Setelah memasuki ruang UGD dengan di ikuti anggota keluarga tak lama berselang Angga datang dengan mama dan papanya. Amira hanya cuek saja melihat kedatangan Angga tersebut baginya harapan nya dengan Angga telah sirna, terlalu besar kekecewaannya.
"Amira, ada aman dijalan? Tanya Angga sambil menyentuh kening Amira lembut.
" Hhmmm....ada, "
Amira yang saat itu sedang dalam observasi sama tim perawat terkait kasus rujukannya yang dinilai perawat tidak cocok mengingat kondisi Amira yang baik baik saja dan kuat.
" Maaf ini keluhannya apa ya kenapa dirujuk kerumah sakit ini? tanya salah satu perawat laki laki yang sebelumnya telah membaca surat rujukan namun tidak melihat kecocokan.
"Saya ada flek merah lumayan banyak setiap hari pak dan kata dokter kandungan air dalam rahim saya sudah habis dan kondisi bayi sangat kecil untuk dilahirkan dan butuh pertolongan alat untuk menopang hidupnya.. " Amira mencoba menjelaskan dengan pipi yang di basahi air mata.
"Baik, coba kami cek apakah fleknya parah atau ngak, ucap tersebut.
perawat itupun cekatan menyarungkan tangannya kemudian memasukkan alat dari besi yang berbentuk alumininum kemudian menusukkan nya ke kema**"""" an Amira pelan-pelan, kemudian mengangkatnya, setelah melihat dan sejenak berpikir perawat itupun meletakkan alat tersebut dan sekarang memasukkan jari tangannya dan melihat... kemudian diapun berbicara
"Maaf buk, saya ngak menemukan darah apapun" tapi sebaiknya, ibuk rawat inap disini dan besok kita pemeriksaan pagi pagi lagi ... " ucap perawat tersebut sambil menengok jam ditangannya yang menunjukkan pukul 5.00 dini hari.
Amira di bawa perawat menuju kamar yang sesuai dengan faskes BPJS nya yang tingkat 2. disana satu ruangan diperuntukkan untuk dua orang.
Amira sering merasakan perutnya menegang, sambil memegang perut Amira memanggil Angga suaminya yang saat itu tidur dilantai bawah beralaskan karpet yang sebelumnya memang telah dipersiapkan sama mama Amira.
"Bang, perut Amira sakit bang, boleh minta pijit ya", ucap amira sambil memandang suaminya yang saat itu tengah duduk disamping tempat tidur Amira,.
" Sini anak papa, jangan bandel bandel diperut umminya ya, kasihan tu uminya jadi kesakitan.. yang tenang ya bentar lagi kita jumpa baik baik didalam.. " ucap anggap sambil mengelus ngelus perut Amira istrinya yang saat ini mulai terlelap.
Pagi sekitar jam 6.00 perawat masuk kembali keruangan Amira.
"Pagi buk, gimana keadaannya "?sapa sang perawat wanita yang kelihatannya sudah cukup lama bekerja dirumah sakit tersebut.
" Alhamdulillah baik buk, cuman ini makin sering kekamar mandi... "ucap amira sambil berusaha untuk duduk yang kemudian dibantu oleh Angga dengan meninggikan setengah kasur tempat tidurnya.
" Iyaa, itu tanda-tanda bentar lagi buah hatinya mau keluar. Oh ya kami cek tekanan darah ibuk dulu ya.. sama pasang infus supaya berat bayi bisa ditambah. " ucap sang perawat sembari mencari-mencari di pergelangan tangan Amira tempat untuk menyuntikkan jarumnya.
Amira yang sebenarnya takut jarum, berusaha untuk tetap tenang.
"oh ya, ibuk kita pasang keteter juga ya..., supaya ibuk ngak perlu bolak-balik kamar mandi. karena ibuk harus bedrest supaya air ketuban nya ngak habis dan paru-paru si bayinya bisa matang. " ucap perawat panjang lebar menjelaskan sambil meminta Amira melebarkan kainnya untuk memasukkan keteter ke alat kelaminnya.
"Oke, kita lihat perkembangannya satu atau dua hari ini, mudah mudahan berat badan bayi bisa bertambah... " ucap perawat sembari melangkah keluar ruangan.
