Amira, hanya bisa beriistigfhar melihat kelakuan Angga suaminya yang begitu mudah marah dan menatap tajam dirinya.
Malam harinya mama menelfon Amira.
"Assalamualaikum sayang.... gimana keadaaan nya? tanya mama dengan antusias
" Alhamdullilah Amira baik ma., timpal Amira dengan sedikit manja.. untuk menutupi gundah dihatinya.
"Ma, besok Amira pulkam dengan bus ya ma? Amira pulang duluan soalnya abang masih ada kerjaan.
" lho kok gitu sayang? emangnya Angga belum dapat izin libur sebelum bulan puasa ni..?
"Belum ma, bang Angga masih ada kerjaan." sahut Amira datar.
.. Amira di antar ke tempat halte penungguan bus oleh Angga. Sepanjang perjalanan Amira memikirkan kata kata yang nantinya akan disampaikannya kepada orang tuanya kalau ditanya kenapa tidak pulang bareng dan kemana motornya..
huft.. tak terasa setelah menempuh 4 jam perjalanan Amira sampi di tempat pemberitaan bus dikampungnya.
"Amira, sudah sampai ma" .
sudah menjadi kebiasaan bagi Amira, dan mamanya untuk menjemput Amira di pemberhentian bus.
Seorang mama, tentu paham apa yang di alami anaknya. Setelah Amira beristrahat dan duduk santai mama pun bertanya kepada Amira.
"Amira, coba cerita sebenarnya kenapa Angga tidak pulang bareng dengan Amira dan kenapa Amira ngak menunggu saja kapan Angga libur supaya bisa pulang bersama,? tanya mama pada Amira dengan gaya menyelidiki.
"hm.., sejujurnya bg Angga sudah libur ma, tapi bang Angga ngak punya motor lagi. Motor bebek yang selama ini dia gunakan sudah dijual dan uangnya untuk membayar kekurangan sewa pelaminan sewaktu baralek kemaren.
"Mmm, sayang,... terus kamu selama ini ke kantor pakai apa? " tanya mama prihatin dengan kondisi anaknya.
Amira pun menimpali dengan datar, Amira naik angkot ma.
mama pun bertanya kepada Amira, apa Amira ada rencana untuk membeli motor dalam waktu dekat ini, mengingat Mereka pengantin baru yang harus silaturahmi ke keluarga sendiri dan keluarga suami tentu sangat butuh kendaraan.
Mmm, Amira lebih banyak diam. Pasalnya, uang yang dipegang nya hanya 2 juta rupiah. Mereka pun ngk mungkin mengambil kendaraan dengan kredit mengingat SK Angga yang sudah digadaikan.
"Amira, mama kebetulan baru menjual tanah, gimana kalau kita mengambil motor dan kita beli lunas motornya atas nama Amira, dan setiap bulan nya bilang sama Angga untuk nyicil nya ke mama aja, jadi sekarang kita pakai uang mama dulu, gimana Amira? tanya mama pada Amira sembari mengelus rambut panjang Amira yang terurai dengan lembut.
Coba Amira tanya bang Angga dulu ma, takutnya Abang nanti merasa tidak dianggap.
Dengan cepat Amira menekan tombol dial di HP androidnya. sahutan dari seberang pun sudah di dengar.
"Assalamualaikum sayang... ada aman di perjalanan? tanya Angga langsung ketika mengangkat telpon dari Amira.
"Alhamdulilah baik bang,... bang Amira berencana mengambil motor scoopy matik pakai uang mama cash dan nanti kita cicil ke mama aja, soalnya ngak mungkin kita ngak pakai motor apalagi habis bulan ini juga lebaran tentunya kita butuh, gimna menurut abang...? Abang setuju? tanya Amira penuh harap...
"Ya, ngak apa sayang, tapi abang ngak janji bisa cicil ke mama tiap bulan." timpal Angga di ujung pembicaraan dan Amira menanggapi dengan santai,
"InsyaAllah kalau bang ada niat untuk membayar akan dimudahkan sama Allah." jawab Amira singkat.
Pernikahan Amira jauh dari dongeng impiannya. dimana akan ada perlakuan istimewa. Angga berbeda, dia ngak sedikit pun memanjakan Amira meski hanya dengan sebuah kata kata.
Angga pulang menyusul Amira dikampung. Mereka pun berpamitan setelah Angga menginap sehari di rumah mama Amira, mengingat libur menjelang puasa sudah habis.
Setelah memasuki kota Padang, Amira meminta kepada Angga untuk kerumah Mertua (mama Angga) terlebih dahulu.
Sesampai dirumah Angga, Amira langsung turun dari motor barunya dan menyalami kedua mertuanya serta memberi buah tangan yang dibawanya langsung dari kampung.
Setelah berbincang santai, Angga menceritakan kepada orang tuanya, bahwa motor yang dipakai ini dibayar tunainoleh mama Amira.
Namun, baik papa maupun mama Angga tidak merespon ucapan Angga.
bahkan tanpa merasa bersalah ke dua orang tua Angga malah membanggakan anak satunya lagi yang baru saja memberinya uang.
Dalam hati Amira bergumam,, kenapa ada orang tua yang tega membodohi anaknya dengan kalimat darahnya mengalir di anaknya, bahkan yang seharusnya menjadi tanggung jawab nya. Anaknya pun jadi abai meski sebenarnya dia mampu jika tidak menyerahkan yang tak pantas kepada papa dan mamanya.
"Ya, Allah, sungguh hati ku, terasa sesak melihat pengorbanan dan keikhlasan orang tua ku tidak dihargai..." lirih Amira dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments