The Great Princess of The Warlord

The Great Princess of The Warlord

bab 1

Hidup sebatang kara setelah berusia delapan belas tahun tidak lah mudah bagi Qiaofeng. Kedua orang tuanya meninggal ketika dia berusia tiga belas tahun dalam sebuah kecelakaan mobil di mana hanya dia saja yang elamat. Keluarga dari kedua orang tuanya tak ada satu pun yang mau menerimanya hingga wanita tua bernama Tia bersedia merawatnya. Berbekal dari uang asuransi kedua orang tua Qiaofeng, Tia yang dulunya adalah pembantu rumah tangga di rumah ini mulai merawat Qiaofeng dan menganggapnya sebagai cucunya sendiri.

Sayangnya kebahagiaan di sayang oleh keluarga harus kembali dirasakan oleh Qiaofeng saat Tia harus berpulang ke rumah Allah dan meninggalkannya sendiri hidup di rumah itu. Qiaofeng yang sebatang kara harus hidup dengan ditemani oleh kesepian yang tak terbatas. Tak terasa sudah dia tahun ini Qiaofeng harus hidup ditemani oleh sepi. Kini Qiaofeng sudah berusia dua puluh tahun dan sudah mulai untuk kuliah.

Pagi ini Qiaofeng sedang bersiap untuk pergi ke kampus. Karena kepintarannya Qiaofeng mendapatkan beasiswa penuh hingga dia di wisuda nanti di salah satu Universitas terbaik di kota Shanghai. Qiaofeng mengambil jurusan ilmu pendidikan karena ingin bisa seperti kedua orang tuanya yang sama-sama bekerja sebagai guru.

" Hari ini apa lagi yang akan aku dapatkan? Rasanya ingin tidak usah pergi kuliah saja. " gumam Qiaofeng saat sedang berdiri di depan cermin yang ada di dalam kamarnya.

" Semangat Qiaofeng, hanya hinaan dan cacian tak akan membuatku lemah. Aku bukan minta makan dari mereka jadi aku tak boleh lemah dan tunduk di depan mereka. " sorak Qiaofeng menyemangati dirinya sendirii.

Qiaofeng adalah mahasiswi yang selalu diperhatikan oleh mahasiswa dan mahasiswi lainnya. Alasannya bukan karena kemampuan yang dimiliki Qiaofeng tapi karena fisik Qiaofeng yang membuat mahasiswi dan mahasiswi lainnya memperhatikannya.

Hinaan dan cacian sudah menjadi makanan sehari-hari untuk Qiaofeng. Tidak ada satu detik pun mahasiswa di kampus tempatnya menimba ilmu tak mengeluarkan kata-kata buruk padanya. Meski begitu demi kedua orang tuanya dan demi masa depannya Qiaofeng mengabaikan itu semua dan fokus untuk menuntut ilmu.

Dangan menggunakan sepeda motor yang sudah buluk, Qiaofeng berangkat ke kampus. Dia mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan sedang. Tidak perlu buru-buru karena kelasnya akan dimulai satu jam lagi. Jadi demi keselamatan dirinya dan pengendara lain dia harus berhati-hati.

" Eh... Eh... lihat si ' cantik ' sudah datang. "

" Wih.... upik abu sudah datang.... "

" Minggir kasih jalan kendaraan berat sedang lewat. "

" Lihat-lihat sepertinya dia bertambah gemuk lagi dari seminggu yang lalu. "

Itulah yang selalu didengar oleh Qiaofeng setiap dia berada di kampus. Semua yang dia lewati akan memperhatikannya dan menghinanya. Selalu seperti ini dan Qiaofeng harus pura-pura tuli agar tak bertambah parah hinaan dari mahasiswa yang satu kampus dengannya.

" Sabar Qiaofeng, kamu pasti bisa melewati ini semua karena setiap hari selama dua tahun ini kau sudah melewatinya. " gumam Qiaofeng menguatkan dirinya.

Berjalan memasuki kelas, jam pertama sudah akan dimulai. Dosen dalam mata pelajaran ini adalah dosen yang paling killer. Dia tak segan-segan menghukum muridnya dengan memberi nilai F jika ada yang telat mengumpulkan tugas darinya.

" Semua cepat kumpulkan tugas minggu lalu ke depan. Jangan sampai ada yang lupa tidak mengerjakan karena saya akan langsung memberi nilai F selama satu semester pada mahasiswa tersebut. "

Pelajaran di mulai setelah semua mahasiswa mengumpulkan tugas mereka ke depan. Kali ini Dosen killer itu membahas mengenai pandangan tentang murid yang mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran. Dosen itu pun akhirnya memberikan tugas untuk mengevaluasi tentang pembahasan tadi dan akan dikumpulkan minggu depan.

Sembilan puluh menit pelajaran dari Dosen killer itu berakhir. Semua murid berbondong-bondong keluar dari kelas, bahkan ada yang sengaja menabrakkan badannya ke Qiaofeng. Namun Qiaofeng tak mau ambil pusing dengan hal itu karena jika dia melawan maka akan lebih parah lagi yang harus dia alami.

Untuk bisa mengerjakan tugas dari dosen killer itu, Qiaofeng pergi ke perpustakaan yang ada di dalam kampus. Dia harus membaca referensi yang bertemakan sama dengan tugasnya agar bisa mengevaluasi permasalah itu.

" Ehm.... Kalau kami ke perpus pasti ada tugas dari dosen killer ya. " seorang wanita yang sudah cukup berumur menggoda Qiaofeng. Wanita ini adalah penjaga perpus dan satu-satunya orang yang mau memperlakukan Qiaofeng dengan baik saat berinteraksi dengannya.

" Iya bu. Anda selalu tahu tentang hal itu. " ujar Qiaofeng tersenyum malu.

" Karena kamu itu yang paling sering berkunjung kemari jadi saya hafal. " terang wanita itu.

Qiaofeng tak mau membuang waktu pun berpamitan ke salah satu rak besar dan tinggi yang memang banyak buku tentang jurusan yang diambil Qiaofeng. Memilih-milih sebentar Qiaofeng menemukan tiga buku yang bisa dia jadikan referensi untuk tugasnya.

Keasyikan membaca hingga tak ingat sudah berapa lama, Qiaofeng memutuskan untuk melanjutkan di rumah saja. Lalu dia bergegas kembali ke ruang kelasnya untuk mengambil tasnya. Tapi apa yang terjadi, Qiaofeng dibuat terkejut saat mendapati tasnya sudah tercincang dan tergeletak di lantai.

Tak kuat menahan tangis Qiaofeng pergi dari sana berlari tak tahu arah hingga sampai lah dia di halaman belakang kampus.

" Hei, kenapa kamu menangis? Agar kau tak sedih coba bacalah novel ini, aku yakin kau akan senang. " ujar seorang gadis yang seusianya memberinya sebuah novel.

Tak bicara apapun Qiaofeng memilih menerima kemudian berlalu dari sana dan memilih untuk pulang ke rumahnya karena sudah tak sanggup lagi berlama-lama berada di kampus. Tanpa membersihkan terlebih dahulu Qiaofeng memilih untuk langsung tidur karena lelah.

Malam harinya setelah membaca buku ya g dia pinjam dari perpus tadi dia lalu berbaring di ranjangnya. Menatap langit-langit kamar dan merenung. Nasibnya sangat lah buruk, sudah hidup sebatang kara masih mendapatkan hinaan karena tubuhnya yang gendut, berkacamata tebal dan wajah penuh dengan jerawat.

Disaat pikirannya sedang berkecamuk Qiaofeng teringat akan buku yang diberikan oleh mahasiswi tadi siang di halaman belakang kampus. Dengan semangat yang membara Qiaofeng membaca novel tersebut.

" Enak sekali hidupmu. Aku jadi iri pada pemeran utama wanita nya. " Qiaofeng terkekeh pelan saat sudah menyelesaikan bacaannya.

Lelah dengan apa yang terjadi hari jni Qiaofeng akhirnya tertidur dengan masih memeluk novel yang baru dibacanya itu. Tiba-tiba tak lama setelah Qiaofeng tidur ada cahaya yang bersinar sangat terang di kamar itu dan kemudian langsung berubah gelap lagi.

Suara kicauan burung dan sinar matahari yang sudah semakin meninggi telah menganggu tidur seorang gadis yang sangat cantik ini. Tubuh gadis itu menggeliat merenggangkan otot tubuhnya. Mata indah dengan bulu mata yang lentik itu akhirnya terbuka.

" Eh aku dimana ini? Kok rasanya ini bukan kamarku. " gumam pelan gadis cantik itu.

Mata indah itu menelisik setiap sudut yang ada di dalam kamar itu hingga dia terperanjat karena yakin itu bukan kamar miliknya.

" Di mana aku? mungkin kah aku diculik? " gadis itu bangun dari tempat tidurnya dan berjalan ke arah pintu. Saat melewati sebuah cermin tubuh itu berhenti, namun dia rasa itu bukan dirinya uang sesungguhnya hingga dia tersadar.

" Jangan-jangan aku sudah berpindah tempat ke dunia lain. "

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!