Angga yang saat itu belum mengajukan cuti, terpaksa kembali bekerja dan meninggalkan Amira dengan mama Amira dirumah sakit.
"Amira, abang pergi dulu ya, nanti pulang kerja abang kesini lagi" ucap Angga sambil mendekati mamanya Amira untuk pamitan kerja.
mama Amira begitu menyayangi Amira. Pagi selepas subuh mama Amira memilih sendiri menyuci pakaiannya. Mama Amira tau gimana kondisi keuangan Amira jadi mama memilih menyesuaikan saja.
"Amira mau makan, ?" tanya mama melihat hari sudah jam 7.00 dan makanan sudah diantarkan perawat.
Amira menganggukan kepala, dan mama langsung cekatan menyuapkan Amira, Amira pun hanya menghabiskan setengah nasi saja yang selanjutnya di habiskan sama mama.
" Ma, mama mau makan, ? tanya Amira sambil mengeluarkan uang satu juta yang murni dikeluarkannya dari uang gajinya bukan uang Angga dan menyerahkan ketangan mamanya..untuk mamanya belanja dan loundry kain karena kemungkinan akan lama disini .
Selang jam 11 teman kerja Amira berdatangan setelah tahu Amira balik lagi ke Padang.
Ada kak, lia, kak, era, kak yati, bag andre, bg Ardin, buk neng dan kak lis yang kesemuanya satu ruangan sama Amira.
"Mmm, tu semangat makannya Amira biar besar bayinya dan makan susu penambah berat badan, ngak usah cemas ya, santai aja.. ucap para teman-temann kantor tersebut sambil yang cewek mulai memeluk Amira memberi semangat dan kemudian pamit mengingat harus balik lagi ke kantor..
" Selama 4 hari dirumah sakit Angga selalu membawa sambal dari rumah orang tuanya, hal ini maklum mengingat uangnya yang pas-pas. Karena hanya sisa Rp. 800.00, yang masuk kerekening selain uang makan dan honor.
Tiba-tiba setelah 4 hari pemeriksaan , sorenya perawat datang dan mengabarkan kalau nanti habis ashar kita akan melakukan operasi mengingat air ketuban nya benar-benar sudah habis. Dikawhatirkan bayinya kenapa kenapa.. . dan kami butuh persetujuan suaminya.
"Persetujuan suaminya? " tanya mama Amira sembari mengulang pertanyaan perawat tadi dikarenakan sat itu Angga tidak disana karena kebiasannya sore menjemput sambal dari rumah orang tuanya meski mama Amira jarang memakannya karena lebih memilih menghabiskan nasi Amira yang hanya dimakan sedikit.
Mama pun menelpon Angga untuk segera balik.
beruntung sat itu angga sudah memasuki lorong rumah sakit RS. M DJAMIL PADANG.
Angga menemui perawat, untuk memberi persetujuan untuk dilaksanakannya operasi.
dan sang dokter pun menjelaskan.
"Pak, kemungkinan anak bapak saat lahir butuh alat untuk oksigen dan dan lainnya dan saat ini alatnya cuman ada satu dan lagi dipakai dan masih diperjuangkan untuk dicari, namun bayi bapak harus segera dilahirkan karena sudah ngak ada air didalam rahim istri bapak.. " demikian penjelasan dokter tersebut sambil diiringi dengan Angga yang membubuhkan tanda tangannya sebagai pertanda siap dengan segala kemungkinan.
Namun, setelah menandatangani, Angga menghubungi mamanya untuk mengabari istrinya akan melahirkan habis ashar. Angga malah pergi menjemput mamanya disaat sang perawat memberi instruksi untuk operasi saat itu juga.
Mama amira yang tinggal sendiri mengikuti perawat untuk mengetahui diruang mana Amira akan melahirkan dan Angga tak kunjung datang.
Selang beberapa lama didalam, Angga pun datang dengan mamanya dimana saat itu mama Amira hanya seorang diri didepan ruang operasi.
"Ma, gimana operasi Amira ma, ? tanya Angga begitu sampai didepan ruang operasi.
"itu amira didalam baru Angga..., ! ucap mama Amira sambil menunjuk keruang operasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments