Adella
Nama gue Adella, lahir dari keluarga Prameswara,
dan merupakan anak satu - satunya. Jadi anak dari keluarga Prameswara itu susah susah gampang. Banyak Susahnya! Kenapa? Karna Bokap jadi punya banyak musuh.
Selain jadi pengusaha, sekaligus Patner kerja keluarga Wilkinson, Bokap juga terjun ke dunia gelap, bukan karna mati lampu, atau bukan karna kerja malam, tapi Karna banyak mafia yang terjun ke dalam sana.
Gue pernah minta ke bokap buat ikutan ke dunia mafia, seru aja gitu pegang pistol terus main tembak - tembakan. Tapi bokap bilang gak boleh, dan apa yang keluar dari mulut bokap udah keputusan mutlak.
Tiap hari gue dikawal 1 orang, namanya Joy. Dia udah kayak kakak gue sendiri, orangnya kaku, tapi sangat sangat bertanggung Jawab. Gue gak pernah sedikitpun dalam bahaya kalau dia ada di deket gue.
Beda sama temen gue yang konglomerat, dia punya 50 pengawal buat menjaga dia. Gue cuma mampu punya satu, tapi yang berkekuatan 50. Lebih keren gue kan?
Gue punya tiga sahabat terbobrok yang ada di dunia ini. Gak ada yang beres pokoknya! Ada yang namanya Lucy, Gak paham lagi gue otak dia pentium berapa, Lemotnya gak ketulungan.
Ada lagi yang namanya Key, Ganjen banget tuh anak, najis gue Lihatnya, setiap ada cogan pasti dia minta gue buat nyari nomernya, dan alhasil nama gue yang tercoreng, dia yang jadian.
Satu lagi Dan yang terakhir, sekaligus yang paling parah. Namanya Lunetta, Sumpah demi apapun dia ngeselin. Apa yang jadi mau dia harus diturutin, kadang begonya gak ketulungan, dan satu yang paling gue benci. DIA CENGENG! Pernah dulu gue jatuh dari motor, dia dateng ke gue sambil nangis nangis karna gue jatuh. Kan gak jelas!
Tapi di balik itu semua, mereka gak pernah biarin gue jatuh sendirian, Mereka bakal lihat gue jatuh, dan ngetawain, baru deh tolong. Mereka selalu ada kalau gue lagi kesel atau sedih. Jadi Worth it lah sama kebobrokan tadi.
Nyokap gue meninggal dua tahun lalu, dibunuh sama salah satu saingan bokap. Hahaha, Keji banget kan? Awalnya bokap udah ngerahasiain identitas keluarganya, tapi karena musuhnya lebih picik, jadilah nyokap yang harus berkorban buat ngelindungin gue.
Setiap hari gue bakal habisin waktu buat latihan bela diri, entah itu Karate, Boxing atau yang lainnya. Lumayan lah untuk membunuh waktu.
Tapi belakangan gue udah mulai males latihan, dan lebih suka main ke rumah Luna, selain rumahnya gede kayak kos kos an 40 kamar, lebih mewah malah. Walau bukan karna itu sih gue suka ke sana.
Alasannya karna Abang Luna pulang ke Indonesia. Namanya bang Jordan, dia cinta pertama gue, tapi dia gak pernah suka sama gue. Iyalah! Beda 10 tahun gue sama dia.
Lihat cogan yang gak dipacarin sama Key itu kayak anugerah tersendiri, makanya gue betah lihat wajah dia, apalagi dia ganteng banget. Lumayanlah buat cuci mata.
Setelah ini gue, Lucy dan Key bakal ninggalin Luna dan masuk ke SMA yang udah kami incar sekian lama. Gue gak kebayang gimana rasanya jadi anak SMA, atau mungkin sama aja kayak sekarang ini? Entahlah!
Well, selamat datang di Dunia gue. Anak dari seorang mafia geng besar, yang gak percaya sama status pacaran. Hahhaha, gue Jomblo ting ting! Original sedari Lahir! Berani nembak gue, patah tangan Lo!
Berani kurang ajar, Patah leher Lo!
Berani ?!!
🐶🐶🐶 🐵🐵🐵🐵🐶🐶🐶
Kelas mulai tampak ramai di hari pertama, banyak yang menjadi orang gila dadakan dengan memakai pita sesuai tanggal di tambah Bulan lahir.
Coba bayangkan mereka yang lahir di bulan 31 desember. Mereka harus memakai 42 kucir di kepalanya, sangat tidak manusiawi.
Nasib baik gadis setengah tomboy ini lahir tanggal 1 Januari, dia hanya perlu mengucir dua rambutnya, meski tetap saja menjijikan.
Gadis itu berjalan santai dengan tangan yang dimasukan ke kantong dan permen karet di mulutnya, dia duduk diantara teman satu kelasnya.
Sebenarnya dia ingin meminta agar satu kelas dengan Lucy dan Key, namun pihak sekolah tidak mengijinkan karena tiap kelas akan dipilih acak.
" Hey kamu, sudah datang terlambat, malah langsung duduk, gak ada sopan santunnya sama kakak kelas."
Adel hanya melirik orang itu dan kembali menghadap depan, membuat orang itu menjadi marah karena diabaikan oleh Adel.
" Kamu punya telinga gak? Kalau dibilangin itu nyahut," ujar orang itu menarik lengan Adel kasar agar gadis itu berdiri.
Adel menghempaskan tangan orang itu dan menatap orang itu dengan tajam, membuat orang itu sedikit takut karena tatapan Adel.
" Lo pikir Lo siapa boleh pegang tangan gue?" tanya Adel tanpa takut sedikitpun.
" Masih adek kelas udah songong, Sini kamu," ujar orang itu hendak menarik untuk menghukum Adel. Namun Adel segera menghindar enggan disentuh oleh orang itu.
" Gue Sekolah disini bayar, gue bisa laporin tindakan Lo barusan, Lo gak perlu sok senioritas, dan Lo gak perlu pegang gue, najis tau gak," ujar Adel yang berbisik pada orang itu lalu tersenyum manis dan kembali duduk.
Orang itu sangat kesal namun tidak bisa berbuat apa - apa, hingga orang itu memilih untuk meninggalkan Adel, mungkin akan melaporkan pada temannya.
Tampak Lucy dan Key yang ternyata satu kelas melambaikan tangan pada mereka seakan pamer hanya Adel yang tidak beruntung disini.
Yah, bagi kalian yang belum tahu, Lunetta alias Luna tidak bergabung dengan mereka di SMA ini karena dia dipaksa papanya untuk sekolah di STM Taruna.
Haha, membayangkan Luna akan menderita tentu membuat Adel bahagia, sekolah yang mayoritas lelaki dengan disiplin tinggi, akan cocok untuk Luna yang memiliki hobi menjadi malas dan cengeng.
" Bagi Siswi yang bernama Adella Putri Prameswari, harap menuju ke sumber suara sekarang, terima kasih."
Tangan Adel terkepal karena namanya dipanggil, demi apapun dia akan membuat perhitungan pada pengurus OSIS yang tadi. Pasti orang itu yang mengadukan Adel ke pengurus lain.
" Sial, Lo berani bangunin macan tidur, gue cakar Lo sampe mirip Selena Gomez," desis Adel pelan.
Adel bangkit dan melihat ke arah dua temannya, mereka seakan bertanya mengapa Adel harus dipanggil ke sumber suara? Padahal hari ini adalah pertama kalinya mereka menginjakkan kaki di tempat ini.
Gadis itu memberi isyarat semua baik - baik saja, tidak mungkin dia kalah dan mendapat masalah lebih karena satu pengecut yang tidak berani menghadapinya terang terangan.
Adel berjalan dengan santai ke arah sumber suara, dia memasang wajah datar saat semua pengurus menatapnya dengan jijik.
" Kamu Adella?" tanya salah seorang pengurus yang ada disana.
" Yaps," jawab Adel dengan singkat.
" Kamu akan kami beri tindakan pendisiplinan karena terlambat dan membantah perkataan panitia."
Kan, benar kan. Masalah Senioritas lagi. Adel sampai heran apa untungnya bagi mereka membully anak baru? mendapat harta melimpah kah? Langsung menjadi jodoh Shawn mendez kah? Adel tidak habis pikir dengan jalan pikiran mereka.
" Kamu harus menulis pernyataan menyesal karena terlambat dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi, di tanda tangani oleh wakil ketua OSIS," ujar orang itu memberi Instruksi pada Adel.
" Maaf kak, tapi gunanya apa ya?" tanya Adel yang tak habis pikir dengan hukumannya.
" Setidaknya itu lebih manusiawi dibanding membersihkan toilet satu sekolah kan?" tanya orang itu dengan mengancam, Adel malah tersenyum sinis dengan ancaman itu, coba saja mereka.
" Maaf kak, tapi saya membayar mahal di sekolah ini bukan untuk menjadi Office girl, bahkan biaya Spp saya sama kakak itu sama," ujar Adek tak gentar membela ysng benar.
" lantas kamu mau apa? Melapor ke kepala yayasan? Asal kamu tahu, kami sudah diberi wewenang penuh untuk mendidik peserta MOS, Silakan kamu melapor, mungkin malah kamu yang akan di Drop out di hari pertama kamu menginjakkan kaki di sekolah ini."
Adel terkaku mendengar penjelasan itu. Gawat juga urusannya jika sampai Adel sungguh dikeluarkan, dia pasti akan langsung di sekolahkan di Luar negeri.
Prajurit memang harus mundur jika dalam situasi tidak memungkinkan untuk menyerang, begitu pula Adel, gadis itu memilih mengalah dan mengangguk pasrah.
" Baiklah, akan saya lakukan," ujar Adel yang langsung berbalik, membuat panitia ingin melemparinya dengan sepatu mereka.
Baru kali ini ditemukan murid yang sangat memberontak seperti Adel. Sudah tertebak dia akan menjadi pembuat masalah di sekolah ini, bahkan mungkin hanya satu dua bulan saja bertahan disini.
Adel langsung pergi dari barisan dan mencari tempat teduh yang kosong untuk menulis surat pernyataan. Gadis itu menulis dengan sedikit asal, yang penting ada kata maaf dan berjanji tidak mengulanginya lagi.
Gadis itu segera bangkit dan mencari siapa wakil ketua OSIS yang bahkan Adel tidak tahu siapa aja pengurus OSIS di SMA ini.
Namun bukan Adel namanya jika tak banyak akalnya, gadis itu merogoh sakunya dan menemukan uang dua lembar seratus ribu. Adel tersenyum dan berjalan tenang menuju kantin.
" Kak boleh minta tolong? " tanya Adel sopan terhadap salah satu lelaki yang duduk di meja kantin paling dekat pintu.
Lelaki itu memandang Adel dari atas sampai bawah, seakan meneliti dan menilai serta menebak kenapa ada anak MOS menyasar ke kantin seperti ini?
" Kenapa?" tanya orang itu dengan cuek.
" Eem, saya membutuhkan tanda tangan wakil ketua OSIS, Apakah kakak bisa membantu saya untuk menemukannya?" tanya Adel masih dengan suara yang kalem.
Setidaknya dia tahu, jika bertemu dengan orang apalagi meminta bantuannya, dia harus bersikap sopan, dan jika orang itu malah macam - macam, patahkan saja tulangnya.
" Apa untungnya gue bantuin Lo?" tanya orang itu sambil mengesap minumannya.
" Saya ada ini, mungkin kakak tertarik," ujar Adel mengeluarkan selembar uang yang ada di kantongnya.
" Oke deal, yok ikut gue," ujar lelaki itu yang langsung bangkit berdiri meninggalkan Adel.
Gadis itu tersenyum senang karena dua hal. Yang pertama karna dia tidak perlu menghabiskan uangnya, yang kedua karna orang ini mau membantunya, yang ketiga Adel bertemu dengan orang yang sportif karena dia tidak mengambil uang Adel sebelum orang yang dicari ketemu.
Orang itu berjalan semakin ke arah belakang sekolah diikuti oleh Adel yang senantiasa waspada. Jika hanya sekelas preman tawuran antar sekolah, Adel hanya butuh waktu lima menit per orang untuk melumpuhkannya.
Tenyata di bagian belakang sekolah ini terdapat kantin yang cukup ramai, namun penghuninya mayoritas adalah lelaki, bahkan mungkin hanya ada lelaki di tempat ini.
" Woy Fa, dicariin cecan neehhh," teriak orang itu yang membuat seisi kantin menatap Adel dengan pandangan menyelidik, Adel sendiri langsung menatap tajam orang yang sudah membuatnya malu tersebut.
"Cowok yang disana, tuh yang disitu yang lagi ngerokok, dia orang yang Lo cari, selesai kan tugas gue? Mana duitnya?" Tagih orang itu setelah menunjuk salah seorang siswa paling urakan dan paling 'menjijikan' disana.
" Yang bener aja dia waketos? Serius kak? Masak kayak gitu bentukannya?" Tanya Adel tak percaya, dimana mana pengurus OSIS pasti rapi, tampan atau cantik pencitraan, bermuka dua, eeehh sebegitu burukkah?
" Iyaa, gue gak bohong, gak tega gue bohongin bocil baru masuk kayak Lo, Lo pasti bikin masalah kan sama OSIS sampai disuruh nemuin Fafa?" Tanya orang itu yang membuat Adel menyengir dan mengangguk, karna memang itu kan kenyataannya?
" Hahaha, kebaca banget *****, tahu aja mereka kalau Fafa gak bakal mau kayak gitu, eh tapi gue kasih tips, kalau Lo mau dapat tanda tangannya, Lo gak usah sok manis, to the point aja kenapa Lo minta," ujar orang itu yang malah membantu Adel.
" Kenapa kakak mau bantu gue?" Tanya Adel penasaran, bisa saja dia dikerjai oleh kakak kelasnya ini, mereka kan juga belum Saling kenal, wajar kan Adel curiga?
" Kalau gue lihat Lo satu gen sama gue, kemungkinan ke depannya kita bisa jadi teman, jadi gue bakal bantu Lo sekali ini, percaya aja sama gue. Mana duitnya?" Ujar orang itu yang kembali mengulurkan tangannya.
Adel mengambil uang dalam sakunya dan mulai berjalan ke arah pria bernama Fafa itu, dia menghela napas dan dengan tegas mengulurkan kertas folio yang dia bawa.
" Permisi kak, saya mau minta tanda tangan kakak karna saya dihukum oleh Pengurus OSIS yang ada di lapangan. Silakan kakak tanda tangani dan bantu saya, terima kasih."
Orang itu memandang Adel dengan alis terangkat, Adel meneguk ludahnya takut, sepertinya dia sungguh dikerjai oleh orang tadi, sial, kenapa dia malah percaya pada orang itu?
Semua orang yang ada di sana bahkan menatap Adel dengan tatapan aneh, mungkin mereka heran mengapa ada Adik kelas seberani dan sekurang ajar Adel.
" Siniin kertasnya," ujar lelaki yang Adel mintai tolong, namun Adel malah melongo dan masih belum menangkap maksud perkataan orang itu.
" Gak jadi? Yaudah," ujar orang itu kembali menghisap rokoknya, Adel langsung gelagapan dan menyodorkan kertas yang dia bawa, orang itu menanda tangani kertas yang dibawa Adel dan memberikan kertas itu kembali pada Adel.
Anehnya, semua orang yang ada di tempat itu bertepuk tangan dan menyoraki Adel seakan gadis itu sudah memenangkan sesuatu. Namun Adel mengabaikan tepukan itu karna dia ingin lekas pergi dari tempat ini.
" Makasih banyak ya kak, permisi semua," ujar Adel sopan saat menerima kembali kertas tersebut
" Rafa, inget nama gue Rafa," teriak orang itu sebelum Adel benar benar meninggalkan kantin tersebut.
Adel berjalan dengan bangga dan menghampiri pengurus OSIS yang menatapnya heran karna Adel kembali begitu cepat.
" Done ya, bye," ujar Adel tanpa takut menyerahkan kertas yang dibawanya dan langsung meninggalkan mereka yang masih melongo menatap kertas itu.
Adel kembali ke barisan dengan perasaan bangga karna berhasil membuat mereka semua kicep padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Syafiera Al-fariez
🤗
2023-03-08
0
pelangi senja🌈🌆
ini yang lanjutan hopeless ye kan
2020-10-10
2
Arara Style
to the point .. keyen,,gk ribet
2020-07-23
2