Esok harinya, Amira masih masuk kerja seperti biasanya. Tangan Amira terlihat sibuk menari di atas keyboard. Dalam sekejam tumpukan SPJ telah menggunung disebelah kiri Amira. Seperti biasanya, Menjelang akhir tahun bagian keuangan fakultas mengejar deadline. Karena hal itulah Amira tidak berani meminta izin mengingat banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.
"Amira, kamu sakit? atau ada masalah? " tanya ibuk Wakil dekan 1 ketika mendapati wajah Amira pucat sembari menatap Amira lebih dalam seakan ingin tahu.
"Engak buk, mungkin ini telat makan, timpal Amira".
Memang waktu telah menunjukkan pukul 15.00 dan tidak hanya Amira yang belum makan tapi hampir seluruh bagian keuangan di Fakultas kedokteran tempat Amira bekerja belum makan demi mengejar deadline supaya SPJ akhir tahun bisa cair semua.
Kondisi lembur telah menjadi rutinitas akhir tahun di Fakultas Amira bekerja. tepatnya di mulai pada September sampai Desember.
Tiba tiba, telpon Amira berbunyi, memecah lamunan Amira di tengah kesibukannya untuk men-cek SPJ yang sudah ditandatangani sama dekan atau belum.
"Assalamualaikum Amira, kalau benar kamu tetap ingin lanjut sama Angga tolong suruh Angga menemui kami di kampung bertemu dengan niniak mamak dikampung sini. mama ingin kepastian supaya anak mama tidak di sia-siakan. Kalau dia mau, pernikahan kita lanjutkan kalau tidak tolong stop sampai disini. Paham Amira? "tanya mama sembari menutup teleponnya.
Amira pun langsung mengirim chat kepada Angga. mengingat Angga juga belum mau menerima uang balas jasa yang dititipin ke Amira untuk dikembalikan.
" Bang, mama memberi lampu hijau untuk mengizinkan kan Amira menambah uang balas jasa pakai uang Amira sendiri dan mengizinkan pernikahan ini lanjut, jika abang mau menemui kembali orang tua Amira dan niniak mamak dikampung Amira". Setelah membaca berulang kali dan merasa pas Amira langsung mengirim pesan tersebut kepada Angga.
Dan dalam sekejap balasan dari Angga pun datang.
"Abang ngak akan datang, kalau masih untuk nego jadi apa tidaknya, tapi kalau sudah pasti direstui abang datang, abang ngak mau mama abang sakit lagi kalau ini dibatalkan lagi. " balas Angga
Mmm, seminggu setelah chat itu dikirim dan di-iyakan oleh Amira. Angga pun sampai di depan rumah Amira dengan motor bebeknya yang selama ini telah menemani Amira jalan jalan.
Di rumah Amira telah ada mamak Amira, ninik mamak yang mengurus pernikahan dan orang tua Amira. Dalam pembicaraan disitu menekankan bahwa orang tua Amira, dan niniak mamak disana menginginkan Angga benar-benar serius untuk membina rumah tangga. Angga pun menjawab dengan mantap dan yakin dengan mengatakan
"Ma, Ayah, mamak, Angga akan menjaga dan menyayangi Amira dengan baik. Angga akan bertangungjawab untuk nafkah lahir dan bathinnya, sama mama dan keluarga Angga sendiri Angga peduli apalagi sama istri Angga nanti." ucap Angga menyakinkan.
Jawaban Angga yang begitu menyakinkan, membuat orang tua Amira, mengalah dan mengizinkan anaknya untuk melanjutkan apa yang telah diniatkan diawal.
Seminggu setelah pertemuan itu, orang tua Amira meminta uang balas jasa dikirim ke rekening mamak Amira, mengingat mama Amira belum punya nomor rekening. Sehari setelah menerima info dari orang tuanya, Amira juga langsung diminta kerumah mama Angga untuk memilih cincin yang pas di ukuran jari tangan Amira.
Siang itu Amira, Angga, mama dan papa Angga sudah berada dalam mobil avanza. Amira duduk dibelakang dengan mama Angga. Sementara Angga didepan menemani papanya yang menyetir. Amira tidak berani bertanya apakah mobil yang sedang dinaikinya ini milik siapa.
Tiba -tiba dalam perjalanan mencari cincin, mama Angga berbicara pada Amira.
"ntar, Amira kalau sudah menjadi istrinya Angga harus banyak sabar. Karena perempuan harus banyak mengalah dalam rumah tangga. Mama sama papa Angga sudah masuk fase emas rumah tangga sudah 25 tahun... jadi kalau mau rumah tangganya awet Ya Amira harus banyak sabar. " jelas mama Angga dengan cepat dan seolah pamer dengan kelanggengan pernikahannya.
"Amira hanya menggangguk, sembari matanya lebih banyak memperhatikan jalan meski ada pertanyaan dalam hatinya " kenapa perempuan harus banyak sabar?.
Besok harinya,tepat tanggal 27 November keluarga Amira, niniak mamak bundo kanduang telah berada dirumah Angga dengan maksud mengantar uang balas jasa dan melamar.
Mengingat kalau adat di daerah keluarga Angga perempuan yang melamar. Dalam pertemuan itu, langsung ditentukan rencana tanggal pernikahan.
Setelah pertemuan kedua keluarga tersebut, Angga dan Amira makin sering bertemu. mengingat rencana pernikahan yang hanya tinggal 2 bulan tepatnya rencana pernikahan akan dilangsungkan tanggal 29 Januari 2019.
Amira dan Angga, mulai sibuk mengelilingi kota Padang mencari tempat undangan yang desain dan harganya cocok. Mencari desain mahar yang sesuai, mencari rumah kontrakan setelah pernikahan nanti.
Waktu berlalu terasa cepat bagi Amira dan Angga. Segala perlengkapan sudah hampir rampung. Undangan pun siap untuk disebar.
Malam itu Amira dan Angga bertemu. Di sela pembicaraan Angga berkata pada Amira dengan wajah yang agak serius.
"Amira, abang ingin ngomong sesuatu sejujur nya, abang sudah menitipkan SK PNS di Bank" ucap Angga serius sembari berharap menanti jawaban.
"Maksudnya bang, ?"tanya Amira terlihat serius.
Abang sudah menggadaikan SK bang, selama 10 tahun untuk membeli mobil yang kemaren kita naikin.. orang tua abang minta itu.
Jantung Amira terasa sesak, tiba-tiba pikiran negatif menyeruak... apakah pernikahan ini dibatalkan saja? ujar Amira dalam hati dengan seribu pertanyaan...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments