sekitar tiga bulan kemudian.
Vina Langit, atau aku sebut Elsa Sangkuriang, bangun kesiangan kala itu, tentu ia tinggal Vila yang sangat besar dan bagus, Vila itu, berhadap ke arah barat, dengan pengunungan yang sangat indah dan sangat asri, belum lagi tamannya sangat luas, semakin luasnya, bisa bermain dua lapangan sepak bola Indonesia, bisa ditebak itu pasti megah banget.
"Sudah lewat tiga bulan, Adikku nggak pulang-pulang, ngapain sih... Menyebalkan!..."
Elsa mondar-mandir nggak jelas, seakan lagi mikir suatu, sebab nelpon adiknya nggak diangkat, di sms nggak di baca. Ada apa dengannya? Seakan hpnya dinonaktifkan.
tapi ada orang mengetuk pintunya, dan berkata lah pria tua itu, dibalik pintu tersebut. "Elsa sayang... Kamu sudah bangun, aku lihat kamu nggak turun untuk makan! Apakah kamu tidak lapar sayang..."
"Paman!... Aku lagi tidak mood, untuk makan." Balas Elsa yang masih di dalam kamar tempat tidurnya, yang begitu indah, seperti permata.
"Aku tahu, kamu lagi mikir adikmu kan, tenang aja dia lagi jaga saudara kembar mu." Ungkapan Paman lelaki tua itu, untuk beritahu kan ya.
Mendengar tentang kembaran, Elsa tidak bisa percaya hal itu. "Kembaran... Aku punya kembaran, gimana mungkin?"
Setelah itu, Elsa cepat-cepat keluar dari kamarnya, dengan berkata. "Paman... Kamu tidak pernah cerita, kalau aku punya kembaran."
"Aku pikir itu tidak terlalu penting, jadi tidak beritahu kan mu." Lugunya sang Paman.
"Paman!... Kamu kejam!" Marahnya Elsa, bahkan ia baru tahu kalau punya kembaran.
"Hingga timbul pertanyaan besar, pada diri Elsa. "Paman!... Beritahu kan aku, dimana orang tuaku?"
"Elsa jangan khawatir, Ayahmu sudah tenang di alam lain, sedangkan Ibumu sudah bahagia dengan pria lain." jawab Paman tua itu.
"Apa maksudmu Paman?" Elsa makin bingung, bukannya Ayah dan Ibunya, seharusnya hidup bersama, ini malah dijawab Ayah tenang di alam lain, sedangkan ibu sudah bahagia dengan pria lain.
"Elsa... Apakah kamu tidak mengerti, apa Paman katakan?" Jelas Paman tua itu.
"Iya aku semakin bingung Paman, padahal dulu Paman pernah bilang, Ayah dan Ibu belum mau menerima ku, dan aku harus fokus untuk belajar, kalau aku sudah sukses, Paman sudah berjanji, membiarkan aku bertemu dengan mereka." Timpal Elsa, dan berharap Pamannya mengerti tentangnya.
"Bukannya kamu pernah bilang, Ayah dan Ibumu nggak pernah sayang, dan sangat benci padamu, sebab itu, aku tidak membiarkan mu bertemu dengan mereka. Takutnya malah perang besar, antara kamu dan orang tuamu." Balas Paman tua itu.
"Bukan berarti, aku tidak rindu Paman. Justru aku sangat iri terhadap orang-orang, yang punya orang tua yang selalu sayang, aku ingin dipeluk sayang Paman." Keinginan Elsa, saat ini.
"Kalau begitu, buanglah rasa benci mu jauh-jauh terhadap orang tuamu, sehingga Paman yakin membawa mu, untuk menemui mereka berdua. Gimana Elsa? bersedia kah kamu tidak membenci mereka." Tegasnya Paman tua itu.
"Baik... Aku tidak akan benci terhadap mereka, dan sekarang... Tepati janji mu Paman." Yakinnya Elsa saat ini.
"Bersiap-siaplah aku membawamu menemui mereka." Perintah sang Paman.
"Tunggu sebentar... Aku akan turun." Senangnya Elsa, akhirnya ia bisa bertemu orang tuanya.
Lah... Kenapa begitu? Kalau ingin bertemu ketemu aja, lagipula udah hapal wajah orang tuanya kan.
Jangan salah sangka, Elsa belum pernah melihat wajah Orang tuanya, karena sang Paman melarangnya, dengan berkata. "Elsa... Ayah dan Ibumu tidak mau menemui mu, sebelum kamu sukses, maka belajarlah sekarang, dan biarkan Paman akan membina mu."
Dengan sepintas Elsa kecil, yang injak usia tiga belas tahun kala itu, dengan angkuh berkata. "Ayah Ibu tidak sayang sama aku, mulai sekarang aku benci mereka yang tidak sayang sama aku."
Makanya Elsa kecil, hingga dewasa saat ini, berusaha keras untuk hal yang terbaik dan melupakan orang tuanya, sehingga Pamannya, tidak menanyakan keadaan Orang tuanya kala itu.
Pada akhirnya malah teringat saat ini, itupun saat Pamannya berkata, bahwa dirinya punya kembaran, sehingga menimbulkan, pertanyaan besar bagi Elsa, tentang perihal Orang tuanya. Atau... Emang Paman tua itu, sengaja berkata begitu, seakan miliki rencana sesuatu, sehingga membuat diriku bingung. "Ada apa ini?"
Daripada itu, Elsa sudah mau siap-siap, dengan tampilan begitu elok rupawan, dengan pakaian Hoodie pink di tubuhnya, wa... Udah mantap seperti anak zaman sekarang, sedangkan Pamannya sudah tunggu di mobil, untuk menantikan keponakan tercintanya, dengan tampilan biasa aja, seakan dirinya seorang pembantu rumah tangga, tapi Paman itu suka tampilan seperti itu, baginya udah terasa nyaman, walaupun sudah berumur sih, bahkan ada juga rambut ubannya, tapi sayang Elsa tetap utuh.
"Cepat masuk... Biar Paman yang akan menjadi supir mu." Paman tua itu begitu semangat, sebab jarang mengajak Elsa jalan-jalan.
"Paman harus ingat... Namaku yang asli jangan kamu sebut, Elsa! Elsa! Elsa! Dan Elsa! Tolong berhenti mengatakan begitu." Tangkas Elsa, sambil memasuki mobil, di posisi duduk mobil belakang.
"Lah kenapa begitu sayang... Bukannya namamu itu." Balas Paman Itu.
"Paman tahu sendiri,... Semua orang kenal aku sebagai Vina Langit, bukan Elsa Sangkuriang, tolong pahami lah Paman." Tanggapan Elsa.
"Sungguh di sayangkan, namamu itu, merupakan pemberian Ayahmu yang terbaik, dia akan sedih, kalau nama pemberian Ayahmu di buang begitu saja." Ungkapan Paman tua itu sedih, sambil melanjutkan mobilnya, dengan cepat, apalagi di iringi mobil pengawal di belakangnya. Karena Elsa Sangkuriang adalah bos besar di Kota Kebun Jeruk.
"Salahkan dia... Karena tidak menemui ku sebagai Putrinya, tentu aku sangat benci punya Ayah seperti itu, Paman."
"dia begini... Juga untuk kebahagiaan mu sayang."
"Dengan tidak menemui ku, apa itu kebahagiaan yang kamu maksud Paman."
"Kalau kamu nggak seperti itu, kamu tidak akan menjadi wanita sukses seperti ini sayang... Jadi tolong jangan benci Ayahmu, Kalau tidak aku tidak akan biarkan kamu menemuinya." Paman tua itu, memberhentikan mobilnya, dan di ikuti mobil di belakangnya.
"Baik... Baik... Aku tidak akan benci... Aku tidak akan benci... Paman tolong jalan, jangan berhenti mendadak." Elsa takut, kali ini ia tidak jumpa orang tuanya.
"Untuk buktikan kamu tidak benci sama Ayah dan Ibumu, tolong cium Paman." Goda Paman tua itu.
"Aku tidak mau melakukannya, aku takut, Paman miliki hasrat tinggi terhadap aku." Tolak Elsa.
"Kalau Paman seperti itu, bukannya sudah dari dulu sudah membuat dirimu hamil, kenyataannya tidak kan." Balas Paman tua itu.
"Bukannya Hasrat itu muncul, setelah aku mencium Paman, membuat Paman berpikir terlalu terbuka pada Paman." Kesimpulan Elsa.
"Daripada itu ciuman pertama ku, harus kuberikan kepada orang yang aku suka." Lanjutnya.
Paman tua itu tersenyum, dan berkata. "Kamu sangat mirip seperti Ibumu."
"Mirip... Mirip darimana?" Elsa semakin penasaran.
"Ibumu terlalu menutupi diri, dan sulit ditaklukkan, dia pernah berkata. 'Ciuman pertama ku hanya khusus orang yang aku suka.' Dan Ayahmu yang telah berhasil merebut hati Ibumu, hingga ciuman pertama itu, diberikan kepadanya, dan memperlekapi kebahagiaan mereka, tentu lahirlah dirimu, sebagai bukti cinta mereka berdua. Sebagai sahabatnya, aku merasa iri." Penjelasan Paman tua itu.
"Cukup sampai situ, tolong jalankan mobilnya, keburu sore Paman." Elsa semakin malu, kalau Pamannya terus bercerita, dan berjalan pun lanjut.
...
Tampaknya ada radar aneh nih, kenapa harus di tempat kuburan lokasinya, bahkan para pengawal pun mengelilingi Ibu Bos dengan sigap.
Sehingga Elsa Sangkuriang bertanya-tanya. "Paman ini..."
Paman itu tidak menjawab, dan berjalan santai, setelah keluar mobil, dibarengi dengan Elsa yang begitu cantik, sekaligus mengabaikan pertanyaan Elsa, sebagai keponakan kesayangan nya.
Sudah berapa kali terus tetap berjalan, di tengah-tengah kuburan. hingga mereka semua, sudah sampai tujuan, Paman itu berkata di depan kuburan yang dia maksud sebagai seorang Ayahnya Elsa Sangkuriang. "Alim Muhammad, aku datang lagi, untuk menemui mu, karena putrimu Elsa Sangkuriang sangat rindu padamu."
Elsa... Sapa Ayahmu... Bukannya Kamu ingin menemuinya." Lanjutnya, dan persilakan Elsa untuk maju di depan Kuburan Ayahnya.
Bagi Paman itu, sudah waktunya, ia menemui Ayahnya.
Bahkan aku sendiri pun, radar aneh, tentang Nama Alim Muhammad, bukannya Nama itu adalah aku, secara tiba-tiba aku ketawa. "Ahahahaha... Pasti ada orang yang mirip dengan ku, lagipula aku sendiri tidak tahu bagaimana aku mati, Ahahahaha..."
"Tapi kenapa?... Kenapa?... Mataku berlinang air mata, apa ini?... Bukannya hantu nggak bisa menangis, seakan tidak terima atas kematian aku ini, aku... Aku... ingin balas dendam, sakit hati ini bener sakit, Ahahahaha... Dasar Bodoh... Ahahahaha..." Lanjutnya aku, aku pun tidak tahu, kenapa aku begitu sakit hati.
Membuat awan Hitam, muncul, seakan menandakan Hujan sebentar lagi turun, bahkan air mataku tidak berhenti, aku pun terus tertawa puas, dan harap sakit hati ini hilang, kenapa nggak bisa hilang?... Ahahahaha....
"Lihatlah Awan hitam ini Elsa... Menandakan Ayahmu senang bertemu denganmu." Ucapan Paman tua itu.
"Selama ini, Paman menyembunyikan kematian Ayahku, supaya aku tidak sedih Paman!..." Timpal Elsa yang tidak percaya, padahal Pamannya pernah bilang 'Ayah Ibunya baik-baik saja.'
"Aku tidak pernah berbohong padamu Elsa... Ayahmu baik-baik saja, hanya saja beda alam, bahkan dia saat ini bangga kepada mu Elsa, kalau kamu orang yang sangat hebat. Aku sebagai Sahabat sudah berjanji akan melindungi keluarganya, sebelum dia mati Elsa, itu pesan terakhirnya." Ungkapan Paman tua itu.
"Ayah... Ayah... Ayah!!!... Siapa yang berani melakukan ini padamu,... Ayah!!..." Elsa sangat sedih, bahkan air matanya membasahi pipinya, sehingga wajahnya tidak terlihat cantik lagi, belum lagi di barengi dengan guyuran hujan tiba-tiba.
Sehingga berbalik, dan menarik kerah baju Pamannya, dengan sangat marah besar ia berkata. "Paman!... Katakan kepadaku!... Siapa berani melakukan ini pada Ayahku."
"Kenapa kamu bertanya begitu?... Mungkin saja Ayahmu mati, karena penyakit, atau kecelakaan yang terjadi padanya." Ucapan Paman tua itu.
"Paman... Keponakan mu tidak sebodoh itu, sebab kamu terus menutupinya, bahkan tidak membiarkan bertemu Ayah dan Ibuku sendiri, pasti ada masalah besar menimpa kedua orang tuaku, dan berusaha menjauhi aku sama Orang tuaku, itu kenapa?" Balas Elsa sangat yakin.
"Keponakan ku emang cerdas... Ayahmu emang mendapatkan masalah, dan ada juga ingin membunuh dirimu,... Sejak kamu dilahirkan di dunia ini." Ucapan Paman tua itu, ia takjub atas kepintarannya.
"Hanya saja... Apakah kamu siap mendengarnya?..." Lanjutnya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments