Hasya sudah lebih tenang, ia menatap pada gelas matcha yang pegang dengan kedua tangannya. Sesekali ia masih mengisak, namun sudah tidak seemosional tadi.
"Kau yakin tidak butuh yang lain?" tanya Zehan lembut. Hasya hanya menggeleng.
"Baiklah, kalo kau sudah merasa lebih, ayo kita pulang. Hmm??" Hasya mengangguk, namun kali ini Zehan bangkit dari kursi rodanya dan mendorongnya secara perlahan menuju ke mobil mereka. Hasya dengan sigap berjalan disamping Zehan takut-takut kalo Zehan terjatuh kembali seperti tadi saat di barbershop.
Zehan memang sudah menunjukan banyak sekali perkembangan yang cukup pesat, terlebih tadi Zehan bisa berdiri dan berjalan seolah normal tanpa alat bantu meski hanya untuk beberapa saat namun itu sudah mengembirakan. Kali ini Zehan sengaja berjalan lagi dengan di bantu kursi roda sebagai tumpuannya. Meski Hasya sempat khawatir namun Zehan meyakinkannya ia akan berjalan pelan-pelan saja, sama seperti saat ia berlatih di tempat terap, ia melakukannya agar syaraf-syaraf dan otot-ototnya lebih terlatih lagi untuk terbiasa hingga akhirnya nanti ia bisa berjalan kembali.
Sesampainya di rumah Hasya segera menyiapkan keperluan mandi tuannya, Zehan hanya mengangguk sembari sedikit memijat bagian kakinya yang sedikit terasa agak sakit. Mungkin ini karena Zehan terlalu memaksakan untuk berjalan tadi.
"Bagus !! sekarang aku bisa merasakan rasa sakit di kakiku. Tunggulah kalian berdua, aku pastikan balas dendam ku pada kalian akan membuat kalian memohon kematian kepadaku" batin Zehan smirk mengembang dibibirnya.
"Tuan air hangatnya sudah siap" seru Hasya sekembalinya dari kamar mandi. Namun tiba-tiba Zehan menarik lengan Hasya saat ia akan melewatinya hingga membuat Hasya terduduk di atas lahunannya. "Kyaa" pekik Hasya, Ia menatap Hasya dengan tajam namun masih ada kelembutan didalamnya. Manik mata mereka saling beradu, dan di saat Hasya akan beranjak Zehan menahannya. Perlahan tangan Zehan meraih dan membelai lembut pelipis wajah gadis itu, membelainya dan menatapnya lekat-lekat namun tanpa ekspresi.
Sedang Hasya merasakan darahnya berdesir dengan cepat, tubuhnya bergetar meremang, ia sedikit memundurkan tubuhnya saat Zehan menatapnya, ia merasa canggung dan bingung harus bagaimana. Meski memang ia telah menyukai tuannya itu tapi apakah tidak terlalu naif jika ia bermimpi menjadi seorang Cinderella versi nyata. Ia hanya seorang pembantu dibayar untuk merawat dan menyiapkan segala keperluan tuannya itu. "Tidak. Aku hanya seorang pelayan, tidak pantas untuk ku berpikiran bisa bersanding dengan tuanku" batin Hasya sembari menelan salivanya saat manik mata mereka makin dekat bertatapan. Hasya menundukan wajahnya, bola matanya bergerak kesana kemari tak beraturan ia benar-benar tidak mampu untuk menerima tatapan pria itu. Detak jantung berdegup makin cepat, rongga perutnya terasa penuh dengan kupu-kupu yang berterbangan. Logikanya masih mampu berpikir waras, namun hasratnya seolah ingin meledak. Terlebih pria itu ibarat dambaan semua perempuan. Sosoknya tampan, tinggi, kulit halus, mata yang teduh serta dengan kekayaan yang bergelimangan.
Dengan memanfaatkan kewarasan yang masih teringgal beberapa persen saja diotaknya, Hasya dengan cepat memalingkan wajahnya dari hadapan Zehan. Namun tetap dia tidak bisa beranjak dari lahunan pria itu. Ia merasakan tangan kanan Zehan dengan kuat merangkul tubuhnya yang duduk di atas lahunan pria itu. Sedang tangan kiri Zehan dengan lembut kembali meraih dagu Hasya kemudian menuntun wajah Hasya untuk lebih mendekat lagi.
Zehan tahu apa yang dilakukannya saat ini sudah sangat lancang namun dorongan dalam hatinya tidak bisa ia abaikan lagi. Terlebih rasa cemburunya belum juga padam setelah ia melihat Hasya akrab dengan pria lain, di tambah ketika di barbershop ada pria lain yang jelas-jelas menginginkan Hasya. Jantungnya seolah akan meledak karena api cemburu yang membakarnya.
Zehan memiringkan kepalanya, saat Hasya sudah tidak menolaknya lagi. Lalu dengan lembut menautkan bibirnya dengan bibir gadis itu. Netra Hasya terbelalak terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Zehan, ia berusaha untuk memberontak kembali namun Zehan seolah tidak peduli lagi, ia malah menahan tubuh gadis itu lebih kuat. Ia kembali mengecup dan mengecup lagi hingga gadis itu tidak memberontak lagi dan menutup matanya yang bisa diartikan Zehan sudah mendapat lampu hijau dari Hasya.
"Ini karena kamu sudah membuatku cemburu seharian ini" ucap Zehan. Kemudian bibirnya kembali ******* bibir Hasya dengan lembut tapi penuh tekanan. Tangannya menuntun tangan Hasya untuk mengalung di lehernya. Lalu setelah itu ia kembali melingkarkan tangannya di pinggang ramping Hasya dan tengkuk Hasya untuk memperdalam ciuman mereka. Suara decakan basah memenuhi kamar mereka. Hasya seolah benar-benar terbuai dengan ciuman Zehan. Dia ikut membalas setiap gerakan bibir Zehan saling mengulum lidah lalu menjelajah seisi rongga mulut mereka masing-masing, seolah sepasang kekasih yang sedang melepaskan rasa rindu yang membuncah dalam diri mereka.
Tiba-tiba --- Hasya seolah mendapatkan kewarasannya kembali saat Zehan meremas payudar*nya. Ia mendorong Zehan sekuat tenaga untuk menghentikan gerak tangan Zehan yang mungkin akan semakin bergerilya jika tetap dibiarkan. Dan hal-hal yang diinginkan pasti akan terjadi.
"Aaah" pekik Hasya mendesah, tatkala Zehan kembali mencium dan meremas gundukan kenyal miliknya. Namun gadis itu mendorong tubuh Zehan hingga akhirnya ia mampu berdiri dari lahunan pria itu.
"Kenapa Sya?" tanya Zehan yang masih belum tersadar dari hasratnya yang memuncak. Nafasnya masih memburu, dari sorot matanya jelas masih menyimpan gairah seperti ingin melahap gadis itu bulat-bulat. Hasyapun sama, nafasnya tersengal, dengan rakus ia menghirup oksigen sebanyak-banyaknya untuk menangkan dirinya.
"Ini tidak benar tuan!!" ungkap Hasya sembari menutupi bibirnya yang barusan mereka gunakan untuk berciuman dengan punggung tangannya.
"Apanya yang tidak benar Sya? Bukan kita saling menyukai, kita sudah dewasa dan apapun yang aku lakukan pada aku pasti akan mempertanggungjawabkannya kepadamu" ungkap Zehan kesal karena gairahnya dihentikan begitu saja oleh Hasya.
Hasya menatap Zehan yang masih berusaha mengatur nafasnya. "Kita tidak bisa seperti ini tuan!!"
"Kenapa tidak bisa Sya, jelas-jelas kamu menyukainya hingga mau membalas dan menikmatinya" Hasya memalingkan wajahnya mengingat kembali apa yang baru saja ia lakukan dengan tuannya itu.
"Hhhiiiikkss,, saya sudah berjanji pada ibu saya agar saya tetap menjaga harga diri kehormatan saya sampai saya menikah"
"JELEDEERRR !!!" seolah tersambar petir Zehan akhirnya tersandar kesalahannya yang hampir saja merenggut kehormatan gadis itu dengan nafsunya. Seketika Zehan merasa bersalah ketika melihat Hasya menangis. Ia menutup matanya lalu mengusap kasar wajahnya dengan kedua tangannya. Setelah merasa tenang, Zehan bangkit dari kursi rodanya lalu mendekati Hasya yang masih menangis membelakanginya. Lalu ia merangkul tubuh Hasya dari belakang dengan lembut, gadis itu tidak menolaknya, tubuh gadis itu sesekali bergetar saat ia mengisak. Zehan menghela nafas panjang, dari belakang Hasya bisa merasakan nafas Zehan menyentuh pelipis dagunya.
"Maafkan aku Sya. Tolong maafkan aku. Tapi tolong percayalah aku tidak bermaksud untuk merusakmu apalagi berniat mempermainkanmu. Aku benar-benar menyukaimu. Jika kamu merasa kita terlalu cepat. Kita bisa melakukannya perlahan-lahan sampai hatimu yakin kalau aku sungguh-sungguh dengan perasaan ini. Hmm?" ungkap Zehan dengan tulus.
Perlahan ia memutar tubuh Hasya hingga menghadap ke arahnya. Hasya seolah tidak peduli, ia terus menundukan kepala dengan tersedu sedan. Zehan tersenyum melihat gadis yang kini bisa ia pastikan mereka saling menyukai karena seiring waktu juga. Untuk kesekian kalinya Zehan meraih dagu gadis itu, namun kali ini ia hanya mengulas senyum dan mengecup kening gadis itu, lantas memeluknya dengan hangat.
"Sudah jangan menangis lagi, aku jadi sebelum aku bisa mengucap ikrar ijab kabul aku tidak akan menyentuhmu. Tapi kamu harus berjanji padaku, mulai saat ini hanya aku yang boleh mendekatimu. Janji?"ucap Zehan sembari memeluk tubuh Hasya yang sesekali masih bergerak mengikuti isak tangisnya yang mulai mereda. Dengan tersengguk-sengguk Hasya mengangguk dan memeluk pinggang Zehan.
"Gadis baik" ungkap Zehan sembari mencium pucuk rambut gadis itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments