Angga mengambil handphonenya dan berdiri agak menjauh, namun terdengar bentakan keluar dari mulut Angga dan selang beberapa menit telponnya sudah ditutup.
"Amira, papa bilang besok bisanya jam 10.00, jadi jam segitu harus sudah siap papa ngak bisa nunggu" ujar Angga kepada Amira setelah kembali masuk.
"Iya bg, kenapa tadi abang menghardik papa, itu tidak baik " ucap Amira menasehati sambil mengelus dada Angga suaminya yang tidak sixpac karena Angga memang malas untuk berolahraga.
"Biasa, papa bilang tidak bisa, padahal kerjaannya ngak ada, abang kesal aja karena kan kita minta tolongnya hanya sesekali" timpal Angga sambil melihat baby zyan yang tertidur sambil tersenyum sehingga menampakkan lesung pipit di pipinya dan dagunya yang belah.
"Mmmmm, sudahlah sabar" ucap Amira menenangkan Angga".
Amira tau betul bahwa Angga mudah saja emosi sementara keluarga Angga gila dihormati dan merasa berkuasa atas anaknya.
Selama menemani Amira, mama Amira cukup tau banyak tentang apa yang dialami Amira anaknya dan keluarga besannya.
Jam 10 dinihari amira, mama dan Angga sudah menunggu namun papa mertuanya bapak Akir belum juga menampakkan batang hidungnya. Sementara, Angga sibuk memainkan handphonenya sambil mondar-mandir dan wajahnya sudah terlihat merah.
"Papa ko jo ndak ado ut....*k nyo, awak mintak tolong sasakali payah bana, sementara kalau kandaknyo ndak dilapeh bakecek an den anak durhako (papa ini ngak ada ot*knya, minta bantuan sesekali susah, sementara kalau keinginannya tidak di penuhi saya di cap anak durhaka) ", ujar Angga penuh emosi.
" Bang, istighfar itu orang tua abang, jaga omongan abang kita doakan saja sebentar lagi dia sabar, lagi pula ngak baik membentak didepan baby zyan meskipun dia masih kecil". ucap Amira yang saat itu sedang duduk selonjoran sambil menyusui baby zyan.
Angga terpaksa duduk menenangkan dirinya. .
Selang beberapa saat seorang lelaki terlihat berjalan menggunakan celana jeans dengan baju kemeja dan kacamata.
"Itu papa datang bg, " ucap Amira sembari berdiri dan menyalami papa mertuanya.
"Ayok pa, berangkat! , nanti kalau siang antrian makin panjang.." ujar Angga tanpa mempersilahkan papanya duduk.
Amira merasa tidak enak hati dan menawarkan papa mertuanya untuk minum teh, tapi pak Akir yang wataknya juga pantang tersinggung menolak dan mengajak langsung berangkat.
Mama, Amira berjalan keluar dimana mobil avanza hitam itu terparkir. Mama dan Amira duduk dibangku tengah sementara Angga disamping papanya yang menyetir karena Angga yang belum terlalu dipercayai bawa mobil.
"Mmmm, tadi abang mau nelpon kirain papa kenapa-kenapa, ujar Amira untuk menghangatkan suasana dalam mobil yang dirasa cukup menegang.
" Enggak ada papa tadi ada keperluan, "ucap pak Akir dengan mempercepat laju mobilnya.
Sementara itu, mama Amira lebih memilih untuk tidak terlalu banyak bicara. Selang setengah jam perjalanan Amira sampai di RS. MDJAMIL Padang tempat dimana dia operasi untuk kontrol operasinya yang ke dua kali sebelum pulkam ke Payokumbuah.
"Mmmmm, papa tunggu sini aja Angga" ujar bapak Akir.
begitupun dengan mama Amira dan baby zyan menunggu didalam mobil mengingat bayi yang tidak boleh di bwa kerumah sakit. karena ini rumah sakit besar segala jenis penyakit baik yang menular maupun tidak ditangani disini sehingga mama Amira khawatir bayinya kenapa-kenapa.
Cukup lama, Amira menunggu antriannya dan jam telah menunjukkan pukul 11.30 namun namanya juga belum terpanggil. Amira ditemani Angga mencoba untuk tenang. Meskipun saat itu Amira merasa tegang kalau-kalau bayinya menangis.
Saudara, Amira ", suara seorang perawat menyentakkan lamunan Amira.
" Iya buk, "jawab Amira sembari segera bergegas keruangan yang dituju oleh dokter tersebut.
"Silahkan berbaring ibuk, kami angkat bajunya ya buk, "ucap dokter tersebut sembari membuka lem perekat operasi.
"Alhamdulillah ibuk, luka operasi ibuk sudah sangat kering, sudah boleh dibuka namun ibuk tetap hati hati dan ngak boleh angkat benda berat" nasehat dokter yang terlihat begitu wibawa ditengah usianya yang masih muda.
Amira pun, berlalu dari ruangan tersebut sembari menghambur keluar menuju mobil tempat mama tersayang dan anak tercintanya menunggu.
"Sudah selesai Amira? " tanya mama Amira begitu melihat Amira sudah sampai.
"Sudah mama sayang, sudah jam 12 ni ma, kita makan diluar aja ma, kita makan dekat bebek sawah aja ma, ngak mau disini. Papa juga sudah pasti lapar kita makan dulu ya pa, baru pulang ke kontrakan Amira? " ajak Amira pada mama dan papa mertuanya.
Mereka pun masuk kedalam mobil dan menuju tempat makan tersebut, tak ada pertanyaan yang keluar dari mulut papa mertuanya kecuali hanya seputar mencari uang yang sudah sangat susah.
Angga tidak mengubris perkataan papanya, karena memang sudah sangat tahu akan kebiasaan papanya.
Setelah makan Angga menyampaikan bahwa besok Amira mau pulkam mengingat jatah cuti lahirannya ada 3 bulan dan akan lebih baik jika selama cuti Amira dirumahnya.
"Pa, papa besok bisa antar kami pulkam besok pa, soalnya Amira lama cuti, jadi selama cuti Amira lebih baik di kampung nya.
"Mmm, mungkin besok papa bisanya sore dan papa langsung balik karena papa ada kerjaan dan mau balik ke Bukittinggi." ujar pak Akir
"Baik pa, " ujar Angga
Setelah selesai makan dan bercakap Amira berdiri untuk membayar makannya yang dipesan tadi. Seterusnya mereka masuk kembali secara bersama sama. Sesampai dirumah pun Amira memberi selembar uang kepada papa mertuanya.
"Ini ada sedikit uang pa" ucap Amira sembari menyerahkan uang Rp100.000,- kepada papa mertuanya dan mengucapkan terimakasih.
"Ma, mama capek? "tanya Amira pada mamanya yang memang lebih duluan masuk kamar dari Amira.
" Sedikit mama istrhat dulu ya, Amira juga istrahat mumpung zyan lagi tidur." ucap mama Amira sambil mengibaskan tempat tidur.
Amira pun langsung mengganti pakaiannya dengan mengambil daster berbelah V yang dilengkapi rosleting dengan warna kuning mustard dihiasi dengan garis hitam cantik yang membuatnya terkesan segar dan cantik.
Angga langsung tidur diluar kamar di kasur singgle yang memang sudah dibeli sesaat sebelum Amira mau melahirkan.
Esok harinya seperti biasa papa mertuanya tak pernah datang tepat waktu. Jam sudah menunjukkan pukul 6.00 sore tapi belum juga datang.
Angga, terlihat kesal dan wajahnya yang sawo matang seperti udang kematangan karena menahan amarah. Mengingat papanya ynag begitu sulit saat diharapkan.
Selesai magrib pun belum juga memberi kabar dan tepat jam 19.30 papa mertuanya datang.
"Ayuk berangkat lagi, tapi kita mampir di jati karena mama mau ikut katanya ke kampung Amira tapi cuman buat ngantar aja.
Amira hanya diam saja sambil mengendong baby zyan. sementara mama Amira dan Angga mengangkat barang barang ynag dirasa perlu.
Amira meletakkan zyan di pangkuannya dengan menggunakan bantal bayi untuk memudahkan nanti menyusui.
Tak lama, sampai dirumah mama mertuanya yang sudah menunggu.
" Eeh, mama Amira, kami juga mau ikut! " kata mama mertua Amira.
Amira, duduk dibangku tengah dekat jendela, habis itu mama Amira dan mama mertua Amira. kemudian dibelakangnya Angga, adiknya Nova dan Papa Angga.
"Riki, nanti kita ganti-gantian bawa mobil ya, mata papa kurang jernih kalau lagi malam.
Sepanjang perjalanan keluarga heboh menceritakan kehebatannya.
Angga tidak dipercayai sama sekali untuk menyetir.
Amira merasa kesal sepanjang perjalanan mendengar celotehan keluarga yang merasa sok hebat dan tidak mempercayai Angga untuk. membawa mobil padahal Angga sudah bisa.
"Mama Amira, kami ini kompak semua, saling tolong, anak kami baik baik semuanya, keluarga si Riki senang dengan kami. "ucap mama mertua Amira.
Sepanjang perjalanan Amira memilih diam karena merasa apa yangg diceritakan mertua tidak sesuai. Amira dan keluarga sampai dikampung jam 00.00 dini hari. Mereka sampai didepan rumah Amira yang berwarna putih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments