Zia nampak begitu antusias mendengarkan penuturan Hasya tentang latarbelakang dirinya, dibanding disebut sesi tanya jawab pekerjaan, Hasya menganggap mungkin ini hanyarasa penasaran Zia kenapa Hasya bisa menjadi seorang TKW padahal dari segi wajah dan tubuh ia bahkan mungkin bisa saja menjadi model atau aktris yang terkenal.
"Pantas kalo begitu, sepintas saja aku sudah bisa melihatnya. Seperti yangku bilang tadi dari wajahmu saja sudah sangat menyiratkan kalo kamu pasti dulunya bukan berasal dari keluarga yang kekurangan. Lalu kenapa kamu ngga ke Korea aja atau jadi model padahal pasti lebih mudah, karena kamu punya modal tubuh yang proporsi dan pasti bisa bahasa orang korea kan?" seloroh Zia berasumsi.
"Bukan saya tidak mau bu, tapi keadaan yang tidak bisa menunggu, proses ke Korea itu lama, sedang ke sini 4 bulan proses saya sudah bisa terbang, jadi model saya kurang tertarik, lagipula ayah saya pasti tidak akan suka jika saya terlalu mengumbar aurat saya di depan publik"
"Ya untuk soal itu aku setuju sama ayah kamu," Zia menarik nafas dalam-dalam mengulum bibirnya yang mengerucut setelah mendengar penuturan Hasya yang menjelaskan bagaimana dirinya bisa menjadi seorang TKW yang notabennya adalah seorang pembantu padahal ia memiliki wajah yang cukup cantik, tubuh ideal, serta mengusai minimal 4 bahasa minimalnya batin Zia."Kamu SMA-nya lulusan mana, tahun berapa?" Zia melanjutkan sesi tanya jawabnya.
"Saya lulusan Labsch*ol, angkatan 2015."
"Kita seangkatan" Zia makin sumbringah.
"Hmmm kamu ngga ada rencana lanjutin kuliah lagi? Sayang lho apa lagi kamu lulusan Labscho*l"
"Saya memamg sempat cuti kuliah waktu masih di Indonesia. Tapi setelah 1 tahun di sini saya melanjutkan kuliah saya di sini, dan baru lulus tahun ini dengan Cumlaude" Hasya sedikit membanggakan hasil pendidikannya yang ia kejar meski sembari merawat lansia yang lumpuh karena struk.
"Wah.. Cumlaude? Jurusan apa?"
"Management bisnis" sahut Hasya singkat. Dan berhasil membuat Zia lagi dibuat menganga tak percaya. Ia seolah menemukan berlian yang sangat berharga.
"Lalu kenapa kamu tidak melamar pekerjaan menjadi resident?"
"Saya tidak begitu tertarik menjadi budak korporat, tapi kalo minimalnya kalo saya punya basic ilmunya, nanti saat saya pulang mungkin saya bisa menerapkan di perusahaan saya tentu dengan gaya saya" mendengar penuturan Hasya, bibir Zia terus mengulas senyum di bibirnya. Kemudian muncul ide untuk membalaskan dendamnya pada Alexa dengan menggunakan Hasya sebagai alatnya membalas dendam. Namun lebih dari itu jika rencananya berhasil maka iapun akan memiliki kakak ipar yang sepadan dengan kakaknya. Cantik, Cerdas, mandiri, tidak mudah terintimidasi, peduli, dan pastinya sangat mencintai keluarganya.
"Baguslah, karena kalo kamu tidak tertarik untuk jadi budak korporat kamu pasti langsung direkrut suamiku untuk perusahaan kami di sini yang mau berjalan belum ada 6 bulan. Ok, sekarang kita bahas soal pekerjaan" Zia membuang nafas seraya memejamkan matanya beberapa saat, ia berdoa dalam hatinya semoga Hasya mau menerima tawarannya untuk menjadi perawat Zehan.
"Kamu nanti akan merawat kakak ku yang lumpuh karena kecelakaan tunggal, sekarang ia memang sedang menjalani terapi juga, tapi yang jadi masalah belakangan ini tempramen kakakku sangat sensitif, segala hal bisa sangat mudah memicu amarahnya. Dengan kata lain kakak ku sedang dalam tekanan depresi."
"Kenapa ngga di rehab?" potong Hasya.
"Papa dan Mama tidak mengizinkannya karena pasti akan mengundang media, dan itu akan menyebabkan masalah kepada perusahaan kami." Hasya hanya diam menyimak memperhatikan wajah Zia yang semula ceria kini terlihat sangat sedih dan tertekan.
"Aku menawarkan kepadamu gaji 7.000$HK, tambahan 500$ jika kamu ketika libur mau mengajak kakak ku pergi dengan mu, Tenang akan ada supir kami ikut dengan mu untuk membantu mu membawa kakak ku ketika memang kamu membawa kakakku pergi keluar dari rumah. Dan aku menawarkan jika kamu bisa bertahan minimal selama 6 bulan, aku akan mengcover seluruh pengobatan dan terapi ayahmu sampai tuntas."Hasya nampak mengerutkan keningnya.
"Nona tapi sepertinya yang dibutuhkan kakak Nona itu harusnya seorang istri?"
"Kakakku menjadi seperti ini justru karena perbuatan mantan tunangannya" manik mata Zia mulai mengembun, sambil menundukan kepalanya dalam-dalam. Hasya perlahan menyentuh lembut tangan Zia yang terlihat mengepal kuat.
"Baiklah kita coba tapi saya bagaimana jika saya tidak bisa bertahan hingga 6 bulan?" Zia menarik nafas lantas menghembuskannya dalam-dalam seraya menyeka air matanya yang hampir saja jatuh dari pelupuknya.
"Tidak masalah, kontrak mu tetap akan aku finiskan agar record mu tetap baik." Hasya pun ikut mengangguk tanda mengerti. Setelah mendapat jawaban Hasya kemudian Zia memutar posisi tubuhnya 90° menghadap pak Micky yang sedari tadi hanya menyimak.
"Pak, apa bisa saya membawanya malam ini juga, soal berkaas dan lain bisakah di urus sambil berjalan, sekalipun ada biaya tambahan tidak masalah" lalu Zia pun mengambil 5 lembar uang 1000$Hk kepada pak Micky.
"Ini terlalu banyak Nona" ujar pak Micky sembari mengembalikan 2 lembar uang lebihannya.
"Tidak apa-apa pak, ambil saja, atau bapa bisa gunakan uang ini untuk yang mengajak makan teman-teman Hasya." sahut Zia sembari kembali menyodorkan uang itu kembali kepada Pak Micky.
"Alin, tolong bawa berkas kontrak baru, dan tolong panggil Kace Atik." seru Pak Micky. Beberapa menit berlalu Alin dan seorang perempuan sedikit gemuk datang bersamaan ke ruangan Pak Micky. Alin lalu menyerahkan file kontrak yang harus ditanda tangani oleh kedua belah pihak. Setelah selasai Zia pun di minta menyerahkan dokumen lainnya sebagai kelengkapan permohonan ke imigrasi untuk mengambil seorang PLRT.
"Hasya pergilah bersiap, malam ini juga kamu boleh pergi bersama Nona Zia, untuk berkas nanti saya kirim kepada Nona Zia." ujar Pak Micky setelah memeriksa berkas-berkas yang baru saja di isi tandatangani oleh mereka. Hasya pun mengangguk sembari mengundur diei dengan takzim.
"Ce Atik, ambil uang ini, belanjalah, masak untuk semua orang, jangan di korupsi ya Ce," ucap pak Micky dengan bercanda.
"Mana mungkin saya berani pak, tapi kok tumben, lalu mau dimasakin apa?" tanya Kace Atik.
"Buat saja nasi kuning ce, pake ayam kecap atau serundeng atau rendang, terus kasih sambal dan sayuran"
"Memang ada syukuran apa Pak?"
"Bukan syukuran Ce, tapi pengajian, kita akan berdoa bersama untuk mendoakan kakaknya Nona Zia dan ayahnya Hasya semoga lekas sembuh, dan mudah-mudahan Hasya bisa bisa betah sampai finis"
"Masya Allah pak, terimakasih banyak" ucap Zia terharu.
"Ah,, siapa tadi Ce Atik ya?" Kace Atik hanya mengangguk saat Zia menoleh ke arahnya.
"Tolong ambil ini sebagai tambahannya, dan ini untuk Cece nya ya" ujar Zia sembari memberikan tambahan 2000$HK lagi, dan seribu dollar HK kepada Kace Atikk. Atik menoleh kepada pak Micky dengan terheran.
"Masya Allah Non, Jazakallahu Khairan nggeh," ucap Kace Atik haru.
Hanna yang sejak memperkenalkan hanya menyimak alasannya karena mereka menggunakan bahasa Indonesia. Yang membuatnya sedikit terheran dengan kerut kening yang tidak memudar ketika mengetahui Zia menawarkan gaji 7000$Hk kepada Hasya. Belum lagi dengan sejumlah uang yang baru saja ia keluarkan dengan entengnya. Karena baginya menggaji dengan gaji standar mengharuskan ia perhitungkan dengan kebutuhan lainnya. Meski ia pernah mendengar selentingan jika Zia sebenarnya berasal dari keluarga kongkolomerat dan hari ini ia sepertinya tengah membuktikan bahwa semua kabar itu bukanlah kabar burung semata.
**************
************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments