1 bulan kemudian...
Waktu tak terasa berlalu dengan cepat, warteg Ayu laris manis dan habis di serbu para pria yang mengharapkan lebih.
Pak Beno sudah resmi bercerai dan dia sekarang di usir oleh sang istri. Ayu nampak bahagia dan kabar itu pun terdengar oleh tetangga dan ibu-ibu lainnya.
Ada rasa takut jikalau suami mereka akan di rebut oleh sang pelakor. Mereka berkumpul di rumah Bu RW dan menginginkan Ayu untuk di usir dari rumah susun tersebut.
Akhirnya setelah rapat yang cukup lama. Ibu-ibu pun segera menyerang warteg Ayu dengan beringas. Mereka membawa beberapa peralatan dapur seperti centong, gayung, sapu dan lainnnya.
"Ayo ibu-ibu, kita usir si pelakor itu! Jangan biarkan dia bahagia, di bawah penderitaan kita!" Teriak mbak Marni sebagai provokator.
"Iya ayo kita usir!" Teriak yang lainnya.
Semua ibu-ibu bersahutan dan melangkah dengan penuh emosi. Kesabaran mereka terasa habis karena ulah Ayu yang centil dan terus menggoda setiap pria yang datang ke wartegnya.
...
Sedangkan di warteg, pengunjung nampak ramai. Banyak sekali para pria yang makan di sana dengan lahap sambil melihat tontonan rok mini yang di kenakan Ayu dan memperlihatkan paha mulus nan putih.
Suara ibu-ibu nampak semakin terdengar jelas karena mereka sudah dekat. Sesampainya di sana mereka langsung meneriaki Ayu sebagai pelakor dan menyuruhnya untuk keluar dari rusun tersebut.
"Hey pelakor, beresin barang-barang lu dan pergi dari tempat ini!" Teriak mbak Marni.
Ayu yang mendengar semua itu dengan tenang menghampiri dan tersenyum. Ia melipat tangannya di dada dan menatap mereka dengan heran.
"Ada apa sih ini? Kalian mengganggu pelanggan ku yang lagi makan?" Tanyanya dengan santai.
"Ada apa...,ada apa? Hey kau pelakor lebih baik kau pergi dari sini atau kami akan hancurkan tempat ini!" Teriak salah satu warga yang sudah tak bisa menahan emosinya.
Para ibu-ibu segera mengkerumuni Ayu dan berusaha untuk memukulnya tapi Pak RW datang dan melerai mereka semua.
"Ibu-ibu tolong tenang jangan main hakim sendiri, kita bisa bicarakan ini baik-baik." Ucap Pak RW yang berdiri di hadapan Ayu.
Ayu bersembunyi di belakang dan memeluk tubuh Pak RW. Pak RW pun seketika salah tingkah dan jantungnya berdetak kencang.
"Ayu kamu tenang saja! Saya akan melindungi kamu!" Ucapnya.
Ibu-ibu yang melihat semua itu semakin geram, di muka umum Ayu sudah berani menggoda Pak RW. Mereka segera menarik tangan Ayu dan langsung menjambak rambutnya.
Kericuhan pun terjadi, Ayu tersungkur ke tanah dan segera di pukul oleh ibu-ibu. Para pria yang sedang makan segera menghampiri dan melerai mereka semua.
Akhirnya Ayu pun terselamatkan, meskipun wajahnya penuh dengan luka lebam dengan rambut yang acak-acakan. Setelah semua tenang, akhirnya mereka membicarakan semuanya dengan baik-baik.
"Apa yang kalian inginkan? Jika seperti ini terus, rusun kita akan tercoreng?" Tanya Pak RW.
Mbak Marni bangkit dari duduknya. "Pak RW, kita ingin di Ayu pelakor itu pergi dari rusun ini. Dia telah meresahkan kami sebagai kaum istri, karena suami kami terus di goda olehnya!" Teriaknya dengan mata yang membulat sempurna.
Ayu nampak bangkit karena tak terima akan permintaan dari Mbak Marni. Ia menunjukkan jarinya kepada mbak Marni dengan suara yang lantang.
"Semua ini bukan salah saya ibu-ibu. Kalian saja yang nggak bisa dandan dan bau asem. Bagaimana mana suami mau betah di rumah, jika kalian hanya bisa mengambil uangnya saja tanpa mempedulikan penampilan." Jawab Ayu.
Para pria pun serempak menjawab. "Iya Ayu memang benar! Kalian tidak pernah memoles wajah untuk kami tapi jika mau keluar rumah dandan melebihi artis!" Jawab salah seorang pria.
Semua pria pun bersorak dan setuju. Para ibu-ibu pun semakin geram dan melempar kau pria dengan centong dan peralatan dapur yang di bawanya.
"Semua ini bukan salah kami, kalian yang mata keranjang dan tak tahu diri!" Teriak kaum wanita.
Ramai, itulah keadaan saat ini. Akhirnya untuk melerai semuanya, Pak RW memberikan keputusan yang berat untuknya.
"Maaf Ayu, saya tidak bisa membantu lagi! Silahkan kemas barang-barang kamu dan pergi dari sini!" Tuturnya Pak RW seakan tak rela.
Ayu berdecak kesal, Ia pun pergi meninggalkan tempat tersebut tak lupa dia memberikan pandangan jijik kepada kaum wanita yang ada di sana.
"Meskipun aku diusir dari sini, tapi aku bahagia. Semua dendam ku di tempat ini telah terbalaskan." Batinnya bahagia.
Waktu telah menjelang sore, Ayu mulai mengemas semua perabotan yang ada di wartegnya. Ada rasa berat karena tempat ini adalah awal dari perjuangannya.
"Aku tak menyangka, wajahku ini bisa merusak impianku! Padahal saat aku belum seperti ini, usahaku lancar tapi aku tidak menyesal karena jalan ini yang sudah kuambil. Kehilangan warteg bukan akhir dari hidupku, lagi pula aku sudah mendapatkan uang yang banyak dan bisa buka usaha kembali." Batinnya menguatkan.
Setelah 4 jam bergelut dengan perabotannya, Ayu masuk ke dalam kamarnya dan segera membereskan pakaian.
Akhirnya semuanya selesai, Ayu menyewa mobil pick up untuk membawa perabotannya. Para pria berbondong-bondong membantunya dan Ayu memberikan senyuman terakhirnya.
Setelah selesai dan Ayu juga mengganti pakaiannya. Dia pun pamit, tak lupa memberikan kedipan mata menggoda untuk ucapan terimakasihnya.
"Terimakasih untuk bapak-bapak semua! Dan jika kalian merindukan saya, kalian bisa telpon. Nomernya masih nomer yang dulu!" Ucapnya sambil memicingkan mata menatap ibu-ibu yang memperhatikan sedari tadi.
Bapak-bapak pun tersenyum dan mobil pick up pun melaju. Ayu melambaikan tangannya dan memberikan kis Bai untuk mereka.
Para pria itu terlihat bahagia, tapi tidak dengan kaum wanita. Akhirnya Ayu terdiam, dia bingung harus pergi kemana dan tanpa tujuan.
"Neng, kita mau pergi ke mana?" Tanya sang supir.
"Saya juga tidak tahu mang, saya bingung. Apakah mamang punya kenalan yang mau menjual atau menyewakan ruko dan tempatnya strategis?" Tanya Ayu sambil menatapnya.
"Ada neng, bos saya mau jual ruko dan posisinya pun strategis. Tapi harganya cukup mahal, apalagi tempatnya dekat dengan pabrik garmen!" Jawabnya.
"Ngak apa-apa mang, coba telpon dulu bosnya kali aja uang saya cukup!" Ucap Ayu dengan semangat.
Supir pick up itu pun menghentikan mobilnya, Ia mulai menelpon dan setelah percakapan cukup panjang. Mereka akhirnya janjian untuk bertemu di ruko yang ingin di jualnya.
Supir pick up langsung melajukan mobilnya ke alamat yang di tuju. Ayu terlihat bahagia, meskipun Ia belum tahu uangnya cukup atau tidak.
"Semoga saja dapat murah dan bosnya bisa di goda!" Batinnya yang tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments