Hasya membuka pintu toilet setelah ia membuang nafas dan memastikan emosinya sudah hilang, Zia yang melihatnya seraya mengulum senyum tragis melihat tingkah Hasya yang seperti akan berhadapan dengan boss killer, ya meskipun memang benar jika ia akan melalukannya.
"Nama saya Jung Hasya Ophelia Tuan, bukan perempuan Hulk !" ucap Hasya saat memasuki kamar mandi. Zehan tak menyahutinya, hanya matanya saja yang mendelik tajam pada Hasya. Kemudian Hasya membantu Zehan duduk di kursi yang khusus dibuat untuk membantu Zehan mandi. Tanpa banyak bicara Hasya membantu Zehan mandi, serta membantu Zehan untuk keramas.
Hasya menggosok bagian punggung Zehan dengan menggunakan buff yang lembut, setelah hampir 20 menit, Zehan pun selesai dimandikan, kendala tersulitnya tentu saja saat membantu Zehan kembali ke kursi rodanya, meski Zehan bisa berdiri dengan menggunakan handle besi yang terpasang di sana tetap saja Zehan kesulitan untuk menganggat tubuhnya jika tanpa dibantu orang lain.
Terlihat Zehan mengenakan sarung dan kaos oblong yang lagi-lagi itu inisiatif Hasya sendiri, karena ia berpikir memakai handuk kimono malah akan membuatnya repot saat nanti membantu Zehan memakai boxer dan celana. Sedang Hasya keluar masih memakai baju yang sedikit basah karena terkena cipratan air saat membantu Zehan. Zia tersenyum saat melihat mereka berdua keluar dari kamar mandi, namun senyum itu harus ia kulum saat melihat Zehan yang menatapnya tajam dipenuhi berbagai berbagai pertanyaan mengenai perempuan Hulk yang baru saja membantunya membersihakan diri namun dengan cara yang berbeda dengan cara-cara perawat yang biasa membantunya.
Zia dan Gibran kemudian menempatkan bok*ngnya duduk di sofa yang tersedia di kamar Zehan.
"Zia ! Gibran kata Mama kalian ke Taiwan?" rengut Zehan saat mendapati pasangan suami istri itu. Sedang Hasya pamit untuk berganti baju.
"Iya memang mau ke Taiwan ini makanya Zi pamitan dulu sekalian mau bilang soal Hasya"
" Oh perempuan Hulk itu!" Zia mengulum bibirnya saat mendengar Zehan memanggil Hasya dengan sebutan Perempuan Hulk.
"Namanya Jung Hasya Ophelia Kak, cantik gitu kok disebut perempuan Hulk?"
"Ya gimana ngga? Kamu tau apa yang tadi dia lakukan hah? Dia menarik kaki kakak saat masih ditempat tidur, hingga kakak hampir jatuh" ucap Zehan mengadu pada Zia. Alih-alih mendapat pembelaan Zia malah lebih mendukung perlakuan Hasya kepadanya
"Wah kuat juga ya, tapi baguslah berarti selama kami pergi kami bisa percayakan kak Zehan padanya."
"Kalau dia membunuhku bagaimana?"
"Ayolah Kak, jangan begitu dia baik lho"
"Baik apanya, kasar begitu" ucap Zehan menggerutu. Hasya kembali ke kamar lalu menuju ke ruangan waredrop untuk mengambilkan pakaian yang akan dipakai Zehan, ia tak begitu heran saat melihat deretan pakaian dan aksesoris mahal tertata rapi di sana mengingat kalau Zehan adalah seorang CEO di tanah air mereka.
Hasya mengambil setelan Kaos oversize berwarna putih, boxer, dan celana training hitam merk Pum*, serta jam tangan digital.
"Oiya kak, kami di sana cuma tiga hari, dan Mama juga hari ini mau pulang dulu, papa lagi sakit katanya dan butuh mama" jelas Zia,
"Papa sakit apa?" tanpa sadar Zehan kini sedang berdiri dibantu dengan walker anti slip.
