Seperti biasa, Adel berjalan ke kelasnya dengan damai, kali ini tanpa gangguan atau pun gunjingan siswa siswi SMA Semesta. Sedikit aneh bagi Adel yang sudah biasa dibully, kini suasananya sangat sepi, meski bagaimana pun hal itu baik untuk Adel sendiri. Dia memasuki kelasnya setelah membungkus sisa permen karet dengan tissue dan membuangnya di tempat sampah.
Gadis itu mengedarkan pandangannya, sejenak semua orang menatap ke arahnya, namun sesaat kemudian mereka kembali sibuk dengan urusan masing – masing, meski merasa ada sesuatu yang janggal, Adel hanya mengedikkan bahunya dan kembali duduk di kursinya. Agatha yang selalu hadir lebih pagi tersenyum tipis padanya dan kembali fokus pada novel yang dia pegang.
" Tha, aneh banget deh, masak tadi gue berangkat gak ada yang gunjing atau isengin gue gitu, padahal biasanya fans nya Rafa kan hobi banget bikin gue nelangsa, rasanya aneh aja gitu," ujar Adel yang membuat Agatha menutup novelnya dan membenarkan kaca mata yang bertengger di hidungnya.
" Kamu gak tahu? Rafa udah bilang ke semuaa orang buat berhenti isengin kamu, mereka semua diancam gitu sama Rafa, makanya mereka takut dan berhenti gangguin kamu," ujar Agatha yang membuat Adel mengernyit heran. Memang kapan Rafa memerintahkan mereka semua? Apa hanya Adel yang tidak tahu tentang ultimatum tersebut?
" Yah, gak tahu sih gue kalau dia nyuruh kayak gitu, yang jelas hal itu bagus buat gue, gue gak peduli sisanya. Akhirnya gue bisa haidup dengan tenang," ujar Adel yang meletakkan kepalanya di meja dengan tangannya yang menjadi bantal. Rasanya sudah lama sekali dia tidak brnapas lega, padahal dia hanya terbebas dari sosok bernama Rafa.
" Emm, I don't think so," ujar Agatha dengan pelan sambil mengode Adel untuk menengok ke arah pintu, Adel mendongakkan kepalanya dan menatap ke arah yang ditunjuk Agatha, gadis itu langsung mengusap wajahnya dengan kasar, sepertinya dugaannya salah, lelaki itu tetap datang, tapi..
" Sejak kapan Lo bisa berpakaian rapi kayak gitu, kak?" tanya Adel saat Rafa sudah sampai dan berdiri di depannya. Rafa tersenyum lebar, bahkan sampai menampakkan gigi – giginya. Lelaki itu tidak menjawab perkataan Adel dan memilih merapikan rambutnya yang sudah dipotong. Hampir saja Adel terkesan, namun dia teringat misi Rafa yang berkata akan membuatnya jatuh cinta.
" Gue bawa coklat buat Lo, katanya sih coklat bisa bikin mood naik, semoga setelah makan ini perasaan Lo bisa naik dan Lo bisa lewatin hari ini dengan kebahagiaan," ujar Rafa mengulurkan sebatang coklat yang sebenarnya cukup mahal. Adel menerima coklat itu, tersenyum dan langsung berbalik menatap teman yang ada di meja belakang.
" Buat Lo nih, Lo suka coklat kan? Ini coklat mahal loh," ujar Adel yang membuat senyum di bibir Rafa sekilas menghilang. Gadis itu berhasil menyentil emosinya, namun dia tahan sedemikian rupa. Gadis yang ada di belakang Adel tentu tidak berani mengambil coklat itu, apalagi tatapan tajam diberikan oleh Rafa yang tidak bisa dilihat oleh Adel.
" Coklat ini kan dikasih ke gue, nah berarti udah jadi punya gue dong? Nah gue gak boleh makan coklat, jadi gue kasih ke Lo. Gue tahu Lo suka coklat, udah nih ambil aja, gak usah takut," ujar Adel dengan senyum manis yang dia punya. Meski ragu, gadis itu mengambil coklat yng Adel ulurkan.
" Pintar, bilang terima kasihnya sama Rafa ya, banget yah dia," ujar Adel tersenyum manis ke arah Rafa, membuat lelaki itu yang awalnya marah jadi terdiam. Harus dia akui, Adel sangat cantik saat tersenyum seperti ini, namun bukan ini tujuan awalnya ke kelas Adel.
" Gue balik ke kelas dulu," ujar Rafa dengan depat dan langsung berpaling dari sana, namun ternyata tangannya dipegang oleh Adel, Adel tak mengijinkannya untuk segera pergi. Malahan, Adel ikut berdiri dan menggenggam tangan Rafa menggunakan tangannya.
" Gue terkesan, Lo cowok, tapi tangan Lo halus banget kak, sayangnya itu gak berpengaruh sama gue karna kemarin Lo udah bilang niat Lo, sebaliknya, Lo bisa aja mulai jatuh cinta sama gue kalau kaya gini terus, jadi suatu hari kalau Lo mulai jatuh cinta, gue gak bisa bertanggung jawab apapun," ujar Adel dengan pelan agar hanya Rafa yang bisa mendengar perkataannya.
" Ngomong apa Lo? Gue bahkan udah jatuh cinta sama Lo sejak pertama kali lihat Lo. Maknya gue bakal berusaha bikin Lo jatuh cinta sama cowok yang disukai nyaris satu sekolah," ujar Rafa yang menyombongkan diri di hadapan Adel.
" Boleh aja semua orang, kecuali gue. Selamat berjuang," ujar Adel dengan senyum manis sambil membelai pipi Rafa, hal itu membuat tubuh Rafa memanas, namun lelaki itu tak mau menunjukkan dia lemah di hadapan Adel. Lelaki itu hanya berbalik dan langsung pergi dari hadpaan Adel tanpa mengatakan apapun lagi.
" Katanya gak ada apa – apa sama Rafa, kok pegang – pegang pipi gitu sih?" tanya salah seorang teman kelas Adel yang membuat gadis itu terkekeh dan duduk kembali di kursinya. Gadis itu memang sengaja melakukannya untuk membuat Rafa merasa malu, dia tidak menyangka Rafa sungguh salah tingkah karna perbuatan isengnya.
" Sengaja biar dikomentarin sama Lo, sama kalian, bener kan dugaan gue, kalian komentar, hahaha," jawab Adel sambil mengibaskan rambut panjangnya yang dia ikat satu. Teman itu hanya menggelengkan kepalanya, sedikit banyak sudah paham dengan sikap Adel yang selalu seenaknya. Setidaknya mereka sudah percaya bahwa Adel bukanlah seperti yang anak kelas lain bicarakan.
" Vivi, Lo beneran suka coklat kan? Gue tadi ngarang soalnya," tanya Adel yang teringat dengan perbuatannya. Vivi mengangguk membenarkan, namun kembali mengulurkan coklat tersebut kepada Adel saat tahu Adel sengaja 'menggoda' Rafa, rasanya dia tidak enak jika harus mengambilnya dari Adel. Hal itu tentu membuat Adel mengernyitkan dahinya.
" Itu buat Lo aja sih, gue kan udah kasih ke Lo, gue beneran gak boleh makan coklat, dan kebetulan Lo suka, ya udah buat Lo aja," ujar Adel dengan senyumnya. Vivi langsung merekah dan mengangguk, tak lupa mengucapkan terima kasih pada Adel dan menyimpan coklat itu. Tak mungkin dia langsung memakan pemberian 'prince charming', meski awalnya bukan dia yang diberi oleh orang itu.
Pembelajaran pun dimulai, satu lagi pembelajaran yang membosankan , ditambah siswa bar – bar yang membuat hari Adel merasa lelah, dia memilih untuk langsung pulang ke rumah, apalagi kali ini tapa gangguan dari Rafa, dia akhirnya bisa kembali ke hidup tenangnya.
Ke esokan harinya, Adel sudah duduk di kursinya dengan ponsel yang menampakkan video teknik bela diri yang mungkin belum dia pelajari. Gadis itu menatap serius sambil sedikit memperagakan dan mengambil tangkapan layar lalu mengirimnya ke kontak Joy agar mereka mempelajarinya bersama. Hal yang sudah mereka lakukan bersama selama bertahun – tahun.
" Selamat pagi, Adel," ujar seorang lelaki dengan suara berat namun terdengar ramah. Tanpa melihat saja Adel sudah tahu siapa yang menyapanya. Gadis itu hanya berdehem untuk menjawab sekaligus menanyakan tujuan lelaki itu datang ke kelasnya. Lelaki itu tersenyum kecut dan mengulurkan tempat makan berisi kue mangkuk kecil yag menggoda selera.
" Gue bawa kue buat Lo, siapa thu Lo suka, ini ga mnegandung coklat kok," ujar Rafa yang membuat Adel mengalihkan pandangannya dan mematikan video yang dia tonton. Adel mengambil kotak makan itu dan membukanya. Tampaklah di depan matanya beberapa kue mangkuk kecil yang diberi toping madu dan gula halus.
" Terima kasih banyak Rafa," ujar Adel tersenyum manis, membuat Rafa senang karna Adel menyukai apa yang dia bawa hari ini. Namun ternyata Adel hanya menutupnya kembali dan memberikan kotak tersebut kepada Agatha yang diam – diam memperhatikan mereka. Adel membuka kotak kue tersebut di depan Adel.
" Lo belum sarapan kan? Kue kayak gini enaka banget loh buat sarapan, buat Lo aja nih, gue kekenyangan nih tadi udah sarapan banyak, daripada rasanya gak enak di perut gue, mending buat Lo aja," ujar Adel yang membuat Agatha terkejut. Agatha tidak mau mengambil tempat makan itu dan hanya memandang Adel.
" Gue balik ke kelas dulu," ujar Rafa yang tidak menunggu Adel dan Agatha menyelesaikan percakapan mereka. Adel mengikuti langkah Rafa dengan matanya sampai lelaki itu menghilang di balik pintu. Adel tersenyum kecil, namun Agatha masih bisa melhat senyum itu. Agatha mengambil tempat makan yang ada di hadpaan Adel, namun gadis itu menarik kembali tempat makan yang diambil Agatha.
" Gue lapar, gue tadi gak sarapan," jawab Adel dengan ketus sambil membuka tempat makan itu dan langsung membuat Agatha tertawa tanpa sadar. Gadis itu hanya ingin membuat Rafa kesal dan membuat lelaki itu menyerah padanya, apalagi Adel sangat tahu jika Key tergila – gila pada lelaki itu, Adel tak mungkin merebut Rafa begitu saja.
Benar saja, setelah dia menghabiskan makanan kecil tersebut, Adel mendapat pesan dari Key yang memintanya untuk datang ke rumah Luna setelah pulang sekolah, entah mengapa hal itu membuat Adel merasa tidak enak, pasti Key ingin mendesaknya lagi, membuatnya pusing lagi dan lagi.
Adel memasuki rumah paling mewah di antara mereka berempat, rumah bertingkat empat dimana dia bisa melihat kakak Luna yang merupakan cinta pertamanya, meski sebenarnya dia juga merasa kasihan pada sahabatnya itu karna dipaksa untuk bersekolah di sekolah yang mayoritas pria. Bahkan Adel pun akan tertekan jika seperti itu.
" Langsung ke kamar aja." Adel langsung mematikan sambungan telponnya dan berjalan ke arah lift yang ada di ujung ruangan. Banyak pelayan yang melihatnya menghentikan langkah dan menyapa sopan, Adel sendiri sudah sangat sering datang ke tempat ini, jadi mereka juga tahu dia sahabat baik pemilik rumah.
