3 bulan berlalu,
Hasya terlihat sedang menyiapkan peralatan mandinya setelah ia selesai membantu Zehan mandi dan berpakaian rapi, serta baju ganti yang akan ia kenakan hari ini. Zehan memperhatikan gadis itu terlihat tangannya sibuk menata keperluannya agar mudah di bawa ke kamar mandi sebelah.
"Sya" panggil Zehan, suara terdengar merdu ketika menyebut nama gadis itu jika sedang tidak kumat.
"Ya?" sahut Hasya sembari memutar tubuhnya.
"Kamu boleh memakai toilet di kamar ini, kamu bisa atur untuk peralatan kamu, jadi kamu ngga perlu repot begitu" tutur Zehan seraya meletakan buku yang sedang ia baca di atas pahanya.
"Tidak usah Tuan saya di kamar mandi sebelah saja" jawab Hasya menolak halus.
"Ini perintah!" dengan ekspresi datar menatap Hasya, gadis itu membuang nafasnya kemudian tanpa mendebat lagi Hasya menuruti perintah Zehan. Pria itu melirik sekilas ke arah pintu kamar mandi yang perlahan di tutup oleh Hasya.
Di dalam kamar mandi Hasya langsung menempelkan punggungnya ke pintu, ia merasakan jantungnya serasa ingin meledak, entah kenapa. Ia pun sedikit menjambak rambutnya yang di jepit
"Iihhhh jantung please, tolong lah, kompromi sedikit," gumam Hasya gusar pada dirinya sendiri. Umurnya cukup dewasa untuk bisa memahani arti dari detak jantungnya sekarang yang mungkin mulai menyukai Zehan. Apalagi belakangan ini Zehan menunjukan banyak kemajuan, terapinya yang dijalaninya juga cukup banyak menunjukan perkembangan yang cukup pesat, Zehan menjadi sangat baik dan penurut, tidak rewel, dan meski sikapnya makin dingin. Lantas ia mencebik kemudian segera mandi karena hari ini, ia kan libur setelah 3 bulan ia tidak menemui teman-temannya, bahkan ia sampai merasa tidak enak hati pada Kevin karena harus terus membatalkan janji bertemu dengannya berkali-kali.
15 menit kemudian, Hasya keluar dengan menggunakan kulot berwarna biru, dengan atasan vest blazer berwarna panache green di padu t-shirt berwarna putih, kemudian dia pergi keluar sebentar untuk menjemur handuk bekas mandinya lalu kembali masuk dan segera merias wajahnya. Zehan terlihat seolaah tidak peduli, ia dengan tenang membaca buku yang tadi diberikan oleh Hasya, Zia sengaja tidak memberikan ponsel pada Kakaknya agar ia tidak bertambah down dengan melihat berita di media sosial. Ia membulak balik buku yang di bacanya sembari menunggu Hasya bersiap.
"Tuan mau pakai masker atau tidak?" tanya Hasya. Zehan hanya menghedikan bahunya, menandakan ia tidak masalah untuk memakai atau tidak masker untuk dirinya. Kemudian Hasya bersimpuh dihadapan Zehan
"Nanti kalau tuan bosan atau merasa tidak nyaman bilang ya" ucap gadis itu sembari mengulas senyum hangat pada Zehan, seolah ia berterimakasih karena sudah tidak bertingkah aneh-aneh hingga dirinya biaa keluar menemui teman-temannya walaupun ia tetap harus mengajak Zehan bersamanya.
Hasya menekan tombol maju pada kontrol mesin pada gagang handle belakang kursi roda Zehan. Di depan pintu Mantion sudah nampak Pak edy menunggu mereka. kemudian membantu Zehan masuk ke dalam mobil.
" Pak Ed, nanti kita ke Causeway Bay dulu, abis itu ke Tamar Park di Admiralty ya" kata Hasya sembari memberikan keranjang bekal piknik pada pak edy
"Baik Non, " sahut pak Edy sembari merapikan bekal piknik hari ini ke dala
"Iihh Bapak kok paling saya non terus, saya ini sama kaya bapak pak, udah panggil Hasya aja" protes Hasya.
"Maaf Non, ngga apa-apa, anggap aja itu doa buat si Non" ungkap pak Edy sembari mengambil termos air dari tangan istrinya.
"Iya loh Non, "Bi Ani malah ikut-ikutan.
"Ah bete" gerutu Hasya.
"Udah ngga apa-apa, cepetan kita mau jalan ngga nih, keburu siang nanti dari sini ke jalan utama lumayan jauh lho" hardik Zehan ketus dari dalam mobil.
"Iya-iya ini kita jalan"
"Memang hari ini kita mau kemana non?" tanya Bi Ani antusias karena setelah beberapa bulan mereka tinggal di Hongkong, baru kali ini dia pergi piknik semacam ini. Untuk urusan belanja, biasanya Zia yang sudah menyiapkan stok untuk satu minggu jadi Bi Ani hanya perlu memasaknya saja.
"Hari ini kita healing Bi" gurau Hasya bersemangat.
"Healing, jalan-jalan kaya orang kaya bgitu ya non" ucap Bi Ani polos. Maklum beliau memang orang yang polos, terbukti hari ini ia menjadi rada cerewet setiap melihat sesuatu yang memukau matanya.
Tidak sampai 1 jam, mereka sudah sampai di tempat tujuan pertama. Yaitu Causewaybay
"Non, mereka itu para TKW ya?" tanya Bi Ani terlihat cukup kaget mendapati begitu banyak BMI yang sedang menikmati hari libur mereka.
"Ia bi, Kita turun dulu aku mau ketemu temen-temen aku Yuk" ajaknya sembari menekan tombol kontrol kursi roda Zehan. Sedang Pak Edy mencari tempat parkir dulu di gedung yang menyediakan parkiran.
Senyuman di bibir Bi Ani selalu terkembang hari ini. Dia benar-benar baru tahu bahwa ada begitu banyak perempuan hebat yang mengadu nasib di negara ini.
"Kita di sini sebentar sembari nunggu temenku yang mau ke sini, sama nunggu Pak Edy juga.
Kemudian Hasya mengambil ponsel dari dalam.tas merahnya.
"Di mana?"
"......."
"Ini di deket air mancur, Cecenya ke sini deh,"
"........"
"Ok.." tutur Hasya menutup percakapan teleponnya.
"Tuan mau minum?" tanya Hasya menghampiri Zehan yang nampak kurang menikmati suasaana Taman Viktoria yang ramai oleh para TKI.
Dari sebrang jalan, nampak sesosok pria setengah berlari saat menyebrang jalan.
"Sya" tegurnya seraya menepuk bahu Hasya yang sedang mencari keberadaan temannya. Reflek gadis itu menoleh pada seseorang yang memanggil namanya begitu pun Zehan dan Bi Ani yang ikut menoleh pada sosok jangkung pria yang menegur Hasya.
"Eeeh,, Vin, Katanya kerja?" tanya Hasya setelah memastikan seseorang yang menepuk bahunya yang ternyata dia adalah Kevin.
"Iya, ini baru mau jalan ke kantor, masih jam 8 juga kan masuk jam 9, kalo hari sabtu minggu" jelas Kevin. Hasya hanya mengangguk sembari tersenyum.
"Kamu libur?? Tau gitu aku minta rolling shift buat hari ini"
"Ngga libur 100% sih, tapi agak bosen juga di mantion terus." Kevin mengangguk, seakan hilang semua kata-katanya.
"Eh sama siapa?" tanya Kevin.
"Nih bawa rombongan" unjuk Hasya dengan tangan terbuka pada Bi Ani yang sedikit mengangguk hormat yang kemudian dibalas oleh Kevin, lalu beralih pada Zehan yang menatapnya dengan tatapan yang kurang bersahabat, Kevin segera mengalihkan tatapan mereka yang sempat saling beradu.
"Oh, kirain sendirian,"
"Hehehe ngga Vin. Ini aja mumpung hari sama mood seseorang lagi cerah jadi bisa main ke sini" tutur Hasya.
"Ok deh, kalo begitu have fun ya, sorry ngga bisa nemenin, lagian kamu sih ngga ngabarin kalo hari ini libur"
"Iya nih emang dadakan banget, lain waktu aja, kan kamu di Hongkong masih stay lama kan?" tanya Hasya.
"Iya sih, masih sekitar 2tahun lagi, baru rolling lagi"
"Owh ya udah aman kalo begitu, lain waktu kita janjian" ucap Hasya tanpa menyadari jika Zehan sedang menatapnya dengan tidak suka.
"Ini hawanya kok mendadak merinding ya" gumam Hasya sendiri terdengar lirih kurang jelas terdengar oleh Kevin.
"Kenapa Sya?" tanya Kevin terlihat cemas saat melihat Hasya memijat tengkuknya.
"Ah ngga apa-apa" ucap Hasya sembari menghindari tangan Kevin yang hampir menyentuhnya lengannya. Dan itu sedikit membuat Zehan tersenyum tipis.
Beberapa saat kemudian seorang pria sipit menghampiri Kevin, setelah berbasa basi perkenalan sebentar kemudian Kevin pamit karena sudah mau masuk jam kerjanya. Dari kejauhan Kevin masih sempat melambaikan tangannya pada Hasya yang di balas oleh Hasya yang tersenyum padanya.
Bonus untuk para reader The Wheelchair 🥰🥰🥰
********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments