Bab 6

Amarah akan membuatmu lengah.

Emosi akan mengikis akal dan Budi.

Kendalikan jalannya pikiran dan hati

Hingga dapatkan ketentraman hati.

√√√°°°√√√

~ bugh bugh bugh bugh

~ bugh bugh bugh bugh

Peluh menetes di seluruh tubuh gadis yang memakai sarung tangan tipis khas petinju bebas. Gadis itu memukul sebuah samsak berkali kali seakan semua dendamnya tercurah dan ingin segera menuntaskan dendam itu dengan menghancurkan samsak di hadapannya

" Kau tak akan bisa menghancurkan dendammu bahkan jika samsak itu sudah hancur." Suara itu membuat Adel berhenti dan memegang samsak itu dengan napas yang terengah, Adel memukul keras samsak itu meski masih memeganginya, gadis itu langsung diam dan memeluk samsak itu dengan erat.

" Gue harus apa Boy? Gue harus gimana lagi? Udah lebih dari setahun gue cari tahu, tapi gue buntu Boy, gue gak bisa temuin orangnya," ujar Adel dengan frustasi, rambut yang di kucir satu mulai berantakan dan lepek karna keringat.

" Lo tenang aja, emang kita belum nemuin titik terang buat semua, tapi Lo harus yakin kalau bangkai mau dikubur sedalem apapun tetap pasti bakal ketahuan, walau bangkai itu udah jadi artefak," jawab seorang lelaki dengan santai dan melampirkan sebuah handuk di pundak gadis itu.

" Apa sih Lo, gue tuh lagi sedih, gue lagi frustasi, Lo malah bercandain gue kayak gitu, nyebelin banget sih Lo," ujar Adel memukul pelan pundak lelaki itu, lelaki itu menangkis pukulan Adel dan melayangkan sebuah pukulan tepat di wajah Adel.

Adel memejamkan matanya agar rasa pukulan itu tak begitu sakit, namun tak ada rasa apapun di pipinya. Adel membuka mata perlahan dan melihat lelaki itu menatap Adel dengan geli. Gadis itu langsung mendengus kesal karna sadar telah dikerjai oleh pengawal pribadinya sendiri.

" Lo harus fokus setiap saat, karna Lo gak akan tahu kapan bahaya datang, bahkan Lo harus siap walau bahaya itu datang dari arah belakang dan tiba - tiba, reflek Lo jelek banget sih asli," ujar lelaki itu dengan jujur dan menggeleng tak percaya. Adel langsung memicingkan matanya dan bergumam kecil.

" Ya mana bisa gue kalahin Lo sih Boy? Lo aja udah masternya master, kekuatan lima puluh pengawal profesional. Bayar mahal gue buat minta Lo jadi pengawal gue, gimana bisa gue lawan Lo coba?" tanya Adel sambil mengelap wajahnya dengan handuk yang diberikan oleh pria yang disebut Boy.

" Gue lahir juga bayi dulu baru segede ini, lagian gue cuma dua tahun di atas Lo, dan Lo bilang mana bisa? Lo bisa kalau Lo mau, kalau Lo niat dan yang penting fokus Del, dan jangan lakuin semua berdasarkan emosi Lo, tapi pakai otak," ujar Boy sambil menoyor pelan kepala Adel, gadis itu merengut dan memegang dahinya.

" Terus ini kita mau gimana Boy? Gue udah buntu banget, gue udah selidikin semua orang terdekat dan bahkan musuh musuh bokap, tapi gak ada petunjuk siapa yang bunuh nyokap gue." Adel mengembalikan handuk itu dan mengambil air mineral untuk diteguk

" Lo tenang aja, babang Boy bakal temenin neng Adel dan bakal berusaha buat temuin siapa yang bunuh mamah mertua, Neng Adel sabar dulu ya."

~ Plaaak

" Geli gue kalau Lo ngomong kayak gitu, asli deh," ujar Adel bergidik dan langsung terkekeh karna tamparan di pipi Boy memang cukup keras, namun Boy bukanlah lelaki lemah yang langsung tumbang dengan panasnya telapak tangan Adel.

" Parah Lo, sama calon suami kayak gitu, durhaka Lo woy, pantes aja jomblo, galaknya kayak singa betina, takut kalik ah yang mau deketin Lo," ujar Boy bergidik ngeri membayangkan sifat brutal dan bar bar yang Adel miliki sejak lahir.

" Boy, Lo mau ajarin gue main pistol gak?" tanya Adel serius dan mengabaikan bercandaan Boy yang memang sangat garing bagi Adel, gadis itu menimang dan memutuskan untuk bergabung di dunia gelap itu demi menemukan pembunuh Ibunya.

" Terus Lo mau nembak gue gitu? Gak usah aneh aneh Del, gak usah pakai pistol juga pasti gue terima kalau Lo yang nembak mah," ujar Boy dengan wajah serius. Dia memang tidak setuju jika Adel memutuskan untuk masuk ke dunia itu karna dia sendiri tak bisa keluar dari dunia kelam itu.

" Tapi gue bener bener pengen Boy, gue udah gak betah dan bahkan tangan gue gatel. Gue ngerasa bela diri gak cukup, gue perlu skill khusus buat senjata, please bantu gue," ujar Adel dengan tangan yang mengatup.

" Gak bisa Del, gue terlalu sayang sama Lo buat hal begituan, Sekali Lo masuk, Lo bakal hadapi ketakutan yang jauh lebih buruk dari yang selama ini Lo bayangin, gue gak mau karna emosi Lo jadi hancur," ujar Boy yang tetap tidak setuju dengan keputusan Adel.

" Tapi Lo nyatanya masih jadi manusia, masih baik baik aja dan bahkan masih bisa ngejagain gue kayak gini. Gue mau kita saling menjaga Boy, gak cuma Lo yang ngejagain gue tapi gue juga bisa jagain Lo suatu hari nanti," ujar Adel yang berusaha meyakinkan Boy dengan tekadnya.

" Gak bisa Del, gue gak mau ambi resiko. Gue udah disumpah gak akan bikin Lo dalam bahaya, dan sumpah itu pakai nyawa gue sendiri, gak akan gue sia sia in nyawa gue buat kepuasaan sesaat Lo," ujar Boy yang tetap teguh dengan pendiriannya.

Adel sudah tahu jika akhirnya seperti ini. Adel tahu jika Boy adalah pria yang memegang teguh apa yang dia katakan. Hal itu punya yang membuat Adel betah ada di dekat Boy, bukan berarti Adel memiliki rasa, mereka hanya saling menjaga, bukan saling mencinta.

" Gue bakal buktiin ke Lo Boy kalau gue layak buat diajarin sama Lo, gue bakal bikin Lo lengah dan nyerah, sampai akhirnya Lo mau ajarin gue, gak mau tahu lagi," ujar Adel mencolek pipi Boy dan langsung pergi dari tempat itu.

" Terserah Lo lah, gue gak akan pernah bawa Lo ke dalam bahaya, gak mau gue, nyawa gue cuma satu, gak akan gue buang buat cewek bodoh kayak Lo," ujar Boy saat Adel tak nampak lagi di tempat itu.

~ puk

Adel langsung melempar botol plastik kosong yang dia pegang, membuat Boy terkaget karna dilempar dari belakang, bahkan dia tak menyangka Adel masih bisa mendengar apa yang dia katakan.

" Tetap fokus dan waspada, kadang serangan otu datang dari belakang. Lo mah cuma bacod doang yang gede, masih kena aja sama gue," ujar Adel cuek sambil pergi dari tempat itu karna Boy sampai melongo.

*

*

Adel duduk tenang di sebelah Agatha yang menyantap bekal sehatnya, sementara gadis itu memakan bakso dengan banyak saos yang kabarnya tak menyehatkan. Bagi Adel, persetan dengan berita itu, yang penting rasanya lezat.

" Eh itu Key sama Lucy, kenalan dulu," ujar Adel saat melihat ke dua sahabatnya mendekat dan duduk di depan Adel. Agatha menghentikan makannya dan mengulurkan tangan dengan kaku ke arah Lucy.

" Apaan dah? Nagih utang?" Tanya Lucy dengan heran sambil menatap tangan gadis yang sangat No bagi Lucy dan Key. Gadis yang selalu menunduk dan tak berani memandang mata orang lain.

" Kepala Lo berat atau gimana sih? Kok nunduk mulu? Gak sopan tauk ngajak kenalan tapi kayak gitu," ujar Key secara gamblang membuat Adel melirik tajam ke arah Key yang tanpa dosa.

" Lo juga gak boleh gitu sih Key, masih baik dia mau temenan sama Lo, kalau gak juga pada males sama mulut pedes kayak Lo," ujar Adel berusaha mengode Key agar berhenti mengolok Agatha atau usahanya untuk 'mengubah' gadis itu akan sia sia.

" Hahahaha, bener juga Lo, maafin gue ya, kenalin, nama gue Key, yang ini Lucy," ujar Key yang langsung menangkap kode dari Adel, gadis itu bahkan menjabat tangan Agatha yang mulai turun karena takut dan merasa tidak diterima.

" Gue mau pesan batagor dulu, Lo mau ikut atau titip?" tanya Lucy pada Key. Gadis itu tidak ingin ikut campur urusan di depannya, dia juga takut salah bicara.

" Nitip aja deh, gue beli jusnya, Lo mau jus apa?" tanya Key setelah melepas jabatan tangan dan duduk tenang di kursi panjang kayu itu. Lucy tampak berpikir dan terdiam beberapa detik.

" eeeemm Jus alpukat aja deh gue, susunya dua gak usah pakai gula, thank you," ujar Lucy yang langsung pergi dari tempat itu. Sementara Key berjalan ke arah sebaliknya untuk membeli Jus. Sudah menjadi kebiasaan untuk membagi tugas diantara mereka agar tugas dapat selesai dalam waktu yang bersamaan

" Lo kenapa Ta?" tanya Adel dengan heran karna Agatha terus melihat ke arah Lucy dengan tatapan yang aneh, bahkan gadis itu tak mengalihkan pandangannya padahal Lucy sudah mulai mengantre dan menyebutkan pesanannya sambil berteriak - teriak agar pesanannya segera dibuatkan.

" Gak papa kok, teman teman kamu kelihatan galak yah," ujar Agatha tersenyum masam. Namun Adel malah tertawa menanggapi hal itu, Lucy dan Key hanyalah seorang yang enggan bergaul, apalagi jika modelnya seperti Agatha, Adel sangat paham akan hal itu.

" Yang paling galak itu gue, menurut Lo gue galak atau nyeremin gak?" Tanya Adel mengenai opini Agatha terhadapnya. Adel ingin membuat Agatha mengeluarkan pikiran atau uneg unegnya agar tak menjadi batu dalam hatinya.

" Menurut aku gak galak kok, cuma agak eeemmm ya gitu, tapi aku tahu kamu aslinya baik, apalagi kam sampai rela masuk BK karna bela aku waktu itu."

" Tahap satu cukup baik tenyata, Lo udah bisa ngomong panjang dan natap ke muka gue, pelan pelan Lo bakal jadi cewek cantik pujaan hati banyak cowok, percaya saja sama gue," ujar Adel yang membuat Agatha kembali menunduk, Adel sendiri langsung menyesal karna mengatakan hal itu tanpa filter.

Key kembali dari kedai Jus dan langsung duduk menyeruput Jus stoberry mix tomat yang sungguh lezat. Sengaja memilih itu agar Adel tidak meminta karna Adel tidak akan menyukai rasa ataupun aromanya.