"Papa kan sudah tua kak, wajar kalau papa mudah kelelahan, sedang Kak Gibran juga ngga bisa stay di Jakarta," Zehan tidak berani menyahuti lagi jika sudah begitu, sedang Gibran tengah fokus memperhatikan cara Hasya memakaikan boxer dan Celana pada Zehan, dan ia pun mengangguk-angguk sembari tersenyum, karena ia baru memahami fungsi dari sarung yang dipakai Zehan, yang ternyata agar memudahkan Hasya memakaikan boxer dan celana pada Zehan namun tetap menutupi **** ***** milik Zehan tanpa risih.
"Gib, apa sudah ada kabar baru mengenai kecelakaan itu?" Zehan mengalihkan pembicaraannya.
" Kemarin Tio baru saja mendapat informasi baru dari rekaman CCTV di area parkir tempat mobil Tuan terparkir katanya memang ada dua orang yang sepertinya mereka lah orang yang di suruh untuk merusak rem mobil yang sedang digunakan Tuan di hari itu, kami juga sudah memberi tau soal ini kepada polisi, namun ya penganangannya agak lambat jadi sekarang anak buah Tio sedang memburu ke dua orang itu" jelas Gibran, sedang Hasya kini sudah selesai memakaikan Zehan kaos dan jam tangan yang di bawanya tadi, serta sudah menempatkan kembali Zehan di atas kursi rodanya.
Zia tersenyum dengan kening yang berkerut dengan apa yang dilihatnya, Zehan seolah benar-benar tidak sadar jika dirinya kini sudah berpakaian lengkap. Ia makin yakin jika Hasya bisa membantu kakaknya bisa kembali berjalan lebih cepat. Hasya kini duduk di bibir tempat tidurnya seraya membereskan barang-barangnya yang tadi ia gelar begitu saja, untuk sementara ia bisa mengisi kembali energinya yang tadi hampir habis karena harus berusaha berdamai dengan Zehan, tentu ia bisa melakukanny karena memang pekerjaannya untuk saat ini sudah selasai.
"Lakukan apapun untuk mendepatkan bukti-bukti itu"
"Tapi kak Gibran ada baiknya kalau kakak sering menjalani terapi agak kakak bisa lekas bisa berjalan lagi, biar bagaimana perusahaan tetap memerlukan kakak, papa sudah sering sakit-sakitan karena faktor usia, meskipun sekarang kakak masih bisa menghandle tapi hanya sebatas 40% saja. Lagi pula akan lebih menyenangkan jika suatu saat kakak bisa menendang mereka satu persatu orang-orang itu, bukan?" ucap Zia mulai meracuni kakaknya. Zehan nampak termenung sejenak mencerna apa yang Zia, dalam diamnya iapun mengiyakan apa yang dikatakan Zia memang ada benarnya.
"Zi, Zehan, Gibran ayo sarapan Nak !" bibi Lynn berteriak dari arah dining room, mereka semua beranjak tak terkecuali Hasya yang sedari tadi menyimak.
"Tunggu Zi, kamu berhutang penjelasan tentang perempuan Hulk ini " ucap Zehan saat Hasya akan mendorong kursi roda Zehan untuk menuju ruang makan.
Zia berjongkok di hadapan kakaknya "Saat suasana hati kakak sudah tenang, kakak akan mengerti kenapa aku memilih dia untuk merawat kakak saat ini" ucap Zia mengulas senyum mengandung banyak arti didalammya, namun terlihat hangat dan tulus. "Jika kakak bisa sedikit menyingkirkan segala hal tentang Alexa, maka kakak akan mengerti tanpa harus aku menjelaskan apapun " lanjut Zia, ia meraih kedua tangan kakaknya lalu menggenggam erat kemudian menciumnya dalam-dalam. Zia bangkit lantas mencium kening kakaknya beberapa saat. "Aku sangat mencintai kakak, meski ada mama, papah, Nathalie, Nathan serta kak Gibran, tapi kakak adalah satu-satunya kakak yang aku punya" ungkap Zia, dipelupuk matanya bulir-bulir air mata mulai menganak dan bersiap untuk meluncur bebas namun sebelum itu terjadi jari jemari Zehan sudah terlebih dulu menyekanya, namun tetap saja ada bagian dari mereka yang masih tersisa hingga tatkala Zehan mencium sepasang kelopak mata milik sang adik air mata itu tetap saja ada yang berhasil merembes.
********
***********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments