"Baiklah, jadi tuan mau minum minuman apa? Mumpung kita masih di sini?" tanya Hasya dengan sorot mata yang berbinar cerah.
"Apa aja, yang penting jangan air putih" kata Zehan. Hasya lantas melihat ke sekelilingnya, kemudian ia tersenyum.
"Mbak, mbak sini..!!! "panggil Hasya kepada seorang cece yang nyambi berjualan minuman dan sedang menjajakan minumannya.
"Es campur mbak?"
"Tuan mau apa? Ini es campur, es rasa-rasa (seperti marimas, nutrisari dll), ada Naicha, eh ada bubur lembu juga, es cendol juga ada tuan..Tuan mau apa?" tanya Hasya dengan semangat.
"Mau kamu" ucap Zehan.
"Hah??!"
"Maksud saya mau apapun yang kamu pilihkan untuk saya. Yang penting bukan air putih." ucap Zehan dengan tampang datar.
"Aku ambil ini aja deh mbak, es cendolnya satu, sama bubur lembunya satu, jadi berapa?"
"40$ mbak." kemudian Hasya memberikan uang 50$ kepadanya.
"Udah yang 10$ nya uang capek mbaknya. laris manis ya mbak, ati-ati sama pakde yang patroli"
"Suwun mbak, moga berkah, dan suaminya lekas sembuh." Hasya yang mendengar ucapan itu seketika merona
"Aamiin mbak, makasih" ungkap Zehan cepat sebelum Hasya mengatakan ia bukan suaminya.
...----------------...
Hasya dan Zehan berjalan-jalan menyusuri jalan yang memang di khususkan untuk orang yang mau berjogging atau hanya berjalan santai seperti mereka.
"Tuan sepertinya rambut Tuan sudah agak panjang" ucap Hasya yang sedari tadi sudah memperhatikan rambut tuannya yang agak berantakan jika terkena angin.
"Benarkah?"
"Iya, bagian poni apa lagi," kata Hasya sembari menyentuh poni Zehan yang memang sudah agak panjang.
"Baiklah jam berapa kita pulang, kalau masih sore kita pergi ke barbershop dulu untuk cukur rambut ku"
"Hmm terserah tuan saja. Kalau saya bisa berjalan-jalan seperti ini saja sudah senang." ungkap Hasya riang.
"Sya.."
"Hmm?" Hasya menoleh pada Zehan.
"Apa kamu selalu seperti ini?"
"Ya..?"
"Ah sudahlah lupakan, ayo kita kembali, sepertinya kita sudah terlalu jauh dari yang lain." ucap Zehan mengalihkan pembicaraannya.
"Oke,, tapi tadi tuan mau bicara apa?"Hasya menjadi penasaran.
"Lupakanlah." mendengar jawaban Zehan yang seperti itu Hasya hanya bisa mengernyihkan salah sudut bibirnya.
"Dasar Mr. Winter !" dumel Hasya.
"Aku bisa pujian mu Sya" tegur Zehan.
"Iya maaf"
...----------------...
Hari berganti petang, teman-teman Hasya sudah pamit pulang untuk naik MTR. Katanya mereka masih mau belanja dulu di Sam Tsui Po, jadi merek pamit lebih awal.
"Pak Ed, kita ke barbershop dulu sebelum pulang. Bawa mobilnya santai saja, supaya Bi Ani bisa tidur saat diperjalanan nanti.
"Baik Tuan." sahut Pak Edy sembari melihat Zehan dari spion depan.
30 menit berlalu, mereka sudah sampai di barbershop langganan Zehan, mereka pun disambut hangat oleh para pegawai salon tersebut. Seperti biasa Hasya berjalan di samping Zehan hingga menuju meja dengan kaca cukup tinggi dan lebar, kemudian setelah itu ia akan duduk manis semberi melihat lihat majalah fashion yang memamg sudah diletakann di sana.
Saat tengah menunggu Zehan selasai bercukur, tiba-tiba seorang pria dengan gaya dandy namun malah terlihat agak norak duduk tepat di samping Hasya, padahal ada sofa lain yang masih kosong. Hasya berusaha tersenyum saat lelaki itu menyapanya dengan anggukan kecil.
"Hallo namanya Huang, Lee Huang," ucap lelaki itu tanpa berbasa basi langsung mengenalkan dirinya pada Hasya. Namun Hasya hanya terpaku saja menatap bingung dan berhati-hati pada pria itu.
"Hmm baiklah maaf, jika saya mengagetkan anda. Ini adalah kartu nama saya. Saya kebetulan seorang agency yang sedang mencari wajah baru. Dan saya lihat-lihat wajah anda cukup cantik untuk dijadikan model atau jika beruntung bisa langsung dapat peran yang bagus" ungkap pria itu.
"Tenang ada bayaran yang lebih tinggi jika bermain bagus." bisik pria itu. Sontak saja membuat Hasya bergidik ngeri karena baru kali ini dia mendapatkan perlakuan yang terbilang kurang ajar. Tanpa menjawab Hasya mengambil tasnya berniat untuk pindah ke sofa yang lain. Namun tangan pria itu malah menjegal Hasya saat ia berdiri tanpa ia menyadari ada sepasang mata dengan menatapnya dengan begitu tajam. Buru-buru seorang pegawai barber mendekati mereka.
"Maaf tuan, tolong jangan buat keributan di sini" lerai salah seorang pegawai barbershop tersebut.
"Sayang lihatlah, mereka jadi salah faham kalau kamu seperti ini" ucap pria itu playing victim. Hasya menatap itu lekat-lekat seolah ia terkena jebakan pria itu seraya melipat kedua tangannya di depan dad*nya, tak percaya dengan apa yang dibuat pria itu. Sedang si pegawai barbershop dengan takut-takut dan dengan susah payah menelan salivanya, menoleh pada Zehan yang memperhatikan mereka dari pantulan cermin dengan tatapan kemarahan dan kecemburuan.
"Sayang?"Hasya tersenyum seraya menunduk dan menggelengkan kepala.
"Kita pulang yuk, kita bicarakan di rumah, orang lain menjadi salah faham dengan keributan kita ini" ucap pria itu.
"Maaf tuan, saya tidak mengenal anda, jadi saya mohon maaf tidak bisa ikut pulang dengan anda." ucap Hasya dengan wajah kaku disertai tatapan tajam kepada pria itu.
"Jangan begitu sayang, aku janji setelah ini aku akan lebih baik kepada mu jadi ayo pulang" Hasya membuang nafasnya lalu melepaskan tasnya lantas mendorong pria itu hingga terduduk ke sofa. Emosi pria itu tersulut dan makin kurang ajar tatkala mendapat penolakan dari Hasya. Pria itu pun bangkit kembali dan kali ini ia menjegal tangan Hasya.
"Berhenti kau perempuan tak tahu diri" bola mata Hasya terbelalak melebar saat tangannya dicengkram dengan kuat. Terlihat dari pantulan cermin jika Hasya merasa kesakitan dan saat itu tepat di saat rambut Zehan sudah selesai dicukur. Kemudian tanpa membersihkan sisa rambutnya, Zehan menarik apronnya dan dia bangun dari kursi roda.
"Lepaskan tangan wanitaku !!" kata Zehan sembari berdiri menghadap ke arah Hasya dan pria yang sedang mencengkram pergelangan tangannya. Belum hilang kekagetannya terhadap pria yang mencekal tangannya sekarang di buat benar-benar terperangah saat melihat Zehan bisa berdiri dan berjalan ke arah mereka berdua.
"Tuan Ze.."Zehan menarik tangan Hasya sekuat-kuatnya hingga tubuh Hasya yang seolah membeku menubruk tubuhnya.
"Heh!! Dasar wanita pelac*r ! Baru saja kau menggodaku sekarang kau sudah dalam pelukan pria lain, dasar perempuan tak.." "PLAAKK!!" "itu tamparan umtuk seseorang yang sudah berani merendahkan istri ku !!" ucap Zehan menatap tajam pada pria itu. Pria itu terbelalak begitu mendengar pengakuan Zehan. Tidak berselang lama beberapa polisi Hongkong datang untuk mengamankan pria kurang ajar itu atas panggilan sang pemilik barbershop itu.
"Kamu ngga apa-apa? Ada yang sakit?" Zehan memeriksa keadaan Hasya namun roh Hasya seolah keluar dari tubuhnya, ia mengerjapkan mata beberapa kali lantas
"Tuaaaaannn. Hiiikkkkss Hiiiiikkkss tuan bisa berdiri lagi? Hiks tuan akhirnya bisa berjalan lagi.. huaaaa aaa hiikksss.." ucap Hasya seraya memeluk Zehan. Kini giliran Zehan yang terkejut saat Hasya memeluk dirinya dengan perasaan haru dan bahagia, perlahan Zehan membelai lembut rambut Hasya yang tengah menangis histeris dengan perasaan yang bercampur aduk. Rasa takut yang tadi sempat menggelayutinya hilang sirna begitu saja saat melihat Zehan berdiri lalu berjalan untuk menyelamatkannya dari pria itu.
"hhhiiikkk hiiikkss tuaaannn... syukurlah... khiikkksss" Zehan hanya menghela nafas sembari terus membelai rambut Hasya dan mengusap punggung Hasya tatkala mendengar kalimat -kalimat puji syukur kepada Tuhan karena ia bisa berjalan kembali.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments