Hasya keluar dengan membawa koper sedang dan sebuah ransel dipunggungnya. Merekapun berpamitan kepada Pak Micky serta orang-orang yang masih membicarakan Hasya yang dianggap sangat beruntung karena mendapatkan calon majikan yang sangat baik, kaya serta royal. Mereka sudah bersiap di dalam mobil Zia, Hanna duduk di samping Zia, sedang Hasya duduk di kursi belakang.
Ceklek ! Seatbelt sudah terpasang di tubuh mereka masing-masing.
"Dddrrrrttttt Drrtttttt" ponsel Zia bergetar diatas dasbor, dari layar muncul foto seorang pria berpakaian serba hitam tengah menggenggam tangan seorang wanita yang juga berpakaian serba hitam juga, sekilas saja bisa dipastikan itu pasti suami Zia. Lantas Zia segera mengambil ponselnya dan menggeser item tombol hidup pada layarnya.
"Hallo Assaluaikum kak," Zia membuka percakapan
" Waalaikumsalam Zi. Sayang, kamu sudah di rumah atau masih di luar?" jawab Gibran.
"Aku baru selesai, kakak sudah pulang atau masih di kantor?"
"Ini baru naik mobil,"
"Oh kalau begitu bagaimana kalau kita makan malam di luar, aku mau kenalkan kakak pada teman-teman baru ku"
"Baiklah, shareloc alamatnya ke Pak Edy, biar Pak Edy langsung menuju ke sana"
"Oh baiklah, sampai ketemu di sana kalau begitu"
"Oke, kamu hati-hati nyetirnya Zi,"
" Siap komandan"
"Ya sudah aku tutup teleponnya, bye"
"Bye ganteng" terdengar suara kekeh kecil dari sebrang sana sebelum Zia menutup sambunga telponnya. Senyum di bibir Zia merekah saat ia membayangkan suaminya tadi pasti tersipu malu saat ia mengatakan bye ganteng. Hanna tersenyum melihat tingkah Zia yang seperti sedang baru jatuh cinta.
"Kita makan dulu ya, sekalian aku kenalin sama suami ku " ucap Zia sebelum menyalakan mobilnya. Hanna dan Hasya hanya mengangguk saja.
"Sya, apa kamu bisa menyetir?" tanya Zia tiba-tiba saat di lampu merah.
"Iya saya bisa menyetir, tapi saya belum punya sim"
"Bagus kalau begitu, soal SIM pak Edy bantu kamu untuk mendapatkannya supaya kamu jika dalam keadaan terdesak bisa menyetir sendiri." ucap Zia. Lalu kembali melanjutkan perjalanan mereka.
Sekitar 30 menit berlalu, kemudian Zia menghentikan mobilnya di depan hotel Sheraton Hong Kong Hotel & Towers,
"Kalian turunlah, kalian ke sana duluan, dan langsung naik ke lantai 18, aku menyusul mau parkir dulu" ujar Zia sembari menunjuk ke arah hotel di daerah Tsin Sha Tsui. Hanna cukup terkejut dengan kawasan yang Zia pilih untuk mereka malam terlebih begitu menengok hotel yang ditunjuk oleh Zia, sedang Hasya diam saja seolah sudah terbiasa dengan situasi ini. Hasya membuka tas ranselnya lantas mengambil slingbag berwarna coklat tua. Zia memperhatikan Hasya dengan seksama, saat melihat posisi Hasya yang akan turun dari mobilnya dengan mengeluarkan satu kaki luarnya terlebih dahulu lalu menutup pintu mobil dengan perlahan artinya Hasya sangat mengerti tentang manner.
Cukup hanya mengganti tasnya, aura Hasya terasa berbeda. Hanna melirik mencuri pandang pandang Hasya dan memperhatikan sosok gadia itu dengan seksama, "cantik" batin Hanna.
"Ting!" pintu lift terbuka di lantai 18 begitu samapi di pintu restoran Oyster & Wine bar, lagi-lagi Hanna di buat terperangah dengan kemewahan restoran itu.
Seorang pria berjas hitam menyambut kedatangan dengan ramah.
"Sudah reservasi atau belum nona?" tanya pria berjas hitam itu.
"Sudah, tapi kami mau menunggu teman kami dulu, sebentar lagi akan datang,"
"oh kalo begitu silahkan nona menunggu dulu di sebelah sana." ucap pria itu sembari menyilahkan Hasya dan Hanna menuju sofa panjang di lorong koridor yang biasa digunakan sebagai ruang tunggu customer restoran.
"Kalo orang kaya memang beda" ucap Hanna takjub sembari duduk, ia sekarang benar-benar mempercayai jika Zia bekerja di Museum hanya untuk hobi, Hasya hanya tersenyum sembari ikut duduk di samping Hanna saat mendengar ucapan Hanna untuk Zia. Sekitar 10 menit kemudian barulah Zia muncul dari lift yang berbeda yang tadi di pergunakan Hanna dan Hasya
"Lho kok masih di sini, kenapa ngga tunggu di dalem?" tanya Zia heran
"Kami tidak tau apa nona sudah reservasi atau belum, lagi pula semisal sudah reservasi nona juga tidak bilang pada kami berdua tadi" jawab Hasya beranjak dari tempat duduknya menuju Zia seraya menyampirkan slingbagnya.
"Oiya aku lupa. Padahal masuk aja sih, belum reservaai juga akunya"
"Ngga enak ah, nanti malah bingung kalau di sodorin menu" ujar Hanna. Zia merengut semberi tersenyum.
"Kan ada Hasya." goda Zia. Hasya hanya menipiskan sembari menggelengkan kepalanya,
"Mana boleh begitu," sanggah Hasya.
"Ya udah lah yuk, bentar lagi suami ku juga sampe." Zia kemudian berlalu lebih dulu diikuti Hasya dan Hanna juga seorang pelayan restoran yang mengantarkan mereka menuju meja yang masih kosong.
Di dalam Hanna lagi lagi di buat decak kagum sembari mengedarkan netra ke tiap sudutnya, ia terpukau interior restoran yang menurutnya mewah juga romantis. Jujur saja ia memang baru pertama kali merasakan kemewahan hingga seprivate ini, bahkan saat kencan ia belum pernah diajak ke restoran semahal ini.
Belum lagi decak kagum Hanna dengan restoran ini hilang, netranya menangkap sosok pria dengan setelan jas terlihat sedikit berantakan karena kancing kemeja bagian atasnya ia buka mungkin pria itu seorang pengusaha yang akan melakukan meeting pikir Hanna. Detak jantung Hanna makin berdetak cepet tatkala ia melihat pria itu berjalan menuju meja mereka 3, wajah Hanna terasa sedikit memanas saat melihat pria itu tersenyum
"Hai," sapanya.
"Sayang," Zia membalik badannya lantas mencium tangan pria itu, sekaligus membuat suara "krek" di relung hati Hanna, hancur seketika mimpi dan harapan yang baru saja akan di bangun Hanna.
"Han, Sya, nih kenalin. Ini Kak Gibran suami aku" ucap Zia mengenalkan Gibran pada Hanna dan Hasya.
"Twins??" tanya Gibran tiba-tiba
"No No No sayang, mereka juga ketemu hari ini kantor agency."
"Kirain Twins tapi ngga identik makanya namanya mirip"
"Eh iya ya, aku baru sadar lho" ucap Zia sembari mengulas senyum.
" Gibran" ucap Gibran seraya menyalami mereka satu persatu kemudian duduk di samping Zia. Beberapa saat kemudian seorang pelayan kemudian memberikan 4 buah buku menu pada mereka.
"Han, Sya, kaliam minum al Kohol?"
"Aku? Tentu saja" jawab Hanna. Sedang Hasya menggeleng.
"Aku orange juice aja"
"Lho kenapa? " tanya Hanna bingung.
"Aku tidak ingin mab*k saat bekerja"
"kalo makanananya aku ikut saja," ujar Hasya lantas mengalihkan pandangannya ke arah bartender.
Dan Hanna untuk kesekian kalinya dibuat tercengak, dengan mata yang terbelalak kaget begitu melihat harga-harga yang yang tertera di sana. Baru kali ini ia merasakan dirinya seperti seonggok debu ketika mengenal dan diajak makan malam oleh seseorang, alih-alih ia merasakan excited justru ia merasa sangat tertekan jauh ke dalam pusat bumi.
"Han?"
"Ya..?! "suara Zia membuyarkan pikirannya
"Kamu mau makan apa ?" tanya Zia sembari mebuka balikan buku menu.
"A..aku aku ikut saja" jawab Hanna terbata.
"Ok, " sahut Zia sembari menunjukan dan membahas beberapa menu dengan Gibran. Kemudian menyebutkan beberapa menu kepada seorang waiters yang lalu mencatat pesanan Zia. Selang beberapa menit sajian full course meal pun dihidangkan. Di mulai dengan appetizer, Main course, Dessert, dengan redwine clasicc pilihan Gibran, serta oreange juice untuk Hasya. Dengan suasana tenang dan romantis mereka sangat menikmati makan malam dadakan mereka.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Dukung karya ke dua Author ya.😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments