Malam itu di hutan lebat yang tidak seberapa jauh dari Desa Banyu Urip, rombongan para Mantri Pamajegan nampak terus berjalan menembus gelap pekatnya malam dan lebatnya hutan disana. Rombongan yang dipimpin oleh Ki Bocor, seorang Mantri Pamajegan dari Kedu yang terkenal sakti mandraguna tersebut memutuskan untuk
terus berjalan.
Entah mereka sadari atau tidak, nampa belasan pasang mata pria berpakaian dan berjubah serba kelabu mengawasi perjalanan mereka dari semak belukar yang lebat di hutan itu. Namun tanpa disadari oleh orang-orang berpakaian dan berjubah serba kelabu tersebut, ada puluhan pasang mata yang mengawasi gerak-gerik mereka dari balik semak-semak yang lebih rimbun lagi.
“Sebentar lagi kita akan memasuki Desa Banyu Urip, menurut kabar di sekitar sinilah mereka biasa beraksi.” ucap Ki Bocor pada Ki Slewah sang Mantri Pamajegan dari Banyumas dan Ki Bahugoro Mantri Pamajegan dari Bagelen.
“Tapi apakah mereka akan muncul malam ini? Atau apa sebaiknya kita bermalam dulu di Banyu Urip?” tanya Ki Slewah.
Ki Bocor terdiam sejenak, matanya yang tajam menyapu ke seluruh semak-semak di sekitarnya, sampai matanya melihat satu gerakan kecil dari semak-semak yang tidak biasa, itu merupakan satu isyarat dari pasukannya yang sedang mengawasi para perampok yang sedang mengincar mereka. “Tidak usah, para serigala itu sudah mengambil umpan kita!” jawabnya perlahan namun tegas. Ki Slewah dan Ki Bahugoro pun mengangguk, dan memberikan isyarat halus agar para pasukan mereka bersiaga.
Tiba-tiba saja terdengar suara raungan serigala, kabut tipis yang entah darimana datangnya segera memenuhi tempat itu. Ki Bocor selaku Pemimpin rombongan segera memberi komando. “Segera tutup hidung kalian! Siaga! Serigala sudah mengepung kita!”
Para pasukan pengawal pun segera mengikatkan kain di wajahnya untuk menutupi hidung mereka dari kabut tipis yang bercaun tersebut. Mereka langsung menghunus berbagai senjata pegangan mereka. Ada yang bersiaga dengan tombak, ada yang besiaga dengan pedang, semuanya memegang perisai di tangan kiri. Sementara Ki
Bocor, Ki Bahugoro, dan Ki Slewah yang ilmu kedigjayaannya sudah tinggi, tidak terpengaruh oleh kabut beracun itu, mereka langsung bersiaga dengan keris mereka masing-masing.
Ki Bocor menghunus keris pusakanya yang berluk lima. Ia memejamkan matanya kemudian mengangkat kerisnya keatas. Keris pusakanya yang bernama Keris "Kyai Mahesa Dengen" memancarkan sinar putih yang teramat terang. Kemudian ia membabatkan kerisnya kedepan, seketika itu kabut dingin yang kian menebal tersebut langsung lenyap tersapu oleh kesaktian Keris Kyai Mahesa Dengen milik Ki Bocor.
“Para Serigala rakus! Ayo Keluar! Kami sudah siap menyambut kalian dengan meriah!” tantangnya.
Tiba-tiba tanah di sekitar kuda yang dianaiki Ki Bocor bergerak, melesatlah tali-tali tambang besar yang hendak mengikat Ki Bocor, Ki ocor langsung melompat ke udara, ternyata di atasnya jaring raksasa sudah menunggunya, jaring itu melesat turun hendak mengurung Ki Kocor dan bagian depan rombongan. Ki Bocor segera angkat Keris Kyai Mahesa Dengen ke atas, hawa dingin menghampar, nampaklah kilatan-kilatan cahaya putih berkelebat. Jaring raksasa tersebut pun putus menjadi beberapa bagian dibeset Keris sakti berluk lima tersebut!
Bayangan-bayangan kelabu segera berkelebat keluar dari balik rimbunnya semak belukar disana, para prajurit pengawal pun segera menyambut gerombolan perampok yang terkenal berilmu tinggi tersebut. “Kali ini keberuntungan kalian sudah habis! Atas titah Sultan Pajang, kami memang sengaja hendak berburu para serigala rakus!” teriak Ki Bocor.
Kembali Ki Margoloyo dan Ki Kartono yang memimpin kelompok perampok tersebut dibuat terkejut setelah sebelumnya mereka mendapati bagaimana kesaktian Keris Ki Bocor mampu menghilangkan Ajian Kabut beracun milik mereka dan menyobek-nyobek jaring pusaka mereka.
Keterkejutan mereka bertambah ketika dari balik semak belukar di belakang mereka, munculah puluhan prajurit yang membawa tanda-tanda keprajuritan Pajang, para Prajurit Pajang ini kemudian membentuk lingkaran mengelilingi mereka sehingga mereka terkepung dalam lingkaran pasukan Pajang!
Ki Bocor tersenyum culas. “Kalian mau merampok ap dari kami?” kemudian ia memberi satu isyarat, para prajurit pun membuka semua peti yang mereka bawa, ternyata isinya hanya daun-daun kering. “Kalian mau merampok itu? Silahkan! Bahkan kambing buudeg pun tidak akan mau memakan daun-daun kering itu! Hahaha!” Ki Bocor tertawa ngakak, begitupun Ki Bahugoro, dan Ki Slewah yang ikut tertawa, menertawakan jebakan mereka yang berhasil.
“Sial! Ternyata ini jebakan! Kamu ini bagaimana Kartono?!” Bentak Ki Margoloyo yang marah pada Kartono karena memberi laporan yang tidak benar.
“Maafkan kami Kakang, kami tidak tahu kalau ini jebakan!” jawab Kartono memelas.
“Cukup untuk adegan lawaknya, sekarang tangkap hidup atau mati serigala-serigala ompong itu!” perintah Ki Bocor.
Maka pertempuran tak seimbang pun terjadilah, Kelompok Perampok Serigala Kelabu itu diserbu oleh sekitar delapan puluh orang tentara Pajang yang sangat terlatih! Ki Margoloyo dan Ki Kartono pun memimpin kelompoknya bertahan mati-matian, entah sudah berapa nyawa prajurit Pajang yang tumbang oleh pedang Ki Margoloyo yag terkenal sakti tersebut. Pada satu kesempatan, ia berhasil menerobos kepungan pasukan Pajang dan menghampiri Ki Bocor yang berhasil membunuh dua orang serigala kelabu dengan keris pusakanya.
“Siluman Serigala Kelabu… Sudah lama aku ingin menjajal kehebatanmu!” ucap Ki Bocor
sambil mengacungkan kerisnya pada Ki Margoloyo.
“Kau hanya mencari mati karena berani menjebak dan menantangku! Heeaattt!” Ki Margoloyo tutup ucapannya dengan menyabetkan pedang pusakanya. Stranggg!!! Pedang Ki Margoloyo patah menjadi dua ketika beradu dengan Keris Ki Bocor. Pemimpin perampok ini terkejut dan melompat mundur, ia pun segera menghunus
keris pusakanya yang bernama Keris Kyai Liman Wisa dan kembali menerjang Ki Bocor.
Terjadilah adu kesaktian diantara dua pemimpin kelompok masing-masing yang berseteru tersebut. Dalam beberapa jurus saja mereka sudah terlibat dalam pertarungan yang amat seru dan mendebarkan, mereka nampak seimbang dalam hal ilmu kesaktian maupun adu aji kawisesaan. Blar! Blar! Blar! Beberapa kali terdengar suara
letusan yang gegap gempita yang terjadi akibat beradunya pukulan-pukulan sakti dari Ki Bocor dan Ki Margoloyo.
Namun ternyata keris pusaka milik Ki Bocor itu memang luar biasa saktinya, Ki Margoloyo yang mengetahui kesaktian keris lawannya tidak berani untuk menangkis serangan keris lawannya secara langsung. Setiap serangan keris pusaka Ki Bocor menimbulkan angin deras yang memerihkan kulit dan mata, berkali-kali Ki Margoloyo dibuat kelabakan olehnya, belum lagi pukulan-pukulan sakti yang kerap dilepaskan Ki Bocor. Hingga pada satu kesempatan ia tidak bisa menghindar akibat serangan Ki Bocor yang mendadak dan sangat rapat sehingga ia tidak punya pilihan lain selain menangkis serangan keris lawan!
Trang! Trang! Trang! Strannnggg!!! Kembali Ki Margoloyo dibuat terkejut oleh kesaktian Keris Ki Bocor, keris pusaka di tangan kanannya patah menjadi dua, tangan kanannya amat sakit dan kesemutan, tubuhnya serasa bagaikan diseruduk oleh kerbau raksasa! Belum lagi Keris Ki Bocor tersebut telah berhasil menggores bahu kirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments
Bang Roy
wah mantap.....lanjut thor
2022-09-19
1
Thomas Andreas
rugi banyak ki margoloyo
2022-07-19
0
pcsixer
😄👍👍👍👍👍👍👍
2021-01-25
3