Bab 13

" Demi apa kita harus lawan kelas IPA 1? Serius nih?" tanya Adel saat diberitahu oleh Agung tentang musuh kelas mereka. Itu artinya Adel harus melawan Key dan Lucy yang merupakan teman satu timnya saat dia masih di sekolah menengah. Key dan Lucy memang tidak terlihat kompeten, namun nyatanya mereka sangat epic jika berurusan dengan basket.

" Yang main siapa aja?" tanya Adel dengan cepat. Agung kembali menyebutkan siapa saya yang akan bersama dengan dia melawan kelas Key. Dia harus membreafing teman satu timnya karna dia sudah hafal cara main Key dan Lucy, dia akan meminimalisir kesalahan agar kelasnya bisa memenangkan pertandingan.

" Gak adil banget kalau pertama main udah ketemu yang bagus – bagus, ntr finalnya gampang dong," ujar Adel yang membuat teman satu timnya merasa aneh. Apakah Adel sebagus itu? Atau lawan mereka jauh lebih bagus? Adel belum menjelaskan apapun pada mereka, gadis itu tampak menganggap serius lomba kali ini.

" memang mereka sebagus apa sih Del? Kok Lo yang panik gitu? Laggian ini kan Cuma classmeet, gak perlu dibawa serius juga kan?" tanya Vivian yang membuat Adel mengangguk. Dia menyetujui jika ini hanyalah classmeet, namun apakah dia akan bersantai dan menganggap enteng? Tidak. Dia adalah orang yang selalu bersikap kompetitif terhadap apapun yang dia sukai.

" Masak kalian gak malu seorang Agatha aja bisa jadi juara di volli, kalau kalian, kita, kalah dari dia, apa kata anak kelas lain? Kalian mau?" tanya Adel yang menemukan alasan untuk membangkitkan semangat mereka. Hal yang dikatakan oleh Adel membuat mereka berpikir dan sama – sama melihat Agatha dengan dunia bukunya.

Gadis itu kembali menjadi sosok cupu yang berkaca – mata lensa tebal, kucir kepang dua dan buku tebal yang dia baca. Adel sangat tahu karakter teman kelas yang ada di hadapannya ini. Mereka tidak akan sudi jika harus dibanding – bandingkan dengan Agatha, meski sebenarnya memang Agatha jauh lebih cantik, lebih pintar dan banyak lebih lainnya dari mereka.

" Ya udah, strategi Lo gimana? Gue gak mau ah kalau sampai kita kalah di tahap pertama. Apalagi gue tim inti basket di SMP gue, lebih easy lah," ujar Viona yang berlagak membunyikan leher dan tangannya dengan gerakan mematah. Hal itu membuat Adel tersenyum puas dan meminta mereka merapat dan memberi tahu kelemahan dan kekuatan Key serta Lucy yang dia tahu.

" Guys, udah belum weehh? Kita udah dipanggil pihak OSIS buat merapat. Habis ini juga kita harus nonton yang tarik tambang sama stand up comedy, untung aja jadwalnya gak bentrok," ujar Agung yang membuat mereka membubarkan diri dan bersiap ke lapangan Basket. Lapangan sudah ramai dan ada beberapa anak yang tampak mengelap wajah mereka dengan handuk kecil.

Hari kemarin, lapangan basket ini dipakai oleh siswa kelas dua belas sementara siswa kelas sepuluh memakai lapangan Voli. Begitu seterusnya agar mereka bisa mempersingkat waktu dan segera menyelesaikan semua classmeet yang dilombakan. Adel melakukan peregangan sebelum nantinya harus bertanding melawan sahabatnya sendiri.

" Gue gak nyangka malah ketemunya sama Lo. Yakin menang gak Lo? Gue sama Lucy loh yang ikut main," ujar Key yang sengaja menggoda Adel. Hal itu membuat Adel berhenti dari aktivitasnya dan mendekat ke arah Key. Jujur saja setiap langkah Adel membuat Key sedikit merasa takut.

" Lo tahu kan siapa yang sering MVP waktu kita SMP dulu? Kayaknya Lo yang harus takut sama gue deh," ujar Adel dengan tatapan dan nada bicara yang sangat mengintimidasi. Jelas saja Key merasa tegang dan langsung mendorong Adel untuk sedikit menjauh dari dirinya.

" Sumpah Lo nyebelin banget! Males ah gue sama Lo, ini kan Cuma Classmeet, kenapa Lo seram banget sih?" tanya Key dengan nada kesal. Adel langsung tertawa keras melihat Ekspresi dan respon yang sesuai dengan apa yang dia kira.

" Gue bercanda kalik. Mau gimana pun hasilnya mah gue tetap sabahat kalian, gue tetap sayang dan cinta mati sama kalina, sini sini cium dulu," ujar Adel yang langsung berubah menjadi manis dan menghampiri Key dengan imutnya. Hal itu membuat Key merasa lebih ngeri lagi. Gadis itu langsung memegang muka Adel yang mendekat agar gadis itu berhenti melangkah.

" Lo kalau gak diam gue jorokin loh! Gue gak main – main ini," ujar Key yang mengancam. Setelah Adel diam, barulah Key melepaskan tangannya dan tertawa sebelum akhirnya bergabung dengan teman kelasnya. Adel tersenyum puas dan melanjutkan aktivitasnya.

Adel sudah sangat mengenal Key, gadis itu akan minder dan merasa dia tak jauh lebih baik dari Adel. Hal itu tentu mempengaruhi cara main mereka. Meski Adel berkata dia hanay bergurau, tetap saja Key akan memikirkan hal itu. Adel tidak bermaksud untuk bermain curang, toh dia tidak menyakiti Key sama sekali. Itu tidak dihitung kecurangan kan?

Mereka akhirnya dipanggil dan memulai pertandingan dengan sengit. Viona membuktikan bahwa dia benar – benar pemain inti, gadis itu bisa mengimbangi permainan Adel dan mengikuti strategi gadis itu untuk menghadapi Key dan Lucy yang memang sangat bagus. Sementara teman – teman mereka mendukung dengan memblokade musuh semaksimal mungkin.

Pertandingan dimenangkan oleh kelas Adel dengan hasil yang sangat tipis. Itu pun karna Vivian mencetak point kemenangan mereka di detik – detik terakhir. Adel sangat puas dan bahagia ssampai memeluk satu per satu teman satu timnya tanpa terlewatkan. Setelah dia selesai memeluk teman – temannya. Adel segera beranjak ke arah Key dan Lucy yang tampak lesu dengan teman kelasnya.

" You did a great worked, Key. But I'm the better one," ujar Adel yang langsung merangkul Key dan Lucy. Dua gadis itu sedang mengelap keringat mereka, mereka langsung melirik Adel dengan sinis, membuat Adel sedikit merasa bersalah. Dia tidak bermaksud mengejek mereka, dia hanya ingin mencairkan suasana.

" Udah nyaris sama tuh udah bagus banget bagi gue yang ampas tahu lawan MVP kayak Lo, kalau tadi Lucy gak ke block dan gue gak kesandung juga pasti kita seri, atau bahkan kelas gue yang menang. Lagian gue kira Cuma Lo yang bisa main, ternyata teman kelas Lo pro semua. Tahu gitu kan kelas gue lebih serius mainya," ujar Key yang diangguki oleh Lucy.

" Makanya guys, jangan underestimate sama lawan kalian bagaimanapun keadaannya. Terus karna gue yang menang, gimana kalau setelah ini kita makan bareng dan kalian bayarin gue? Sebagai hadiah buat gue gitu kan?" tawar Adel yang membuat Lucy dan Key kompak melepaskan rangkulan Adel.

" Kalau Lo yang bayarin kita, baru deh kita mau temenan lagi sama Lo," ujar Key yang membuat Adel sedikit terkejut, namun dia segera menyadari jika Key hanya bercanda dan tak mungkin harga persahabatan mereka semurah itu. Adel langsung menatap Lucy memandang Key dengan tatapan bingung.

" Memang kita udah gak temanan sama Adel?" tanya Lucy yang membuat Key gemas. Gadis itu hendak membuka suara, namun Adel mencegahnya. Lebih baik mereka menyimpan tenaga mereka yang sebenarnya sudah terkuras habis. Adel langsung mengajak Lucy dan Key keluar dari ruang itu menuju kantin untuk mengisi perut mereka.

" Eits, bilang dulu kalau Lo yang bakal bayar semua. Biasanya Lo tuh diam – diam aja tapi gak mau bayar akhirnya. Gue gak bawa dompet jadi gue gak bisa dan gak mau bayarin," ujar Key panjang lebar yang tidak dijawab oleh Adel, mereka memasuki kantin yang ramai karna memang tidak ada pelajaran, maka kantinlah yang menjadi surga mereka.

" Beli deh apapaun, biar gue yang bayar. Anggap aja permintaan maaf gue karna gak bisa menang bareng kalian. Kalian tahu kan kalau kayak gini gue tetap bakal perjuangin kelas dan kemenangan gue? Maafin gue ya, sebenarnya gue merasa bersalah, benar deh," ujar Adel yang membuat Key tersenyum puas.

" Bagus kalau Lo tahu dan sadar kalau Lo itu salah karna bahagia menang sementara kami Cuma dapat capek aja. Mana masih penyisihan awal lagi, padahal kemarin voli kelas gue menang loh," ujar Key yang membuka percakapan mereka. Lucy fokus pada ponselnya dan tak tertarik dengan apa yang mereka bicarakan. Toh dia tidak akan nyambung.

" Kelas gue kemarin juga menang sih, berarti ada kemungkinan kelas kita ketemu lagi. Ya semoga aja ketemu di final, biar setidaknya kelas Lo dapat piala gitu loh," ujar Adel dengan sombongnya, yang malah membuat Key tertawa karna Adel sangat tidak pantas sombong seperti itu.

" Wajah Lo gak sesuai kalau mau sombong gitu, malah kelihatan tengil," ujar Key yang mengutarakan apa yang dia rasakan. Mereka kembali tertawa, setidaknya kehangatan yang seperti inilah yang mereka butuhkan karna belakangan ini Key banyak salah paham terhadap Adel.

Setidaknya keakraban hari ini membuktikan pada siapapun itu bahwa mereka tidak akan terpisahkan begitu saja. Meski hal itu juga berarti menantang dia yang meneror mereka, orang itu bisa saja malah melakukan hal yang lebih nekat lagi untuk memecah mereka. Siapa yang tahu? Banyak sekali kan orang gila di dunia ini yang sangat terobsesi dengan tujuan mereka?

Mereka melanjutkan percakapan mereka sambil memakan bakso yang sebelumnya sudah mereka pesan. Kali ini Lucy sudah memasukkan ponselnya dan ikut bergabung dengan percakapan sambil sesekali merespon ( jika dia mengerti apa yang mereka katakan, jika tidak ya dia memilih untuk diam dan menyimak).

" Ah, Panas!" pekik Adel saat seseorang tanpa sengaja tersandung dan menumpahkan satu mangkok berisi bakso ke seragamnya. Parahnya bakso itu tak hanya mengenai roknya, namun sampai ke kaos olah raganya. Kuah panas itu sangat menyakitinya dan dia langsung bangkit dari duduknya dan mengibaskan seragamnya.

" Ma, maaf, maaf, saya gak sengaja, maaf, astaga, itu panas banget ya." Adel hendak membentak orang itu, namun karna wajah itu terlihat sangat bersalah, Adel jadi mengurungkan niatnya dan memilih untuk menjauhkan kaos dari tubuhnya agar kain basah itu tak mengenai kulitnya. Aroma bakso langsung semerbak dari tubuh Adel.

" Lo gimana sih? Kalau jalan itu hati – hati dong! Kalau dia kenapa – napa Lo mau tanggung jawab? Jalan pakai kaki, tapi matanya juga ngelihat! Gak buta kan Lo?" sentak Key dengan kasar. Adel langsung meminta Key berhenti memaki orang itu karna orang itu tampak sungguh tidak sengaja melakukan hal itu.

" Lo gak papa Del?" Tanya Lucy yang langsung mendekat dan membantu Adel memegang kain seragam yang masih terasa hangat itu. Adel menggeleng sebagai jawaban dan membiarkan sang pelaku pergi setelah memberi beberapa nasihat yang menurutnya akan berguna agar tidak ada korban lain. Key masih nampak kesal dan bertambah kesal karna Adel melepaskan orang itu begitu saja.

" Lo masih punay seragam gak? Mau pinjam seragam gue?" tanya Lucy yang berfokus pada Adel dan mengabaikan Key yang masih saja kesal dan tidak terima, padahal di sini Adel yang sebagai korban. Jika saja Key yang terkena tumpahan kuah itu, sudah pasti pelaku tadi tidak akan tenang di sisa hidupnya selama bersekolah di sekolah ini karna pembalasan dari Key.

Key bukanlah orang yang sebegitu kejam, namun dia tidak suka ada yang bertindak ceroboh sampai menyakitinya. Gadis itu akan membalas mereka yang melakukan itu padanya. Hal itutentu akan membuat mereka yang melakukan menjadi tak tenang karna selalu melihat Key yang tak pernah lupa dengan kejadian tersebut ( Jika memang akan terjadi).

" Masih kok, gue masih ada satu seragam di loker. Temenin gue ke sana yuk, parah, panas banget lagi," ujar Adel yang diangguki oleh mereka, mereka bersama berjalan ke arah ruang loker sebelum akhirnya Adel berganti pakaian karna setelah istirahat dia harus melanjutkan penyisihan basket dengan kelas lain yang akan membawa kelasnya ke semi final jika memang menang.

Tanpa Adel tahu, seseorang tertawa di dekat tembok yang bisa melihat kejadian tadi dengan jelas. Dia cukup puas terhadap apa yang terjadi pada Adel dan orang itu segera pergi sebelum orang lain curiga padanya. Setidaknya hari ini dia cukup melukai Adel, gadis itu hanya tinggal menunggu waktu untuk menghancurkan Adel sampai tak bersisa.

Adel berganti pakaian dan memilih untuk kembali ke kelasnya sementara Key dan Lucy kembali ke kelas mereka. Saat Adel hendak masuk ke kelas, Rafa yang entah datang dari mana langsung memegang taangannya, membuat gadis itu meringis kesakitan karna tangannya yang memang memerah karna kuah bakso tadi menyiram kulitnya.

" Tangan Lo kenapa?" tanya Rafa yang memegang tangan Adel lebih pelan dan hati – hati, Adel enggan menjawab dan menghempaskan tangan Rafa begitu saja, tentu saja hal itu membuat Rafa merasa tak puas. Lelaki itu menahan langkah Adel dengan memegang pundak gadis itu.

" Kalau Lo gak mau cerita, gue bakal cari sendiri orangnya dan gue bakal balas dia buat Lo kalau memang Lo belum balas ke dia," ujar Rafa yang membuat Adel melotot kaget dan berbalik, memandang Rafa dengan ganas, namun lelaki itu biasa saja, karna memang dia sudah biasa dengan tatapan seperti itu.

" Lo tahu kan gue gak main – main sama ucapan gue?" ancam Rafa dengan serius. Hanya dia yang boleh melukai Adel, orang lain tak boleh mengambil atau menyaingi dirinya, dia tak akan memaafkan orang itu.

Adel pun mengalah dan menjelaskan secara singkat apa yang terjadi padanya agar Rafa merasa puas, tak lupa untuk mengingatkan Rafa agar tidak melakukan apapun terhadap anak yang melukainya karna dia menganggap masalah sudah selesai.

" Oke, kalau gitu kan gue bisa tenang, gak penasaran. Jangan lupa nanti malem ke tempat yang udah gue kasih tahu. Kalau Lo gak datang, gue bakal seret Lo dari rumah Lo. Gue udah tahu rumah Lo dimana." Adel kembali dibuat kaget oleh Rafa yang sepertinya sangat terobsesi pada dirinya.

" Dasar saiko!" pekik Adel dengan kesal dan masuk ke dalam kelasnya setelah mengatakan hal itu.

Terpopuler

Comments

яуη 🍒

яуη 🍒

kak up donk

2020-01-14

0

яуη 🍒

яуη 🍒

next thor

2020-01-12

0

Alvi Danis

Alvi Danis

Lanjut Thor.. jangan lama".. 😍😍

2020-01-12

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!