Tak lama kemudian Lucy juga datang membawa kresek berisi batagor. Memberikan sebungkus untuk Key dan sebungkus lagi untuknya. Mereka makan dengan tenang menikmati setiap potongan yang masuk ke dalam mulut mereka.

" Lunetta apa kabar ya di sekolah itu? Apa dia udah ngerasa nelangsa gitu ya waktu di sana? Gue gak sabar lihat dan dengar curhatan dia masalah itu, hahaha," ujar Key sambil mengunyah makanannya. Benar juga, mereka tak pernah bertemu lagi setelah berlibur dari eropa tanpa Luna.

" Elo Adella? Lo pacarnya Rafa kan?" tanya seorang gadis yang tersenyum manis pada Adel. Gadis itu menggeleng pelan dan kembali mnyantap baksonya, ada banyak nama Adel di Dunia ini, tak mungkin dia yang dimaksud oleh mereka, apalagi jika membahas souvener.

" Iya kok sama, muka di foto sama aslina😚tenang aja, kami gak mau jahat sama Lo, kami malah pengen temenan sama Lo, tapi mendingan kita ngobrol di kantin kejujuran biar lebih enak," ujar orang itu menarik lengan Adel dari sana. Hal itu tentu langsung ditanggapi oleh Lucy dan Key yang menarik tangan Adel agar orang itu tidak bertindak semena mena.

" Gue bukan pacar Rafa, yang bener aja gue bisa pacaran sama cowok kayak gitu, iuh," sahut Adel dengan wajah jijik nan tengil yang membuat Orang itu menjadi jengkel dan malu. Orang itu sudah mengambil resiko bergabung dengan penghuni kantin kelas menengah bawah.

"Ikut gue aja yuk," ujar orang yang langsung menarik tangan Adel untuk pergi dari sana. Adel memberi kode untuk Lucy dan Key agar mereka tak mengikuti mereka ataupun melaporkan hal ini sehingga menjadi masalah besar.

" Gak papa, gue kan bisa jaga diri," ujar Adel dengan pelan dan membiarkan dirinya ditarik oleh kedua orang di depannya entah kemana. Orang itu berhenti dan tersenyum, menjentikkan jari dan tak lama setelah itu muncul beberapa orang membawa banyak paper bag yang entah apa isinya.

" Ini semua hadiah dari kamu buat kamu. Kami senang kalau kamu jadi pacarnya Rafa, itu artinya kamu pantas jadi teman aku, teman kami semua. Tolong di terima ya," ujar orang itu tersenyum senang.

Adel tersenyum ramah tanpa menyentuh semua hadiah itu. Gadis itu tak mau melukai atau membuat mereka semua tersinggung, tapi dia juga tak mau menerima semua hadiah yang tujuannya masih tak jelas baginya dan siapa pengirimnya.

" Maaf ya kak, tapi aku bukan pacar kak Rafa, kemarin itu cuma bercandaan aja, mana mungkin kak Rafa suka sama aku, hehe, makasih perhatiannya, tapi aku gak bisa terima, maaf ya," ujar Adel menundukkan kepalanya sekilas untuk menghormati mereka.

Adel hendak berbalik namun langkahnya langsung terhenti karna seseorang yang ada di depannya. Orang itu setan atau bagaimana sih? Kenapa orang itu ada di mana mana? Sangat memuakkan melihat wajah tampan itu setiap hari.

" Kok kamu ngomongnya gitu sih say? Kemarin kita udah resmi pacaran Loh, kamu gak boleh gak ngakuin pacar sendiri, nanti kamu kualat.

Adel mengernyitkan dahinya dan menatap Rafa dengan heran. Lelaki itu halu atau sedang dalam pengaruh obat? Sejak kapan mereka berpacaran sih?

Belum sempat Adel protes, Rafa sudah merangkul bahu Adel dan mengajak gadis itu pergi dari sana dengan riang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!