" Wih, udah ramai, ngomongin apa nih?" tanya Adel yang langsung bergabung dengan mereka di kasur. Lunetta, sang pemilik rumah tampaknya menghadapi hal brat hingga gadis itu hanya menghela napasnya, Key yang tampak sekali marah padanya hanya diam enggan menjawab, dan Lucy, haahh, gadis itu bahkan tak mengerti mengapa mereka berada di sini.
" Gue kenal sama cowok, namanya Radith. Kayaknya gue suka deh sama dia, tapi kayaknya sih gak mungkin gue jadian sama dia, kayak yang beda ras gitu," ujar Luna yang mengjelaskan kembali kepada Adel apa yang sudah dia ceritakan pada Key dan Lucy.
" Beda ras? Memang jaman sekarang masih berlaku ya cinta harus rasnya sama? Kalau Lo suka sama dia dan dia suka sama Lo ya kenapa enggak? Dia nunjukin kalau dia suka sama Lo gak? Atau Lo Cuma mengagumi tanpa dicintai? Jadi Pasha ungu deh Lo," ujar Adel dengan spontan yang membuat Key entah mengapa tersinggung.
" Lo nyindir gue? Lo pamer gitu karna Lo disukai sama dia sementara gue Cuma bisa mengagumi dia?" tanya Key dengan nada tinggi yang membuat Luna menengok kaget. Adel sendiri sampai tersentak karna memang dia tak memiliki niat seperti itu sama sekali, kenapa Key sangat baper akan hal ini?
" Apa sih Key? Kalian ada masalah apa sih? Pantes aja gue ngerasa panas di sekitar sini, kalian kenapa? Cepet ceritain," ujar Luna yang mendesak mereka, Key hanya mengatakan 'tanya Adel' lalu pergi dari sana dengan cepat. Hal itu kembali membuat Adel merasa kaget dan memilih bangkit untuk mengejar Key.
" Kenapa sih mereka?" tanya Luna pada Lucy yang masih ada di sana. Lucy hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, karna memang dia tidak tahu apa yang terjadi pada dua orang itu, dia terlalu tidak mengerti permasalahan yang ada di ekolah, lebih baik dia mengerjakan laporan praktikum yang tidak ada habisnya.
" Key! Lo kenapa sih? Kok Lo jadi Childish gitu?" tanya Adel yang langsung emmegang tangan Key sebelum gadis itu memasuki lift. Key menepis tangan Adel dan berbalik, menatap gadis itu dengan tajam dari atas ke bawah. Gadis itu langsung tertawa sinis dan memiringkan senyumnya.
" Gue Del? Gue Childish? Fine! Gue emang Childish, tapi gue gak pernah munafik di depan Lo. Gue gak pernah bilang gak suka sama orang tapi diam – diam pacaran dan ada rasa sama orang itu! Gue gak nyangka Lo itu munafik Del! Harusnya dari awal gue gak percaya sama Lo yang bilang gak suka sama dia."
" Gue memang gak suka sama dia, dan gue jujur. Kenapa Lo selalu mikir gue suka sama dia sih? Siapa yang sebenernya kasih racun pikiran ke Lo? Gue tuh sabahat Lo Key," ujar Adel yang membuat Key tersenyum sekaali lagi. Gadis itu merogoh tasnya dan menunjukkan beberapa lembar foto dan melemparnya ke arah Adel.
" Gue masih tahan saat gue dapat foto foto itu Del, dan gue harap Lo bisa jujur sama gue, Lo bisa jelasin ke gue, tapi ternyata Lo tetap bohong sama gue dengan semua kalimat bullshit itu, muak gue sama Lo." Key langsung pergi dari sana dengan kesal.
Adel mengambil foto yang berserakan itu dan melihatnya satu persatu, ternyata ada seseorang yang ingin mengadu dirinya dengan Key, dan orang itu memfoto kejadian kemarin dari luar pintu, kemungkinan besar bukan anak kelasnya.
" Menggunakan cara murahan, oke gue terima tantangan Lo."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Alvi Danis
Waw keren ceritanya Thor,..lanjutnya jangan lama" doonk..
2020-01-06
1