Hidup sebatang kara setelah berusia delapan belas tahun tidak lah mudah bagi Qiaofeng. Kedua orang tuanya meninggal ketika dia berusia tiga belas tahun dalam sebuah kecelakaan mobil di mana hanya dia saja yang elamat. Keluarga dari kedua orang tuanya tak ada satu pun yang mau menerimanya hingga wanita tua bernama Tia bersedia merawatnya. Berbekal dari uang asuransi kedua orang tua Qiaofeng, Tia yang dulunya adalah pembantu rumah tangga di rumah ini mulai merawat Qiaofeng dan menganggapnya sebagai cucunya sendiri.
Sayangnya kebahagiaan di sayang oleh keluarga harus kembali dirasakan oleh Qiaofeng saat Tia harus berpulang ke rumah Allah dan meninggalkannya sendiri hidup di rumah itu. Qiaofeng yang sebatang kara harus hidup dengan ditemani oleh kesepian yang tak terbatas. Tak terasa sudah dia tahun ini Qiaofeng harus hidup ditemani oleh sepi. Kini Qiaofeng sudah berusia dua puluh tahun dan sudah mulai untuk kuliah.
Pagi ini Qiaofeng sedang bersiap untuk pergi ke kampus. Karena kepintarannya Qiaofeng mendapatkan beasiswa penuh hingga dia di wisuda nanti di salah satu Universitas terbaik di kota Shanghai. Qiaofeng mengambil jurusan ilmu pendidikan karena ingin bisa seperti kedua orang tuanya yang sama-sama bekerja sebagai guru.
" Hari ini apa lagi yang akan aku dapatkan? Rasanya ingin tidak usah pergi kuliah saja. " gumam Qiaofeng saat sedang berdiri di depan cermin yang ada di dalam kamarnya.
" Semangat Qiaofeng, hanya hinaan dan cacian tak akan membuatku lemah. Aku bukan minta makan dari mereka jadi aku tak boleh lemah dan tunduk di depan mereka. " sorak Qiaofeng menyemangati dirinya sendirii.
Qiaofeng adalah mahasiswi yang selalu diperhatikan oleh mahasiswa dan mahasiswi lainnya. Alasannya bukan karena kemampuan yang dimiliki Qiaofeng tapi karena fisik Qiaofeng yang membuat mahasiswi dan mahasiswi lainnya memperhatikannya.
Hinaan dan cacian sudah menjadi makanan sehari-hari untuk Qiaofeng. Tidak ada satu detik pun mahasiswa di kampus tempatnya menimba ilmu tak mengeluarkan kata-kata buruk padanya. Meski begitu demi kedua orang tuanya dan demi masa depannya Qiaofeng mengabaikan itu semua dan fokus untuk menuntut ilmu.
Dangan menggunakan sepeda motor yang sudah buluk, Qiaofeng berangkat ke kampus. Dia mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan sedang. Tidak perlu buru-buru karena kelasnya akan dimulai satu jam lagi. Jadi demi keselamatan dirinya dan pengendara lain dia harus berhati-hati.
" Eh... Eh... lihat si ' cantik ' sudah datang. "
" Wih.... upik abu sudah datang.... "
" Minggir kasih jalan kendaraan berat sedang lewat. "
" Lihat-lihat sepertinya dia bertambah gemuk lagi dari seminggu yang lalu. "
Itulah yang selalu didengar oleh Qiaofeng setiap dia berada di kampus. Semua yang dia lewati akan memperhatikannya dan menghinanya. Selalu seperti ini dan Qiaofeng harus pura-pura tuli agar tak bertambah parah hinaan dari mahasiswa yang satu kampus dengannya.
" Sabar Qiaofeng, kamu pasti bisa melewati ini semua karena setiap hari selama dua tahun ini kau sudah melewatinya. " gumam Qiaofeng menguatkan dirinya.
Berjalan memasuki kelas, jam pertama sudah akan dimulai. Dosen dalam mata pelajaran ini adalah dosen yang paling killer. Dia tak segan-segan menghukum muridnya dengan memberi nilai F jika ada yang telat mengumpulkan tugas darinya.
" Semua cepat kumpulkan tugas minggu lalu ke depan. Jangan sampai ada yang lupa tidak mengerjakan karena saya akan langsung memberi nilai F selama satu semester pada mahasiswa tersebut. "
Pelajaran di mulai setelah semua mahasiswa mengumpulkan tugas mereka ke depan. Kali ini Dosen killer itu membahas mengenai pandangan tentang murid yang mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran. Dosen itu pun akhirnya memberikan tugas untuk mengevaluasi tentang pembahasan tadi dan akan dikumpulkan minggu depan.
Sembilan puluh menit pelajaran dari Dosen killer itu berakhir. Semua murid berbondong-bondong keluar dari kelas, bahkan ada yang sengaja menabrakkan badannya ke Qiaofeng. Namun Qiaofeng tak mau ambil pusing dengan hal itu karena jika dia melawan maka akan lebih parah lagi yang harus dia alami.
Untuk bisa mengerjakan tugas dari dosen killer itu, Qiaofeng pergi ke perpustakaan yang ada di dalam kampus. Dia harus membaca referensi yang bertemakan sama dengan tugasnya agar bisa mengevaluasi permasalah itu.
" Ehm.... Kalau kami ke perpus pasti ada tugas dari dosen killer ya. " seorang wanita yang sudah cukup berumur menggoda Qiaofeng. Wanita ini adalah penjaga perpus dan satu-satunya orang yang mau memperlakukan Qiaofeng dengan baik saat berinteraksi dengannya.
" Iya bu. Anda selalu tahu tentang hal itu. " ujar Qiaofeng tersenyum malu.
" Karena kamu itu yang paling sering berkunjung kemari jadi saya hafal. " terang wanita itu.
Qiaofeng tak mau membuang waktu pun berpamitan ke salah satu rak besar dan tinggi yang memang banyak buku tentang jurusan yang diambil Qiaofeng. Memilih-milih sebentar Qiaofeng menemukan tiga buku yang bisa dia jadikan referensi untuk tugasnya.
Keasyikan membaca hingga tak ingat sudah berapa lama, Qiaofeng memutuskan untuk melanjutkan di rumah saja. Lalu dia bergegas kembali ke ruang kelasnya untuk mengambil tasnya. Tapi apa yang terjadi, Qiaofeng dibuat terkejut saat mendapati tasnya sudah tercincang dan tergeletak di lantai.
Tak kuat menahan tangis Qiaofeng pergi dari sana berlari tak tahu arah hingga sampai lah dia di halaman belakang kampus.
" Hei, kenapa kamu menangis? Agar kau tak sedih coba bacalah novel ini, aku yakin kau akan senang. " ujar seorang gadis yang seusianya memberinya sebuah novel.
Tak bicara apapun Qiaofeng memilih menerima kemudian berlalu dari sana dan memilih untuk pulang ke rumahnya karena sudah tak sanggup lagi berlama-lama berada di kampus. Tanpa membersihkan terlebih dahulu Qiaofeng memilih untuk langsung tidur karena lelah.
Malam harinya setelah membaca buku ya g dia pinjam dari perpus tadi dia lalu berbaring di ranjangnya. Menatap langit-langit kamar dan merenung. Nasibnya sangat lah buruk, sudah hidup sebatang kara masih mendapatkan hinaan karena tubuhnya yang gendut, berkacamata tebal dan wajah penuh dengan jerawat.
Disaat pikirannya sedang berkecamuk Qiaofeng teringat akan buku yang diberikan oleh mahasiswi tadi siang di halaman belakang kampus. Dengan semangat yang membara Qiaofeng membaca novel tersebut.
" Enak sekali hidupmu. Aku jadi iri pada pemeran utama wanita nya. " Qiaofeng terkekeh pelan saat sudah menyelesaikan bacaannya.
Lelah dengan apa yang terjadi hari jni Qiaofeng akhirnya tertidur dengan masih memeluk novel yang baru dibacanya itu. Tiba-tiba tak lama setelah Qiaofeng tidur ada cahaya yang bersinar sangat terang di kamar itu dan kemudian langsung berubah gelap lagi.
Suara kicauan burung dan sinar matahari yang sudah semakin meninggi telah menganggu tidur seorang gadis yang sangat cantik ini. Tubuh gadis itu menggeliat merenggangkan otot tubuhnya. Mata indah dengan bulu mata yang lentik itu akhirnya terbuka.
" Eh aku dimana ini? Kok rasanya ini bukan kamarku. " gumam pelan gadis cantik itu.
Mata indah itu menelisik setiap sudut yang ada di dalam kamar itu hingga dia terperanjat karena yakin itu bukan kamar miliknya.
" Di mana aku? mungkin kah aku diculik? " gadis itu bangun dari tempat tidurnya dan berjalan ke arah pintu. Saat melewati sebuah cermin tubuh itu berhenti, namun dia rasa itu bukan dirinya uang sesungguhnya hingga dia tersadar.
" Jangan-jangan aku sudah berpindah tempat ke dunia lain. "
Suara burung-burung berkicau sangat merdu didengar oleh telinganya gadis cantik yang masih tertidur meski matahari sudah semakin tinggi. Mendengar sayup-sayup keributan di luar kamarnya gadi itu terbangun dan mendapati dirinya tak berada di kamarnya sendiri.
Gadis itu menelisik ke setiap sudut yang ada di kamar itu. Masih merasa asing, gadis itupun turun dari ranjangnya berjalan ke arah pintu. Saat dia melewati sebuah cermin dia berhenti tepat di depan cermin itu. Gadis cantik itu melihat dirinya di cermin dengan perasaan terkejut bukan main.
" Eh dimana aku? Kenapa wajahku jadi begini? Jangan-jangan aku berada di dunia lain. Tapi bagaimana bisa? " ribuan pertanyaan melintas fi benak gadis kecil itu.
" Nona... Nona.... Nona Feng Ai apa anda sudah bangun? " teriak seorang wanita dari luar.
Degh... Degh...
Mendengar suara wanita yang memanggilnya dengan nama Feng Ai, tubuh gadis itu bergetar sangat hebat. Dia kebingungan dan ketakutan dengan yang dia alami saat ini.
" Ini bukan dunia lain, tapi aku sedang menjadi Feng Ai tokoh utama novel yang aku baca semalam. Oh God cobaan apa lagi ini. " batin Qiaofeng menggigit jarinya.
Krieeettttt
Suara pintu terbuka dan munculah wanita yang menggunakan pakaian pelayan. Wanita yang baru saja meneriaki dia dengan nama Feng Ai. Pelayan itu bernama Hui Li, gadis yang usianya mungkin tak jauh dari Feng Ai. Dan Hui Li adalah pelayan pribadi dari nona Feng Ai.
" Nona ini sudah hampir siang kenapa masih saja tidur? Ayo saya bantu bersiap karena iring-iringan pengantin dari pihak pangeran ke 5 sebentar lagi akan datang. " ujar Hui Li membantu nonanya itu bangun dan membersihkan diri.
" Tunggu tadi dia bilang apa? Iring-iringan pernikahan dari pangeran ke 5.Oh...Tuhan....Aku benar-benar berada di dunia novel yang aku baca semalam. Apa yang harus aku lakukan? " batin Qiaofeng menjerit.
" Nona.... Nona.... Nona.... Kenapa malah melamun? Ayo cepat saya bantu nona pakai pakaiannya. Nona gugup ya, karena akhirnya mimpi nona untuk bisa menjadi istri pangeran ke 5 terwujud."
" Harus kah aku menjalani ini semua? Semoga saja ini yang terbaik, toh kembali ke duniaku sendiri juga tak bisa. " Qiaofeng mengambil keputusan nya untuk mulai menjalani hidupnya sebagai Feng Ai. Toh tak ada ruginya karena Feng Ai ini gadis yang cantik dan dikagumi banyak orang, berbanding terbalik dengannya.
" Hui Li kan namamu? " tanya Feng Ai.
" Nona tidak sakit kan? Bagaimana nona bisa melupakan nama saya?" Hui Li balik bertanya.
" Hahahahahahaha... Maaf aku hanya menggodamu saja. " Feng Ai tertawa garing.
Hui Li mengajak nonanya itu ke ruang keluarga si kediaman Feng. Disana sudah ada Feng Ying, perdana menteri kanan dan istrinya Jia Li yang merupakan orang tua dari Feng Ai.
Mereka semua di sana menunggu kedatangan iring-iringan pengantin dari kediaman pangeran ke 5. Tak lama apa yang ditunggu oleh keluarga Feng datang juga. Nampak Gong Sheng begitu sangat tampan dengan mengenakan pakaian pengantin.
Menuju ke halaman samping yang luas, proses pernikahan pun dimulai. Pengantin pria dan wanita berdiri di altar menghadap ke seorang pria yang dipercaya untuk menikahkan merek berdua. Segala prosesi sudah dilakukan hingga pada sesi penghormatan.
Pengantin pria kemudian berlutut untuk memberi hormat bumi dan langit, lalu memberi hormat pada kedua orang tua dan terakhir memberi hormat pada pasangan. Kini Gong Sheng dan Feng Ai sudah sah menikah dan menjadi sepasang suami istri.
Gong Sheng kemudian memboyong Feng Ai untuk dibawa ke kediamannya yaitu kediaman Man Yue. Di sinilah nantinya Feng Ai akan tinggal untuk selamanya. Di sini juga nantinya anak-anak mereka akan tumbuh menjadi dewasa.
Rakyat dinasti Xili berdiri memenuhi kanan dan kiri jalan yang dilewati iring-iringan dari pangeran ke 5 dan putri perdana menteri. Nama kedua penganti baru ini sudah menjadi buah bibir rakyat ibukota dan seluruh rakyat dinasti Xili. Jika pangeran ke 5 hebat dalam kepemimpinan nya sebagai panglima perang yang selalu mendapatkan kemenangan disetiap perangnya. Maka Feng Ai akak terkenal dengan kebaikan hatinya. Bersama dengan nyonya Feng, putri Feng Ai selalu bersedekah kepada rakyat tak tak segan untuk membantu rakyat yang membutuhkan pertolongan.
" Pangeran dan tuan putri adalah pasangan yang serasi. Melihat mereka benar-benar membuat kita ini ikuti merasa bahagia ya. "
" Dinasti kita akan jaya karena kedua keberuntungan dari Dinasti ini dipersatukan. "
" Mereka berdua sangat pantas menyandang gelar putra dan putri Mahkota ya. "
Begitulah kiranya bisik-bisik para rakyat yang melihat iring-iringan dari pengantin ini. Prestasi Gong Sheng di medan perang membuat rakyat mengelu-elukan namanya. Siapa yang tidak mengenal jendral pasukan Ri Yue, pasukan yang menjadi kebanggaan Dinasti Xili. Pasukan yang selalu menjadi garda terdepan saat musuh menyerang.
Tak membutuhkan waktu lama iring-iringan itu sudah sampai di kediaman Mantan Yue milik pangeran ke 5. Feng Ai langsung dibawa menuju kamar pengantin yang merupakan kamarnya nanti dengan Gong Sheng. Pangeran ke 5 harus menjamu para tamu terlebih dahulu sebelum ikut masuk ke dalam kamar pengantin.
Matahari sudah terbenam, tapi pesta di kediaman putra mahkota masih terus digelar. Kedatangan seorang kasim dari istana mengagetkan mereka semua yang sedang berpesta.
" Gong Sheng pangeran ke 5, putra ku yang juga panglima ku. Aku mengutusmu untuk pergi ke perbatasan guna menangkap dan membinasakan perompak yang telah meresahkan rakyat ku di perbatasan. "
" Apakah pangeran ke 5 menerima titah dari yang mulia Kaisar? " tanya kasim yang tadi membacakan perintah Kaisar itu.
" Hamba Gong Sheng menerima perintah dari yang mulia kaisar dan akan menjalankannya dengan baik. " jawab Gong Sheng.
Kasim itu pun kembali ke istana untuk menyampaikan pada Kaisar mengenai kesanggupan Gong Sheng menerima titah Kaisar. Gong Sheng bergegas masuk ke kamar pribadinya agar bisa menyelesaikan rangkaian tradisional pernikahan mereka.
Gong Shenge meminum arak yang dituangkan Feng Ai. Lalu dengan terburu-buru membuka penutup kepala Feng Ai. Hasrat yang sudah mengebu tak lagi bisa ditahan, Malam pertama keduanya pun terjadi. Malam yang telah membuat keduanya bersatu dan tak akan saling meninggalkan selamanya.
" Maafkan aku xiao Ai, tapi aku harus segera pergi ke perbatasan. Aku akan segera kembali jadi tunggu aku ya. " Gong Sheng mengusap pelan pipi milik istrinya yang sudah tertidur karena kelelahan.
Gong Sheng memakai kembali pakaiannya dan berjalan keluar dari kamar pengantin. Gong Sheng dapat melihat beberapa anak buahnya sudah menunggu di depan kamar. Gong Sheng sontak bersemi merah di wajahnya kalau mengingat suara indah yang dikeluarkan oleh Feng Ai pasti juga didengar anak buahnya.
" Yi Ye, jaga nyonya dan hindarkan dia dari orang-orang istana. Dan perintahkan Shihan menjadi pengawal pribadi istriku. "
" Baik tuan ku. "
Gong Sheng berlalu meninggalkan Yi Ye dan mengikuti arahan anak buahnya untuk mendatangi markas Ri Yue untuk mengkoordinasi tentang misi merek ke perbatasan.
Feng Ai terbangun di pagi hari tanpa adanya sang suami di sampingnya. Geng Ai kemudian turun dan membersihkan dirinya, mungkin saja suaminya sudah pergi dulu karena ada urusan. Begitu semua sudah bersih dan rapi, Feng Ai keluar dari kamar pribadinya dan langsung dikejutkan oleh sosok pria tua yang kini memberi hormat di depannya.
" Selamat pagi nyonya, saya membawa pesan dari pangeran ke 5 bahwa beliau tidak bisa berpamitan pada anda, semalam pangeran ke 5 mendapatkan titah dari Kaisar untuk mengurus perbatasan yang di serang oleh perompak. " tutur Yi Ye memberi penjelasan.
" Dan perkenalkan saya Yi Ye, kepala pelayan di kediaman Man Yue. Satu hal yang perlu saya informasikan lagi bahwa mulai hari ini akan ada pengawal pribadi untuk anda. Mari hamba akan mengajak anda untuk berkeliling di kediaman ini. "
Yi Ye kemudian mengajak Feng Ai untuk berkeliling di kediaman ini. Karena ini adalah kali pertama Feng Ai tinggal di tempat ini jadi dia menurut saja saat Yi Ye mengajak untuk berkeliling.
Saat sampai di sebuah taman, Feng Ai melihat ada beberapa dayang yang sedang membersihkan dan menyiram taman bunga di mana ke semuanya adalah bunga anggrek. Feng Ai tertarik untuk ke sana. Feng Ai ingat saat masih menjadi Qiaofeng dia juga sangat menyukai bunga anggrek ini. Selera mereka berdua sama ternyata, begitu kiranya yang dipikirkan Feng Ai.
" Taman ini, pangeran ke 5 sendiri yang menanam dan membuatnya. Jika beliau berada di kediaman maka beliau sendirilah yang merawat taman bunga ini. Beliau pernah mengatakan pada hamba bahwa anda sangat menyukai bunga anggrek ini. " turun Yi Ye.
" Benarkah? Dia ternyata tak pernah melupakan apapun tentang ku meski itu adalah hal yang sangat kecil sekalipun. " ujar Feng Ai.
Keduanya kini kembali berkeliling kediaman Man Yue ini. Banyak sekali bangunan-bangunan di dalam kediaman ini. Dan tanpa setahu Feng Ai ternyata tempat ini sangat lah luas sekali. Ada kamar untuk para pelayang, ada dapur, lalu ada tempat yang biasa digunakan Gong Sheng untuk latihan.
Kini Yi Ye mengajak Feng Ai ke halaman belakang kediaman Man Yue. Di halaman belakang ini ada paviliun kecil yang bisa digunakan untuk tuk bersantai. Keduanya melihat Hui Li sedang bersama seorang pengawal pria di taman belakang.
" Pantas saja dia tidak datang ke kamar membantuku bersiap ternyata dia sedang berkencan. " gumam Feng Ai yang jika dilihat orang seperti dukun sedang komat kamit.
" Hamba memberi hormat pada yang mulia putri. " seru keduanya yang langsung memberi hormat pada Feng Ai.
" Kalian nampak sangat asyik sekali. " sindir Feng Ai
" Tidak seperti itu juga nyonya, kamu hanya saling sapa karena lama tak bertemu. " ujar Hui Li yang nampak malu-malu kucing.
" Aaaaaaa.... Begitu rupanya? " ujar Feng Ai tersenyum menggoda.
" Benar yang mulia, saya hanya berbincang sebentar dengannya. Saya juga ingin menyampaikan bahwa mulai hari ini dan seterusnya saya akan menjadi pengawal pribadi yang mulia. Dan akan selalu mematuhi yang mulia karena anda adalah tuan saya sekarang ini. " tutur Shihan.
" Aku tahu itu. kepala pelayan Yi Ye sudah mengatakan padaku tadi. " Feng Ai tersenyum manis.
Shihan dan Gong Sheng dulunya adalah murid dari Feng Ying, ayah dari Feng Ai. Saat itu Feng Ying masih menjadi jendral Feng yang namanya sudah mengharumkan dinasti Xili karena kepintarannya dan kehebatannya Dinasti Xili bisa mengalahkan Goryoe dan menekan Goryoe.
Pada masa itu, Gong Sheng dan Shihan yang menang sudah dari kecil bersama diangkat menjadi murid oleh Feng Ying. Jendral Feng sengaja melakukan hal itu untuk melindungi pangeran ke 5. Dan saat itulah Feng Ai mengenal Gong Sheng dan Shihan. Kedua pria itu juga mengenal Hui Li karena gadis itu adalah pelayan pribadi Feng Ai.
Sering bertemu dan sikap serta sifat Gong Sheng yang seperti malaikat itu akhirnya membuat Feng Ai jatuh cinta. Membuat keduanya akhirnya berkomitmen untuk menikah ketika besar nanti.
Mendapat dukungan dari keluarga Feng, Pangeran ke 5 Gong Sheng menjadi seseorang yang perlu diperhitungkan oleh pejabat istana. Kehebatannya dalam ilmu beladiri akhirnya membuat Gong Sheng dijadikan panglima perang dan terbukti hal itu membuat Dinasti Xili kembali memiliki masa seperti saat Feng Ying menjadi jendral perang.
Bagi sebagian orang hal itu adalah suatu yang membanggakan tapi tidak dengan pihak lain yang merasa dipojokkan oleh Gong Sheng karena selalu mendapat perhatian dari Kaisar dan orang-orang istana.
" Shihan, mulai sekarang kau harus menjadi pengawal ku dan hanya boleh menerima perintah ku. Apa sekarang kau paham? " tanya Feng Ai.
" Saya paham yang mulia. Saya hanya akan mematuhi perintah yang mulai dan setia sampai mati pada yang mulia. " jawab Shihan lantang.
" Bagus, aku pegang ucapanmu mulai dari sekang kau adalah orang ku. " ujar Feng Ai.
Hari ini diakhiri Qiaofeng dengan hati yang dipenuhi kebahagiaan. Diterima semua orang, dihormati dan di sayang semua orang membuatnya yakin untuk tetap menjadi Feng Ai selamanya. Dengan hati yang gembira Qiaofeng menutup matanya untuk menuju ke alam mimpi.
" Jangan.... Jangan lakukan itu.... Dia tak bersalah, buka dia yang bersalah... Lepaskan dia.... " Feng Ai berteriak sekencang mungkin saat melihat Gong Sheng sudah berada di atas panggung hukuman yang biasa digunakan untuk mengeksekusi penjahat.
" Aku mohon lepaskan dia.... Lepaskan dia.... Jangan membunuhnya... Jangan.... "
" Diam lah putri Feng Ai, sekarang ini kau adalah selirku. Selamat datang di kediaman pangeran ke 4." ujar Gong Xin yang adalah pangeran ke 4. Dia sudah menyukai Feng Ai sejak kecil. Karena Gong Sheng berkhianat dan dihukum penggal maka dengan senang hati Gong Xin menikahi Feng Ai.
" Lepaskan saya.... Tolong lepaskan saya tuan. Sheng tidak bersalah, bukan dia pengkhianat nya. Kau mohon lepaskan aku.. Biar kan aku menyelamatkannya... Aku mohon.... " Feng berteriak dengan air mata yang sudah tak tertahan lagi.
" Berbahagialah Ai ku.... Maaf aku tak bisa membahagiakanmu. Aku mencintai mu.... " gerak bibir dari Ging Sheng yang dia ucapkan untuk terakhir kalinya pada Feng Ai, dan penjaga itu langsung memenggal Gong Sheng tepat di depan mata Feng Ai...
" Tidak.... Tidak.... Jangan tinggalkan aku.... Tidak.... Tidak....... " Feng Ai berteriak sekencang mungkin. Dia langsung terduduk lemah di ranjang dengan keringat dingin di sekujur tubuhnya.
Brak....
" Yang mulia anda tidak apa-apa? Kenapa anda berteriak? " Shihan langsung sigap berdiri di samping ranjang Feng Ai.
Feng Ai terdiam dia tak mampu menjawab pertanyaan dari Shihan. Ingatannya mengarah pada buku novel yang dibacanya dua malam lalu. Tentang akhir dari certa Gong Sheng dan Feng Ai. Akhir yang tragis karena Gong Sheng harus dikumpulkan penggal karena dituduh berkhianat sedangkan Feng Ai menjadi Selir berkedok budak di kediaman Pangeran ke 4.
" Shihan, ajari aku ilmu beladiri. Aku mohon ajari aku ilmu beladiri agar aku bisa melindungi orang-orang yang aku sayangi. Aku mohon Shihan. " dengan berlinang air mata Feng Ai memegang tangan Shihan lalu memohon pada pengawal pribadinya itu untuk bisa mengajarinya ilmu beladiri.
" Baik Nyonya saya akan mengajari anda. "
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!