Malam pun tiba, Andra akhirnya kembali ke kediaman Wijaya. Ia masuk dengan tergesa-gesa dan wajah panik.
Papa dan Mama yang nampak sedang duduk santai, menatap heran dan menghentikan langkahnya Andra yang tergesa-gesa.
"Andra kau kenapa?" Tanyanya sang Papa.
"Aku baik-baik saja! Tapi bagaimana keadaan Rose?" Jawabnya yang balik bertanya.
Papa dan Mama saling menatap. "Rose baik-baik saja!" Ucap sang Mama.
Andra pun merasa lega dan Ia duduk di sofa bersama kedua orang tuanya. Tadinya, Ia begitu panik karena melihat panggilan tak terjawab yang tak terhitung jumlahnya.
"Andra, sebenarnya ada apa dengan kalian? Mama lihat, rose terlihat resah dan terus menunggu kedatangan mu! Apakah kalian bertengkar?"
Andra menggelengkan kepalanya. "Tidak Ma, hanya saja sedikit salah paham."
Disaat Andra dan kedua orangtuanya tengah asyik mengobrol. Rose berlari dari kamar atas menuruni anak tangga. Ia begitu bahagia, melihat kedatangan sang suami.
"Andra...!" Teriaknya sambil menangis.
Rose menangis sambil memeluk sang suami. Tak lupa, Ia meninggalkan kecupan di pipinya.
"Sayang, aku benar-benar minta maaf! Aku tahu aku salah, aku janji tidak akan menyuruhmu untuk mencari kesenangan di luar sana. Aku janji, akan melakukan kewajiban ku di atas ranjang bersamamu!" Tuturnya yang henti-hentinya bicara.
Rose saking rindunya mengatakan segalanya, hingga kedua orang tua Andra mendengar semuanya. Pak Wijaya selaku Papanya nampak tak terima dan Ia bangkit dari duduknya.
"Apa yang kau katakan, Rose?" Bentaknya dengan penuh kemarahan.
Rose yang tadinya bahagia pun tersadar, Ia melepaskan pelukannya dan menatap sang mertua yang terlihat marah besar.
"Papa... Mama!"
"Jadi gara-gara ini kau resah! Kau tahu, Andra pria yang setia dan dia keturunan keluarga baik-baik. Dan sekarang, kau menyuruhnya untuk mencari wanita lain agar bisa memuaskan hasratnya!" Bentak sang Papa kembali.
Rose tak menjawab, Ia terlihat menyesal dan menundukkan kepalanya. Andra yang melihat semua itu langsung menjelaskan dengan baik-baik.
"Pa, semua ini tidak seperti yang papa dengar!"
"Andra, sudah cukup yah! Papa ini tidak tuli dan apakah istrimu sudah tidak memberikan keinginan mu?"
"Pa...!"
"Jawab...?" Teriaknya.
Amanda sang Mama mertua nampak kecewa, Ia tak membantu ataupun membela menantu kesayangannya.
"Rose, tolong jelaskan semuanya!" Pinta sang Mama mertua.
hiks...hiks...hiks...
"Rose salah, Ma! Rose minta maaf!" Pekiknya.
Sang Mama mertua nampak meneteskan air matanya dan menghampiri Rose. Ia mengangkat dagunya dengan cengkraman tangan yang cukup keras.
"Rose sudah berapa lama, kau tak melayani suamimu?" Tanyanya kembali.
"Mmm, sakit Ma!"
"Jawab Rose?" Tanyanya kembali.
Andra menarik tangan sang Mama dan menggelengkan kepalanya. "Ma, cukup jangan seperti ini!"
"Andra, seharusnya kau tegas sebagai suami! Seharusnya, kau bertanya kepada istrimu kenapa dia tidak memberikan kewajiban nya untukmu. Apakah dia sudah tidak menginginkan mu, atau dia sudah punya pria lain di luar sana!" Bentak sang Mama.
Andra memeluk sang istri dan mencoba melindunginya dari sang Mama.
"Ma, ini urusan rumah tangga ku!"
"Iya Mama tahu, tapi rose sudah benar-benar keterlaluan! Dia berani menyuruhmu untuk mencari wanita lain di luar sana, lalu apa gunanya dia sebagai istrimu!"
Rose nampak sudah tak tahan mendengar pertengkaran mertua dan sang suami. Ia pun akhirnya bangkit dan menghapus air matanya.
"Ma, aku akan menjelaskan semuanya?" Jawabnya dengan wajah datar.
"Rose...!"
"Mas, sudah saatnya Mama dan Papa tahu yang sebenarnya!" Jawabnya dengan senyum ketir.
Papa mertua segera menghampiri dan menatapnya dengan rasa penuh penasaran.
"Tahu apa...?"
Rose mengatur nafasnya dan menguatkan dirinya. Meski ini berat, tapi semua ini sudah terlanjur.
"Pa, sebenarnya aku man...!" Ucap Rose terhenti .
"Sebenarnya aku mandul, Pa!" Jawab Andra menyela ucapan sang istri.
Rose menatap tak percaya, Andra berbohong hanya untuk melindungi dirinya. Tangan Andra menggenggam tangan rose dan Ia tak bisa menahan Air matanya.
"Andra...!"
"Sudah saatnya Mama dan Papa tahu, semua ini salahku! Aku penyakitan dan dokter telah memvonis jika aku mandul." Jawab Andra dengan raut wajah sedih.
Mama dan papa nampak saling menatap, tubuh sang Mama ambruk sambil menangis. Ia benar-benar tak percaya dengan apa yang di dengarnya.
"Tidak, tidak mungkin! Keluarga kita sehat sejak dari dulu, kau tidak mungkin mandul!" Teriaknya yang nampak histeris.
Pak Wijaya langsung memeluk sang istri dan nampak diam karena terkejut mendengar Jawaban dari Andra.
"Pa, Ma, aku sebenarnya tidak mau menceritakan semua ini karena aku bisa menebak apa yang akan terjadi! Tapi selama apapun kebohongan ini di sembunyikan, pasti akan terbongkar juga." Jawab Andra yang menekuk lututnya sambil menatap sang Mama.
Mama Amanda menatap iba dan ia memeluk sang anak.
"Nak, dosa apa yang telah keluarga kita lakukan hingga Tuhan menghukum kita seberat ini!" Rintihnya.
Andra memeluk sang Mama. "Maafkan Andra Ma, semua ini demi kebaikan kita semua!" Batinnya.
Papa Wijaya menghampiri rose yang terlihat masih membeku menatap semuanya.
"Papa minta maaf Rose, karena Andra pasti kau tak bahagia. Papa mengerti perasaan mu, hingga kau melakukan semua ini!" Tuturnya yang merasa bersalah.
Rose memeluk Papa mertua dan menangis. "Semua ini bukan salah Andra, Pa!"
"Kau memang berhati besar, Papa beruntung bisa mendapatkan menantu seperti dirimu!" Tuturnya kembali.
Rose yang mendengar jawaban seperti itu, semakin merasa bersalah. Ia menatap Andra sang suami yang memberikan isyarat menggelengkan kepala.
"Sungguh besar pengorbanan mu, aku benar-benar tak menyangka bisa mendapatkan suami seperti dirimu!" Batinnya yang sedih menatap sang suami.
Tanpa di sadari, Mama Amanda pingsan di pelukan Andra. Andra panik dan mencoba untuk membangunkan.
"Ma...Ma...!"
Tak ada jawaban, Andra segera membopong dan merebahkan tubuh sang Mama di atas sofa.
"Ma, sayang bangun!" Tutur Pak Wijaya yang terlihat panik.
Andra segera menelpon dokter keluarga dan Riri pun datang menghampiri mereka yang sedang berkerumun.
"Kak, ada apa?" Tanyanya yang menatap heran.
Riri menatap sang Mama yang tergeletak tak berdaya, air matanya jatuh dan Ia segera menangis dan memeluknya.
"Ma, mama bangun!" Lirihnya sambil menangis.
Andra mencoba menenangkan sang adik. "Ri, Mama pasti akan baik-baik saja!"
"Kak, Mama kenapa?"
"Mama syok mendengar kenyataan yang sebenarnya!"
"Kenyataan, kenyataan apa?"
"Kakak mandul, Ri!"
Riri nampak mengerutkan keningnya, Ia membulatkan mata dengan raut wajah tanpa ekspresi. Lalu matanya tertuju pada sang kakak ipar.
"Apakah kakak tidak berbohong, jangan sampai cinta membutakan segalanya?" Tanyanya yang terdengar menyindir.
"Untuk apa kakak berbohong, semua ini adalah aib untuk ku!" Jawabnya yang terlihat sedih.
Riri menatap kesal dan mendorong tubuh sang kakak.
"Kak, aku bukan anak kecil lagi! Jelas-jelas aku tahu, kakak itu tidak mandul dan yang mandul itu adalah kakak ipar!" Bentaknya.
Pak Wijaya yang mendengar semua itu seketika membulatkan matanya.
"Apakah yang di ucapkan Riri itu benar?"
"Pa, Riri hanya menduga-duga! Dia tak bisa terima kenyataan yang sebenarnya!" Jawab Andra.
Riri semakin kesal mendengar Jawaban dari sang kakak.
"Cukup...! Aku memang selalu mengajak kakak bertengkar, tapi aku sangat menyayangi Kakak. Kamarku bersebelahan dengan kamar kakak, bahkan aku pernah melihat hasil tes dari rumah sakit yang mengatakan jika kak rose itu Mandul!" Teriaknya kembali.
Andra tak bisa berkata-kata lagi, Pak Wijaya yang mendengar semua itu langsung melayangkan tamparan di wajahnya.
Plakk...
"Kenapa kau bodohi Papa dan Mama? Apakah semua ini karena cinta buta mu itu. Selama ini, Papa dan Mama sudah cukup sabar dan menerima keinginan mu!" Bentaknya.
Rose pun berlutut dan memeluk kaki papa mertua.
"Pa, aku tadi sudah mau menjelaskan segalanya! Aku terima, semua keputusan dari kalian karena aku menyadari kekuranganku!" Tuturnya.
Pak Wijaya nampak semakin kesal dan menendang tubuh rose hingga terjatuh ke lantai.
"Kau menantu pembawa sial! Seharusnya kau tahu diri, kedatangan mu adalah aib di keluarga ini. Dari dulu, saya tidak setuju tapi semua Andra sangat mencintaimu jadi kami mengalah. Tapi tidak untuk kali ini...!" Jawabnya sambil menggelengkan kepala.
Disaat semua keluarga nampak bertengkar, sang dokter pun tiba dan mereka menghentikan pertengkarannya.
"Dok, tolong periksa Mama saya!" Pinta Riri melerai keheningan.
Dokter pun segera memeriksa keadaan Mama Amanda dan Ia nampak menggelengkan kepalanya.
"Keadaan Bu Amanda baik-baik saja! Hanya saja, dia nampak syok dan detak jantungnya tak beraturan!" Jawab sang dokter.
Andra nampak merasa bersalah dan dokter itu pun memberikan resep obat kepadanya. Disaat dokter itu akan pergi, Ia menatap rose dan mengerutkan keningnya.
"Bu rose!"
"Dokter, anda mengenalnya?" Tanya pak Wijaya.
"Iya, dia adalah pasien saya! Dan kebetulan hasil tes nya sangat buruk dan kemungkinan besar Bu rose tidak bisa punya keturunan." Tuturnya.
Pak Wijaya seketika terkejut, ternyata yang di katakan Riri itu benar. Setelah dokter itu pergi, Bu Amanda pun tersadar dan dengan samar mendengar semuanya.
"Apa jadi rose yang mandul?" Tanyanya sambil mencoba untuk bangkit.
Riri mencoba membantu dan memberikan segelas air untuk sang Mama.
"Ma, tenanglah dan minum dulu!"
Mana Amanda minum dan Ia merebahkan kepalanya di bahu Riri.
"Tolong jangan bohongi Mama!" Pintanya dengan suara yang lemas.
Rose pun menghampiri dan bertekuk lutut di kakinya.
"Ma, rose minta maaf! Semua ini salah rose, Mas Andra tidak mandul tapi saya yang mandul!" Tuturnya sedih.
Mama Amanda terlihat menghapus air matanya dan tersenyum.
"Syukurlah, ternyata bukan Andra yang mandul! Dan kamu rose, wanita murahan yang di angkat derajatnya karena menjadi menantu di kelurga ini! Tapi ternyata, dosa mu terlalu besar di masa lalu. Hingga kau pantas mendapatkan semua hukuman ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments