Surodipo pun menuntun Sekar untuk masuk kedalam rumah mereka, sementara Ki Rongkot memelototi para pendatang yang jelas tak mempunyai maksud baik tersebut. “Ada keperluan apa Ki Sanak semua kemari?”
Si Topeng Setan mendengus kesal karena urusannya menjadi bertele-tele, tapi sebelum ia membuka mulutnya, salah seorang anak buahnya menghardik si orang tua. Suaranya parau dan tidak enak didengar. "Tak perlu tanya keperluan kami. Kamu orang tua pikun minggirlah!"
“Maaf ki sanak, apabila maksud kedatangan ki sanak kemari tidak baik sebaiknya ki sanak segera angkat kaki dari sini!” tegas pria yang seluruh rambut dan kumisnya telah memutih ini.
"Kurang ajar betul!" damprat si jubah hitam, karena merasa semakin ditantang dan dipermainkan. Dia menerjang ke muka. Dalam jarak beberapa tombak dilepaskannya pukulan tangan kosong. Orang tua itu memutar badannya yang peot ke samping.
Setelah pukulan lawan lewat di sampingnya, didorongkannya kepalan tangan kanannya ke depan. Satu jotosan dahsyat melanda tubuh si jubah hitam. Kalau tidak cepat-cepat menghindar, pastilah si jubah hitam ini akan mendapat celaka. Kini giliran Si Jubah Hitam memutar tubuhnya ke samping menghindari pukulan si kakek. Maka terjadilah jual-beli pukulan dan tendangan diantara si jubah hitam dan si Kakek.
Pada saat pertarungan terjadi dengan serunya, tiba-tiba terdengarlah teriakan lantang. "Ada apa ini?! Tahan!!" Si jubah tarik pulang tangannya dan berpaling, begitu juga Si Topeng Hitam dan semua anak buahnya yang berjubah
hitam. Seorang laki-laki berparas gagah dilihatnya keluar dari rumah dan berdiri di tangga langkan.
Si topeng setan beserta kesepuluh anak buahnya melangkah ke hadapan langkan rumah kemudian menatap tajam pria di tangga langkan tersebut.
“Kau Wirojoyo dari Selo?!” tanya si topeng setan.
Selama menjadi perwira prajurit Pajang dan menjadi orang yang terpandang di di Banyu Urip, baru ini harilah Wirojoyo dibentak orang demikian rupa dan oleh orang asing pula. Dari tampang-tampang serta sikap semua tamunya itu Wirojoyo segera maklum bahwa mereka tentu datang bukan membawa maksud baik.
Namun demikian, dengan suara ramah dia menjawab, "Betul, Saudara, aku memang Wirojoyo," lalu tanyanya kemudian, "Saudara-saudara datang dari mana dan ada keperluan apakah?"
Si Topeng Setan malah beracak pinggang, dan bukannya menjawab ia dan semua anak buahnya malah tertawa bekakakan yang membuat daerah di sekitar rumah Ki Wirojoyo bergetar hebat. Inilah suatu pertanda bahwa Si Topeng Setan dan semua anak buahnya mempunyai tenaga dalam yang demikian tingginya. Diam-diam Ki Wirojoyo, Surodipo dan Ki Rongkot segera lipat gandakan tenaga dalamnya untuk menghadapi kemungkinan paling buruk, sementara di dalam rumah Nyai Wirojoyo langsung memeluk Sekar yang ketakutan.
“Kami kelompok Kelelawar Hitam,” akhirnya si Topeng Setan berukata setelah berhenti tertawa, “Dan keperluan kami adalah… Untuk membunuh saudara dan seluruh keluarga saudara! Ahahaha…”
Ki Wirojoyo sudah dapat menerka maksud dari para tamu tak diundangnya tersebut. Rasa geram mulai terbit dari dalam hatinya, namun ia berusaha menindih rasa geramnya karena penasaran pada maksud kelompok Kelelawar Hitam tersebut.
“Aku sudah mendengar nama besar kalian yang termahsyur sebagai kelompok perampok kejam yang paling ditakuti di sepanjang aliran sungai Bengawan Sore, tapi apa maksud kalian tiba-tiba ingin membunuhku?! Aku bukan saudagar kaya seperti yang sering kalian rampok!” ujarnya, ia memang teringat pada berapa banyak prajurit
Pajang maupun para pendekar sewaan yang disewa para saudagar, tewas di tangan para perampok yang terkenal bengis lagi sakti mandraguna ini yang kekejiannya mengalahkan gerombolan perampok Serigala Kelabu pimpinan Ki Margoloyo. Ya, sampai sekarang belum ada yang mampu meringkus kawanan perampok yang telah malang
melintang di sepanjang Bengawan Sore sejak dua belas tahun yang lalu.
Si Topeng Setan menjawab sambil tertawa mengkehkeh. “Ah kami hanya penasaran pada kehebatan pendekar Selo sekaligus prajurit Pajang yang berhasil membunuh Patih Mentahun dua belas tahun yang lalu di Bengawan Sore hehehe…”
Ki Wirojoyo masih berusaha untuk bersabar dan menghindari perterungan karena ia tidak mengetahui alasan orang-orang yang menamakan diri mereka Kelompok Kelelawar Hitam hendak mencelakai dirinya, namun nampaknya si Topeng Setan dan anak buahnya sudah keburu bertindak. “Sekarang ayo tunjukan Aji Lebur Saketimu pada kami biar kau tidak konyol!” tandas si Topeng Setan seraya memberi aba-aba pada semua anak buahnya untuk menyerang Ki Wirojoyo.
Ki Wirojoyo langsung bersiap meladeni mereka, namun Ki Rongkot segera melompat, sapu lidinya langsung memapasi gerakan 10 orang berjubah hitam kelompok Kelelawar Hitam tersebut. “Heit! Harap mampir dulu pada Ki Rongkot sebelum kalian menyentuh majikanku!” tegas Ki Rongkot.
"Bangsat rendah!" hardik si Topeng Setan. “Pateni dia!” perintahnya pada kesepuluh anak buahnya yang langsung menggempur Ki Rongkot dengan aneka senjata yang mereka miliki.
"Tak usah jual lagak di sini, setan!" balas menghardik Ki Rongkot yang menyapukan sapu lidinya ke muka. Sungguh ajaib, sapu lidi di tangan Ki Rongkot menjadi satu senjata yang sangat berbahaya bagi lawan-lawannya, dari setiap
gerakan sapu lidinya menderu angin teramat deras yang memerihkan kulit dan membuat tulang-tulang lawan ngilu laksana topan prahara!
Sembilan orang berjubah hitam yang mengeroyoknya kaget luar biasa ketika mendapati kehebatan sapu lidi di tangan Ki Rongkot, nyatalah kini bahwa si orang tua memiliki ilmu yang tak dapat dipandang remeh! Mereka pun merubah siasat, mereka membuat lingkaran dan mengepung Ki Rongkot dari berbagai penjuru, ujung-ujung senjata mereka bergantian menusuk Ki Rongkot dari segala sudut lingkaran.
Sehebat-hebatnya Ki Rongkot pasti akan kesulitan juga menghadapi keroyokan sembilan orang anggota Kelelawar Hitam yang semuanya memiliki kesaktian dan tenaga dalam tingkat tinggi tersebut. Terbukti, beberapa jurus kemudian orang tua pembantu setia keluarga Ki Wirojoyo ini mulai terdesak.
“Ki Rongkot!” pekik Surodipo yang hendak turun tangan membantu Ki Rongkot yang dikeroyok oleh sembilan lawan sekaligus karena ia sudah sangat khawatir pada pembantunya yang sudah ia anggap keluarganya sendiri. Ketika ia hendak melompat ke gelanggang pertempuran, tiba-tiba salah seorang anggota Kelelawar Hitam yang sedari tadi berdiam di atas kudanya melompat menghadang Surodipo!
“Kau anak Wirojoyo?!” hardik si jubah hitam.
“Iya aku putranya!” tegas Surodipo sambil bersiap memasang kuda-kuda.
“Bagus! Pertama akan kuhabisi dulu anakmu Wirojoyo!” ujar si jubah hitam sambil membuka kerudung hitamnya.
“Kau?! Kau Arya Kusumo anak Patih Mentahun?!” kejut Ki Wirojoyo ketika mengenali orang itu.
“Iya! Butuh dua belas tahun bagiku untuk membalaskan dendam ayahku padamu! Sekarang akan kubantai habis keluargamu dimulai dari anakmu! Heeaaa!!!” arya Kusumo tutp ucapannya dengan mencabut pedangnya dan menerjang Surodipo, putra sulung Ki Wirojoyo ini pun langsung meladeni amukan putra almarhum Patih Mentahun yang tewas di tangan ayahnya dua belas tahun yang lalu di pinggiran sungai Bengawan Sore.
Ki Wirojoyo mengamati pertarungan Surodipo dengan Arya Kusumo yang masih nampak seimbang tersebut, tetapi ia terkejut ketika dilihatnya Ki Rongkot semakin terdesak dikeroyok oleh sembilan anak buah si topeng setan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments
Bang Roy
tukang keroyokan
2022-09-19
1
Alfiah Prasetya
siip
2021-11-15
1
@elang_raihan.Nr☕+🚬🐅🗡🐫🍌
Maaf telat mampir ☕
2021-02-04
2