Aku melonjak kegirangan memeluk kakak ku, Zehan. Begitu mendengar ia menanyakann kapan jadwal keberangkatan kami, aku sama sekali tidak memperdulikan motif apa yang menjadi pemicu kakak ku mau ikut bersamaku dan Gibran ke Hongkong. Bukan tanpa alasan kenapa kami bersikeras ingin membawa kakakku ke sana, salah satu alasannya karena aku mendapat tawaran bekerja di Hong Kong Museum of History yang aku dapatkan secara tidak sengaja, selain itu suamiku juga kebetulan tahun ini ada pengambangan jaringan perusahan di sana, lalu aku search dan aku mendapat banyak info rumah sakit disana juga terbilang bagus untuk terapi disabilatas seperti kondisi yang sedang Kak Zehan alami sekarang.
Awalnya paman dan bibi menolak mentah-mentah rencana ku karena mereka khawatir siapa yang akan merawat dan menjaga Zehan saat aku dan Gibran bekerja, padahal sudah aku jelaskan nanti disana aku akan segera mengambil suster dari rumah sakit di sana khusus untuk merawat dan menjaga kakak saat kami bekerja.
Setelah melalui perdebatan panjang akhirnya mereka setuju setelah tadi malam aku mengabari mereka tentang kejadian soal Alexa. Aku bahkan ikut syok paman terhuyung ketika mendengarkan bagaimana kondisi kakak saat kami menemukannya tadi malam.
Meski dari ujung mataku kak Zehan terlihat masih tidak terima aku menceritakan keburukan Alexa, aku sampai merasa kesal dan heran sendiri kenapa kakak masih saja melindungi perempuan itu padahal jelas-jelas perempuan itu hampir saja mencelakainya.
Flashback POV Zia
Kamis pagi, aku melakukan kegiatan rutin yang mulai aku biasakan sejak menikah dengan Kak Gibran 3 bulan lalu, aku sendiri menyiapkan sarapan, setelan kemeja, jas, celana, dan sepatu untuk suamiku. Namun hari ini aku akan lebih disibukan lagi karena harus menyiapkan acara syukuran rumah baru kami besok malam. Rumah yang dihadiahkan oleh kak Zehan untuk pernikahanku dengan kak Gibran. Walau sebenarnya suamiku sudah memiliki hunian sendiri, sebuah apartement di kawasan Cempaka Putih. Namun ketika kak Zehan menyuruhnya pindah baginya itu sama saja dengan perintah atasan yang harus dituruinyam, akhirnya dia mengalah pindah ke rumah baru kami yang jaraknya hanya sekitar 30 menit dari mantion utama kak Zehan. Toh kami akan tetap menggunakan apartement itu jika tengah bosan dengan suasana rumah. Hemat biaya untuk berlibur ceritanya.
Aku terheran ketika semua pengurus mantion kakak datang ke rumah, kata Bu Tia kak Zehan sengaja mengirim mereka semua untuk membantu kami hingga acara selesai padahal aku sudah menolak karena tadinya akan menggunakan jasa catering saja, tapi karena bala bantuan datang ya sudah hajar saja, itung-itung temu kangen dengan mereka semua. Alasannya kakak mengirimkan mereka untuk membantuku karena aku menolah jasa EO untuk syukuran nanti. Sejak menikah dengan Ka Gibran aku menyukai segala kegiatan di rumah, apa-apa ingin aku kerjakan sendiri saja, hingga acara syukuran pun akhirnya aku putuskan aku kerjakan sendiri saja,toh aku hanya ingin mengundang anak-anak yatim dari yayasan milik keluarga kami, dan tetangga sekitar kompleks sekalian untuk berkenalan dengan warga lainnya. Intinya aku ingin merasakan hidup sebagai orang biasa, bukan sebagai nona lagi.
Malam syukuranpun tiba, semua berlangsung lancar dan hikmat, meski selama acara berlangsung sebenarnya perasaan ku terus risau merasa tidak tenang. Hatiku semakin janggal saat berkali-kali aku terus berusaha menghubungi kakak dan supir kiriman ku, namun tak satupun dari mereka yang membaca pesan ku, telpone berkali-kali juga tidak ada satupun dari mereka yang menangkatnya, padahal aku tau persis seharusnya ada penjaga kakak di sana.
Selesai acara sekitar jam 10 malam, aku dan Kak Gibran segera bergegas menuju mantion kakak. Perasaanku makin kalut ketika aku sampai di mantion kakak nampak 2 buah mobil terparkir disana. Aku menilik mobil yang terparkir di depan mobil yang aku kirimkan. Dari dalam mobil, mataku terbeliak begitu melihat Alexa keluar lalu masuk ke sebuah mobil sedan mewah diiringi seorang lelaki yang merangkul pinggangnya dengan mesra. Sempat aku tidak percaya saat suamiku mengatakan jika pria itu adalah Deren, sahabat kakakku sejak masa kuliah.
Aku segara berlari menuju teras mantion dan ku dapati pak Danang, tergeletak di teras rumah. Jantungku makin berdegup kencang tak karuan, kecemasan dan hal-hal buruk yang mungkin menimpa kakaku mulai menggelayuti pikiranku tanpa bisa aku kontrol. Aku setengah berlari kembali menuju ruangan lebih dalam ruang tamu mantion, mataku membeliak saat aku menemukan kakak sudah pingsang salam keadaan tertelungkup di atas lantai marmer yang dingin. Aku berhambur menyingkirkan kursi roda yang menindih tubuh Kakak,
"Kak Zehan !! Kak bangun kak!! Hiks! kenapa bisa begini hiks ?! bangun kak?! Kak Gibran cepat kemari kak, cepat bantu aku kak,!" teriakku histeris meratap sembari memeluk tubuh kak Zehan yang terasa dingin. Suamiku segera memamggil para penjaga dan skuriti yang berjumlah 6 orang melalui walkitalki, tak butuh lama mereka semua berkumpul, dari raut wajah mereka, mereka nampak tercengang begitu melihat kondiri pak Danang dan kak Zehan tengah sama-sama tergeletak di lantai.
"Tunggu apalagi cepat bantu angkat mereka!!" bentak kak Gibran segera menyuruh mereka untuk membantunya mengangkat Kak Zehan ke kamar dan Pak Danang ke sofa di ruang tamu.
"Tol*l kalian semua!! Dari mana kalian semua hah??! Bisa kalian bayangkan akibat keteledoran kaliaan seberapa fatalnya kejadiannya jika kami tidak segera datang hah ??!! " bentak Gibran berkacak pinggang pada para penjaga setelah meletakan selesai kak Zehan di kamar dan juga pak Danang di sofa.
"Maafkan kami Tuan Gibran, kami benar-benar tidak menyangka nyonya Alexa dan tuan Deren tega mencelakai Tuan Zehan. Kami salah kami bersedia menerima hukuman tapi kami mohon belaskasihnya Tuan dan Nona kecil untuk tidak memecat kami, kami sungguh-sungguh menyesal Nona, tuan.." ujar salah satu sekuriti yang perawakannya hampir sebaya dengan paman Yohan.
Aku menghempaskan nafasku dengan kasar. Aku menghentakan kaki ku karena kesal berlalu pergi meninggalkan mereka saat ku dengar deru sebuah mobil berhenti di teras, yang ku pikir itu pasti Dr. Tama yang tadi sempat aku hubungi begitu mendapati kakak ku pingsan di lantai.
Ingin rasanya aku marah sejadi-jadinya namun sepertinya itu akan sia-sia saja, aku tidak bisa menyalahkan mereka semua atas apa yang sudah terjadi pada Kak Zehan. Mau tidak mau harus mewajarkan jika mereka tidak menaruh curiga apa-apa pada Alexa yang memang berstatus sebagai tunangan kakakku, dan Deren yang notabennya adalah sahabat karib kak Zehan yang sudah sangat sering datang ke mantion ini. Sama halnya seperti aku, mereka juga tidak akan pernah berpikir jika Alexa dan Deren akan mengkhinati bahkan mencelakai kakak.
Aku segera mengikuti Dr. Tama, sedang suamiku masih mengurus para penjaga, tak lama kemudian dia menyusulku. Tangan hangatnya merangkul bahuku, lagi air mataku mengalir begitu saja. Kakak sudah frustasi dengan kondisinya sekarang, lalu Alexa pasti membuat hal lain yang membuatnya lebih syok.
"Hiks..Bagaimana keadaan kakak Om?" tanyaku terisak.
"Syukurlah kakak mu tidak mengalami hipotermia, tapi jika terlambat sedikit saja..." ujar Dr. Tama menggeleng tidak melanjutkan kalimatnya setelah ia memeriksa aliran cairan infus kak Zehan. Melihat reaksinya seperti itu bisa diartikan jika aku dan kak Gibran terlambat, nyawa kakak benar-benar dalam bahaya.
Aku memejamkan mataku dalam-dalam sembari ku genggam jari jemari, bersyukur pada Tuhan yang masih sangat melindungi kakakku, dan membiarkanku datang tepat pada waktunya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
**********
kasih love, koment sama share ya..
😉😉
************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments