Bab 16

Hasya sudah lebih tenang, ia menatap pada gelas matcha yang pegang dengan kedua tangannya. Sesekali ia masih mengisak, namun sudah tidak seemosional tadi.

"Kau yakin tidak butuh yang lain?" tanya Zehan lembut. Hasya hanya menggeleng.

"Baiklah, kalo kau sudah merasa lebih, ayo kita pulang. Hmm??" Hasya mengangguk, namun kali ini Zehan bangkit dari kursi rodanya dan mendorongnya secara perlahan menuju ke mobil mereka. Hasya dengan sigap berjalan disamping Zehan takut-takut kalo Zehan terjatuh kembali seperti tadi saat di barbershop.

Zehan memang sudah menunjukan banyak sekali perkembangan yang cukup pesat, terlebih tadi Zehan bisa berdiri dan berjalan seolah normal tanpa alat bantu meski hanya untuk beberapa saat namun itu sudah mengembirakan. Kali ini Zehan sengaja berjalan lagi dengan di bantu kursi roda sebagai tumpuannya. Meski Hasya sempat khawatir namun Zehan meyakinkannya ia akan berjalan pelan-pelan saja, sama seperti saat ia berlatih di tempat terap, ia melakukannya agar syaraf-syaraf dan otot-ototnya lebih terlatih lagi untuk terbiasa hingga akhirnya nanti ia bisa berjalan kembali.

Sesampainya di rumah Hasya segera menyiapkan keperluan mandi tuannya, Zehan hanya mengangguk sembari sedikit memijat bagian kakinya yang sedikit terasa agak sakit. Mungkin ini karena Zehan terlalu memaksakan untuk berjalan tadi.

"Bagus !! sekarang aku bisa merasakan rasa sakit di kakiku. Tunggulah kalian berdua, aku pastikan balas dendam ku pada kalian akan membuat kalian memohon kematian kepadaku" batin Zehan smirk mengembang dibibirnya.

"Tuan air hangatnya sudah siap" seru Hasya sekembalinya dari kamar mandi. Namun tiba-tiba Zehan menarik lengan Hasya saat ia akan melewatinya hingga membuat Hasya terduduk di atas lahunannya. "Kyaa" pekik Hasya, Ia menatap Hasya dengan tajam namun masih ada kelembutan didalamnya. Manik mata mereka saling beradu, dan di saat Hasya akan beranjak Zehan menahannya. Perlahan tangan Zehan meraih dan membelai lembut pelipis wajah gadis itu, membelainya dan menatapnya lekat-lekat namun tanpa ekspresi.

Sedang Hasya merasakan darahnya berdesir dengan cepat, tubuhnya bergetar meremang, ia sedikit memundurkan tubuhnya saat Zehan menatapnya, ia merasa canggung dan bingung harus bagaimana. Meski memang ia telah menyukai tuannya itu tapi apakah tidak terlalu naif jika ia bermimpi menjadi seorang Cinderella versi nyata. Ia hanya seorang pembantu dibayar untuk merawat dan menyiapkan segala keperluan tuannya itu. "Tidak. Aku hanya seorang pelayan, tidak pantas untuk ku berpikiran bisa bersanding dengan tuanku" batin Hasya sembari menelan salivanya saat manik mata mereka makin dekat bertatapan. Hasya menundukan wajahnya, bola matanya bergerak kesana kemari tak beraturan ia benar-benar tidak mampu untuk menerima tatapan pria itu. Detak jantung berdegup makin cepat, rongga perutnya terasa penuh dengan kupu-kupu yang berterbangan. Logikanya masih mampu berpikir waras, namun hasratnya seolah ingin meledak. Terlebih pria itu ibarat dambaan semua perempuan. Sosoknya tampan, tinggi, kulit halus, mata yang teduh serta dengan kekayaan yang bergelimangan.

Dengan memanfaatkan kewarasan yang masih teringgal beberapa persen saja diotaknya, Hasya dengan cepat memalingkan wajahnya dari hadapan Zehan. Namun tetap dia tidak bisa beranjak dari lahunan pria itu. Ia merasakan tangan kanan Zehan dengan kuat merangkul tubuhnya yang duduk di atas lahunan pria itu. Sedang tangan kiri Zehan dengan lembut kembali meraih dagu Hasya kemudian menuntun wajah Hasya untuk lebih mendekat lagi.

Zehan tahu apa yang dilakukannya saat ini sudah sangat lancang namun dorongan dalam hatinya tidak bisa ia abaikan lagi. Terlebih rasa cemburunya belum juga padam setelah ia melihat Hasya akrab dengan pria lain, di tambah ketika di barbershop ada pria lain yang jelas-jelas menginginkan Hasya. Jantungnya seolah akan meledak karena api cemburu yang membakarnya.

Zehan memiringkan kepalanya, saat Hasya sudah tidak menolaknya lagi. Lalu dengan lembut menautkan bibirnya dengan bibir gadis itu. Netra Hasya terbelalak terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Zehan, ia berusaha untuk memberontak kembali namun Zehan seolah tidak peduli lagi, ia malah menahan tubuh gadis itu lebih kuat. Ia kembali mengecup dan mengecup lagi hingga gadis itu tidak memberontak lagi dan menutup matanya yang bisa diartikan Zehan sudah mendapat lampu hijau dari Hasya.

"Ini karena kamu sudah membuatku cemburu seharian ini" ucap Zehan. Kemudian bibirnya kembali ******* bibir Hasya dengan lembut tapi penuh tekanan. Tangannya menuntun tangan Hasya untuk mengalung di lehernya. Lalu setelah itu ia kembali melingkarkan tangannya di pinggang ramping Hasya dan tengkuk Hasya untuk memperdalam ciuman mereka. Suara decakan basah memenuhi kamar mereka. Hasya seolah benar-benar terbuai dengan ciuman Zehan. Dia ikut membalas setiap gerakan bibir Zehan saling mengulum lidah lalu menjelajah seisi rongga mulut mereka masing-masing, seolah sepasang kekasih yang sedang melepaskan rasa rindu yang membuncah dalam diri mereka.

Tiba-tiba --- Hasya seolah mendapatkan kewarasannya kembali saat Zehan meremas payudar*nya. Ia mendorong Zehan sekuat tenaga untuk menghentikan gerak tangan Zehan yang mungkin akan semakin bergerilya jika tetap dibiarkan. Dan hal-hal yang diinginkan pasti akan terjadi.

"Aaah" pekik Hasya mendesah, tatkala Zehan kembali mencium dan meremas gundukan kenyal miliknya. Namun gadis itu mendorong tubuh Zehan hingga akhirnya ia mampu berdiri dari lahunan pria itu.

"Kenapa Sya?" tanya Zehan yang masih belum tersadar dari hasratnya yang memuncak. Nafasnya masih memburu, dari sorot matanya jelas masih menyimpan gairah seperti ingin melahap gadis itu bulat-bulat. Hasyapun sama, nafasnya tersengal, dengan rakus ia menghirup oksigen sebanyak-banyaknya untuk menangkan dirinya.

"Ini tidak benar tuan!!" ungkap Hasya sembari menutupi bibirnya yang barusan mereka gunakan untuk berciuman dengan punggung tangannya.

"Apanya yang tidak benar Sya? Bukan kita saling menyukai, kita sudah dewasa dan apapun yang aku lakukan pada aku pasti akan mempertanggungjawabkannya kepadamu" ungkap Zehan kesal karena gairahnya dihentikan begitu saja oleh Hasya.

Hasya menatap Zehan yang masih berusaha mengatur nafasnya. "Kita tidak bisa seperti ini tuan!!"

"Kenapa tidak bisa Sya, jelas-jelas kamu menyukainya hingga mau membalas dan menikmatinya" Hasya memalingkan wajahnya mengingat kembali apa yang baru saja ia lakukan dengan tuannya itu.

"Hhhiiiikkss,, saya sudah berjanji pada ibu saya agar saya tetap menjaga harga diri kehormatan saya sampai saya menikah"

"JELEDEERRR !!!" seolah tersambar petir Zehan akhirnya tersandar kesalahannya yang hampir saja merenggut kehormatan gadis itu dengan nafsunya. Seketika Zehan merasa bersalah ketika melihat Hasya menangis. Ia menutup matanya lalu mengusap kasar wajahnya dengan kedua tangannya. Setelah merasa tenang, Zehan bangkit dari kursi rodanya lalu mendekati Hasya yang masih menangis membelakanginya. Lalu ia merangkul tubuh Hasya dari belakang dengan lembut, gadis itu tidak menolaknya, tubuh gadis itu sesekali bergetar saat ia mengisak. Zehan menghela nafas panjang, dari belakang Hasya bisa merasakan nafas Zehan menyentuh pelipis dagunya.

"Maafkan aku Sya. Tolong maafkan aku. Tapi tolong percayalah aku tidak bermaksud untuk merusakmu apalagi berniat mempermainkanmu. Aku benar-benar menyukaimu. Jika kamu merasa kita terlalu cepat. Kita bisa melakukannya perlahan-lahan sampai hatimu yakin kalau aku sungguh-sungguh dengan perasaan ini. Hmm?" ungkap Zehan dengan tulus.

Perlahan ia memutar tubuh Hasya hingga menghadap ke arahnya. Hasya seolah tidak peduli, ia terus menundukan kepala dengan tersedu sedan. Zehan tersenyum melihat gadis yang kini bisa ia pastikan mereka saling menyukai karena seiring waktu juga. Untuk kesekian kalinya Zehan meraih dagu gadis itu, namun kali ini ia hanya mengulas senyum dan mengecup kening gadis itu, lantas memeluknya dengan hangat.

"Sudah jangan menangis lagi, aku jadi sebelum aku bisa mengucap ikrar ijab kabul aku tidak akan menyentuhmu. Tapi kamu harus berjanji padaku, mulai saat ini hanya aku yang boleh mendekatimu. Janji?"ucap Zehan sembari memeluk tubuh Hasya yang sesekali masih bergerak mengikuti isak tangisnya yang mulai mereda. Dengan tersengguk-sengguk Hasya mengangguk dan memeluk pinggang Zehan.

"Gadis baik" ungkap Zehan sembari mencium pucuk rambut gadis itu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...****************...

Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132 > POV Part 1
133 Bab 133 > POV Part 2
134 Bab 134 > POV Part 3
135 Bab 135 > POV part 4 SELAMAT TAHUN BARU
Episodes

Updated 135 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132 > POV Part 1
133
Bab 133 > POV Part 2
134
Bab 134 > POV Part 3
135
Bab 135 > POV part 4 SELAMAT TAHUN BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!