Dengan tergesa-gesa Hasya diikuti Bi Ani menuju kamar Zehan. Beruntung pintu kamar tidak dikunci sehingga Hasya masuk dengan mudah, namun
"Tuan, saya mohon tenang" perlahan Hasya mendekati Zehan namun yang mengherankan Zehan seolah tidak mendengarnya dan yang lebih membuat Hasya berkerung alis saat melihat kelopak mata Zehan masih tertutup rapat meski ia menangis. Hasya mendekati bibir ranjang Zehan, kali ini ia berbicara perlahan
"Tuan, Tuan Zehan.. " Zehan menoleh pada Hasya namun matanya tetap tertutup. Hasya makin mendekat dan kemudian merebut pecahan beling ditangan Zehan meski tangannya sendiri harus tergores karena Zehan berusaha berontak.
"Dasar perempuan pelac*r, Pergi ! Pergi ! " bentak Zehan namun tangannya menggenggam ujung kemeja yang digunakan Hasya.
"Iya saya pergi sekarang tolong lepaskan baju saya" sahut Hasya sembari mencari sesuatu untuk membebat tangannya yang tersabet pecahan beling. Dan tiba-tiba ujung kemejanya di tarik hingga tubuh Hasya limbung jatuh tepat di atas tubuh Zehan yang masih terjebak dalam mimpinya.
"Kamu itu milikku dan selamanya tetap begitu" igau Zehan sembari memeluk tubuh Hasya. Karena kesal dengan situasi yang tidak menguntungkan ini, dengan wajah jahilnya ia pun mencubit pinggang Zehan sekuat-kuatnya hingga Zehan terbangun mengaduh kesakitan.
"Kyaaaaaaaaaaaakk!!! Kamu ngapain di atas tubuh saya? sengaja cari-cari kesempatan sewaktu saya tidur ya? Dasar perempuan mesum !!" usir Zehan tanpa menyadari keadaan sekitarnya. Hasya membuang nafas lantas pergi meninggalkan Zehan yang menatapnya kesal.
Namun baru beberapa langkah Hasya beranjak dari bibir ranjang pria itu, Zehan mencekal pergelangan tangam Hasya yang memerah karena darah. Lantas Zehan memindai sekitar ranjangnya yang ternyata terdapat pecahan beling mungkin dari gelas yang biasa tersimpan di atas nakas di samping tempat tidurnya.
"Harusnya kau menjauh saat aku kehilangan kendali" ucap Zehan lirih tertunduk setelah ia menyadari kesalahannya. Hasya menutup matanya seraya menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan, kemudian ia bersimpuh didepan Zehan yang mulai menangis namun masih mencengkram pergelangan tangannya meski sudah tidak sekuat tadi.
"Dibanding luka hati tuan saat, luka di tangan saya, ini tidak seberapa. Ini hanya butuh obat, kapas, dan kain kasa. Tapi luka di hati Tuan, hanya tuan yang bisa mengobatinya sendiri, dan sekalipun sembuh tetap akan meninggalkan luka" ucap Hasya sembari menyentuh lembut pipi Zehan yang mulai basah, Zehan tak menjawabnya ia malah tangis Zehan makin pecah meski tanpa suara.
Dari CCTV Zia, Gibran dan Bibi Lynn pun ikut menangis, namun kali ini dalam benak mereka timbul satu harapan Zehan bisa bangkit dari keterpurukan mentalnya beberapa waktu ini. Sebenarnya mereka bukan tidak tahu jika Zehan mengalami tantrum saat ia tertidur. Mereka tahu jika alam bawah sadarnya lah yang melalukan segela keributan namun para perawat malah menganggap Zehan dengan sengaja melakukan hal itu karena tidak suka dengan keberadaan mereka. Padahal kenyataan ketika Zehan sudah tersadar kembali, justru ia makin merasa bersalah karena tidak bisa mengendalikan alam bawah sadarnya untuk tidak brrbuat kasar.
"Apa rencana mu sekarang Zi," tanya Bibi Lynn, Zia melirik dari ekor matanya ke arah sumber suara tanoa menggerakan kepalanya.
"Untuk sementara tidak ada, kita harus menunggu Kak Zehan benar-benar sembuh. Sementara itu aku juga akan memoles Hasya sedikit saja. Benarkan suamiku?" ujar Zia yang bersedekap menatap layar yang menayangkan kegiatan CCTV di kamar Zehan mengulas senyum simpul yang mengandung banyak arti.
"Benar. Dari hasil penyelidikan. Hasya memang cocok untuk disandingkan dengan Tuan Zehan. Latar belakang keluarganya dikenal keluarga yang santun dan bersahaja baik saat mereka memiliki perusahaan atau saat sekarang mereka sudah bangkrut. Hasya gadis yang mandiri, penuh perhatian, sangat menyayangi dan menghormati orangtuanya, hampir tidak pernah mengeluh bahkan ketika ia terpaksa pindah kelingkungan yang lebih sederhana. Teman-temannya banyak tapi ia hanya memiliki satu orang sahabat saja yang sudah bersahabat sedari SD. Pendidikan terakhir lulusan Management bisnis dengan predikat Cumlaude." ungkap Gibran menjabarkan hasil penyelidikan singkatnya. Bibi Lynn mengangguk yang 'aadaartinya iapun berpikiran hal yang sama untuk menjodohkan Zehan dengan gadis itu.
Mengangkat tema dongeng Cinderella adalah cara balas dendam paling absurd. Menjadikan Hasya seorang Cinderella , dengan peran keluarga Zehan sebagai peri yang akan menyatukan Zehan dan Hasya. Jika rencana mereka berhasil tentu akan sekali dayung dua pulau terlampaui. Di satu sisi mereka akan membanting mental serta image Alexa dan netizen pasti akan mengulik-ngulik segala hal tentang dirinya yang kemudian akan membuat reputasi dan karirnya hancur.
Kembali kepada Hasya yang masih berusaha menenangkan Zehan yang masih tertunduk menyesali perbuatan kasarnya. Setelah di rasa tenang Hasya kemudian menyandarkan kepala Zehan pada headboard., lantas memberi Zehan segelas air putih yang dibawakan oleh Bi Ani. Lalu ia beranjak ke tempat tidurnya, di sana sudah tersedia kotak P3K yang juga dibawakan oleh Mbak Ani.
Zehan melihat Hasya yang berusaha menahan perih saat mengobati lukanya.
"Hulk, kemarilah biar aku bantu mengobati lukamu" ucap Zehan dengan wajah bersalah.
"Tidak mau," tolak Hasya.
"Kemarilah, lukamu harus diobati dengan benar, kan tidak lucu kalo tangannya Hulk kena infeksi"
"Saya bukan Hulk, nama saya Jung Hasya Ophelia" jawab Hasya ketus sembari dengan hati-hati membubuhkan obat luka pada tangannya yang tersayat beling.
"Namamu terlalu bagus, sudah Hulk saja. panggilan itu cocok untuk perempuan perkasa seperti mu" Hasya masih tidak mau beranjak karena Zehan masih memanggilnya dengan panggilan Hulk. Zehan akhirnya membuka bedcover yang menyelimuti kakinya dan berusaha meraih kursi roda, namun letaknya sedikit jauh. Zehan berusaha keras meraih kursi rodanya hingga sudah berada di tepian bibir tempat tidurnya. Hasya terbeliak begitu melihat posisi Zehan yang berusaha meraih kursi rodanya. Cepat-Cepat ia membereskan kotak P3Knya lalu bergegas membawanya menghampiri Zehan.
"Tuan, Kalau jatuh bagaimana? Memang Tuan tidak sadar kalau bobot tubuh Tuan Zehan ini cukup berat untuk saya" omel Hasya sembari membantu Zehan kembali ke tempat semula.
"Sudah tau begitu kenapa masih tidak menurut, kamu kan tau aku ini cacat" ucapan Zehan yang menyinggung keadaan dirinya sedikit menohok Hasya.
"Maaf bukan maksud saya untuk.."
"Sudahlah aku sekarang memang lumpuh, kemarin tanganmu" potong Zehan sembari meminta tangan Hasya yang terluka. Meski lukanya tidak terlalu dalam namun bibir Zehan berkedut ngeri serta ngilu, ikut merasakan sakit dan perih yang pasti dirasakan Hasya akibat luka sabetan beling saat Zehan tidak sadar.
Hasya sedikit menarik tangaanya yang terasa perih saat Zehan mulai membubuhkan salep oles khusus luka sayatan pada luka Hasya namun Zehan menahannya.
Zehan lalu meniup-niup luka Hasya, gadis itu menatap wajah Zehan yang terlihat teduh saat ia melihat raut kesedihan juga kekhawatiran di wajah Zehan saat mengobati tangannya yang terluka.
********
*********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments