Bab 3

Suasana kantin yang ramai hening seketika, Adel dan teman temannya serta anak kelas X lain menjadi bingung apa yang terjadi hingga mereka bungkam, padahal tadinya mereka ricuh dan berisik, sampai penjual jajanan pun diam dan menjuali pembeli dengan hening.

" Ada apa sih?" Bisik Key dengan tatapan menyelidik, tidak ada yang salah, namun suasana seperti ini memang tidak biasa. Adel menggeleng dan melirik sekitar dengan waspada, Adel merasa ada sesuatu mendekat, insting bela dirinya mengatakan hal seperti itu.

Adel langsung berbalik dan melayangkan tinjunya saat merasa hawa itu mendekat, penghuni kantin termasuk Key dan Lucy memekik saat tangan Adel berhasil dicekal oleh orang itu. Adel sendiri melotot kaget dan berusaha menarik tangannya yang di cengkram kuat.

" Bagus juga refleknya," ujar orang itu tenang dan memandang Adel dengan mata dingin yang mengintimidasi, namun Adel tidak takut sama sekali, dia hanya berusaha melepaskan tangannya, alhasil dia memilih untuk melayangkan tangan satunya.

Namun naas, tangannya ditangkap oleh orang yang entah muncul dari mana, Adel diam namun tak pasrah, dia berusaha mengingat dua wajah yang memegang tangannya, Adel diam dan tidak berontak saat mengingat siapa yang ada di depannya, Adel memandang dua orang itu datar.

" Lo harus tahu kapan Lo bisa pakai tinju ini, karna ini bisa jadi boomerang buat Lo," ujar orang yang terakhir hadir, Adel tak menjawab, gadis itu sadar dia ada di posisi tidak menguntungkan. Dia memilih melihat sekitar yang tampak penasaran dengan kejadian ini, memang mereka berdua siapa sih di sekolah ini?

Kedua orang itu melepaskan tangan Adel, salah satu diantara mereka mulai mendekat membuat Adel memundurkan kepalanya secara reflek, entah mengapa lidahnya kelu dan tidak bisa mengeluarkan rasa keberatan diperlakukan seperti ini.

" Coba terbiasa sama situasi kayak gini, baru Lo pantes jadi cewek gue," ujar orang itu persis di telinga Adel, gadis itu menengok dan menatap tak suka pada orang itu, memangnya Adel mau dengan dia? Orang itu tersenyum tipis, sangat tipis sampai Adel hanya bisa melihatnya selama dua detik.

" Huftt, tahan napas gue lihat mereka. Mereka tadi bisikin apa ke Lo Del?" Tanya Key dengan penasaran, pasalnya dia hanya bisa melihat perubahan wajah Adel tanpa tahu apa yang mereka bicarakan. Melihat respon penghuni kantin lain, pasti bukan hal bagus dan Key tidak mau Adel kembali terkena masalah.

" Gakpapa, gak penting juga. Balik yuk gue gak betah dilihatin kayak gini, males gue," ujar Adel yang bangkit berdiri, Key hanya mengangguk dan ikut bangkit berdiri sementara Lucy tetap tenang dengan baksonya, membuat Key gemas dan menarik paksa gadis itu, bagaimana bisa Lucy tidak penasaran sama sekali?

Mereka kembali dari kantin menuju lapangan, mencari tempat teduh dan menunggu waktu istirahat selesai. Baru saja Adel meletakkan pantatnya di lantai itu, segerombolan gadis menghampirinya dan menatapnya dengan penasaran. Adel yang ditatap mencoba santai dan menunggu apa yang akan mereka lakukan, jujur saja Adel sudah lelah untuk berhadapan dengan orang orang aneh disini.

" Lo cewek yang tadi didatengin Rafa ya? Rafa ada urusan apa datang ke Lo? Terus tadi dia bisikin apa ke Lo?" Pertanyaan dari salah seorang gadis yang Adel yakin adalah ketua gengnya. Apa urusan mereka dengan lelaki tadi, dan namanya, Adel tidak asing dengan nama itu.

" Rafa?" Tanya Adel membeo sambil mengerutkan keningnya. Sepertinya Adel pernah mendengar nama itu, tapi dimana? Adel masih tidak bisa mengingatnya.

" Iya Rafa, Waketos sekolah ini, eh lupa gue, Lo anak baru ya, pantes gak tahu Rafa. Gue saranin ke Lo gak usah dekat dekat sama Rafa, gue bilang gini karna gue kasihan sama Lo kalau sampai jadi korban berikutnya."

Wajah serius orang itu membuat Adel memikirkan perkataan gadis itu. Memang Adel tak ingin mencari masalah, dan dia tidak berencana untuk menemui lelaki itu, meski sebenarnya lelaki itu juga membantunya menyelesaikan hukuman tempo hari.

" Makasih sarannya kak, saya bakal lebih hati hati," ujar Adel sopan dan tersenyum, orang itu mengangguk puas dan pergi begitu saja dari sana. Adel memicingkan mata curiga karna melihat mereka berbisik riang saat cukup jauh dari Adel.

" Tumben Lo terima saran orang asing Del? Kayak bukan Lo," ujar Key menatap Adel dengan bingung sekaligus curiga, penasaran apa yang sebenarnya akan Adel lakukan.

" Emang gue ada bilang terima saran mereka? Gue kan cuma bilang makasih udah kasih saran, perkara mau gue ikutin atau engga ya urusan nanti," jawab Adel dengan santai membuat Key mengangguk paham.

Key menengok ke arah Lucy yang memandang mereka dalam diam, pantas saja Key merasa tak nyaman, kebiasaannya sejak kecil jika ada yang memperhatikan dia akan merasa tak nyaman, hal itu pula yang membuat Key sering tidak nyenyak dalam tidurnya karna selalu merasa diawasi.

" Lo kenapa sih Luc? Kok ngelihatin gue sama Adel sampai kayak gitu? Serem tahu gak sih," ujar Key sambil meraup wajah Lucy yang fokus melihat ke arahnya. Lucy menggeleng lemah dan menghela napasnya.

" Gue udah coba ikutin apa yang kalian omongin, tapi gue tetap gak ngerti, terus gue mau nyahut tapi takut salah ngomong, jadi gue cuma lihatin kalian berdua aja," ujar Lucy dengan polosnya, membuat Adel kan Key berpandangan cukup lama.

" Huahahahahahha!! " Mereka tertawa ngakak sampai saling dorong, melihat wajah polos Lucy serta pikiran lemotnya memang terkadang menjadi hiburan tersendiri. Sebenarnya apa isi kepala Lucy?

" Gue tuh sebenernya kasihan sama Lo, cuma kadang kesel aja, Lo pahamnya apa sih? Hahahaha, sakit perut gue *****," ujar Key memegang perutnya sambil terus tertawa sementara Lucy mengerucutkan bibirnya karna merasa diejek.

" Gak usah baper gitu, gue cuma bercanda kalik, ya walau sebenarnya itu kan fakta, hahaha, gue tetap sayang sama Lo kok walau Lo lemotnya gak ketulungan," ujar Key merangkul Lucy yang masih cemberut, sementara Adel hanya terkekeh karna tingkah mereka.

Adel melihat ke arah kanan karna merasa ada yang memperhatikan, dia melihat segerombolan pria melihat ke arahnya, namun dia tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Mereka tampak berdebat sebelum akhirnya pergi dari sana saat sadar Adel mengetahui keberadaan mereka.

" Kayaknya gue harus hati hati," ujar Adel pelan sambil menunduk, dia tidak ingin Key dan Lucy terlibat, bila itu hal buruk, biarlah hanya dia yang merasakannya.

" Eh Del, lo beneran gak kenal sama cowok yang namanya Rafa itu?" Tanya Key setelah dia puas bersenda gurau dengan Lucy. Adel yang dipanggil menengok dan menggeleng karna memang dia sungguh tidak tahu siapa lelaki itu.

" Kalau dia waketos, berarti dia yang bantu gue waktu dihukum sama panitia kemarin, dia mau tanda tanganin surat perjanjian gitu, tapi gue sekilas gak ingat wajahnya dan gue juga gak kenal dia siapa," ujar Adel menjelaskan situasi apa adanya.

" Yah, gue kirain Lo kenal sama dia," ujar Key dengan lesu sambi memegang dagunya, dia mengambil ponsel dan membukanya, Adel yang memerhatikan Key pun ikut merasa heran.

" Memang kenapa?" Tanya Adel dengan penasaran, Key menegak dan menatap Adel dengan mata yang berbinar, begitu saja Adel sudah bisa menebak apa yang ada di pikiran Key.

" Kalau Lo kenal kan gue bisa minta kontaknya, cakep sih dia, gue udah langsung jatuh cinta gitu, rahim dalam perut gue udah meronta - ronta waktu lihat dia tadi."

Adel langsung menoyor kepala Key cukup keras, berharap isi kepalanya kembali normal. Bagaimana mungkin Key selalu bersikap seperti ini saat melihat lelaki tampan, bahkan nyaris setiap saat Adel harus berkorban dan meminta kontak mereka demi Key.

" Loh bukannya Lo masih sama si Bule?" Tanya Lucy yang mengingat bahwa Key berkenalan dengan seorang pria 'lokal' saat mereka mengunjungi Paris di liburan terakhir. Liburan yang menyenangkan meski rasanya tak lengkap karna Luna tidak bisa hadir. Gadis itu harus mengikuti tes untuk masuk ke STM Taruna.

" Ya kan dia gak tahu kalau disini gue punya cowok lagi, lagian gue gak yakin bakal ketemu lagi sama tuh orang, modal Vidcall aja mana cukup. Rindu itu ketemu coy, bisa dirasakan hangat peluknya," ujar Key memeluk dirinya sendiri. Adel hanya menghela napasnya, tidak paham lagi dengan Key.

" Parah Lo, gak nyangka gue punya temen se gila Lo. Lagian apa gantengnya tuh cowok sih? Perasaan biasa aja deh, ganteng juga bang Jordan," ujar Adel mengutarakan pendapatnya. Key memutar bola matanya karna sudah menebak Adel akan membawa nama Jordan.

" Selera Lo yang Om Om gitu ya? Bang Jordan umur 25 coy, mana mau dia sama bocah kayak Lo? Mending cari yang nyata bisa dipacarin," ujar Key semangat sambil menepuk pundak Adel. Adel menggelengkan kepalanya mendengar respon Key.

" Cari yang nyata juga gue yang maju buat minta kontaknya ke orangnya. Lo mah cuma ngumpet di ketek gue terus tahu tahu jadian, kampret Lo," ujar Adel menyingkirkan tangan Key yang ada di pundaknya.

" Ya udah tuh Rafa deketin aja, mana tahu dia sebenarnya suka sama Lo kan?" Usul Key dengan ngawur, membuat Adel spontan menabok kepala Key pelan. Key yang ditabok terkekeh sementara Lucy masih menjadi pendengar setia.

" Gak mau gue, bukan tipe, buat Lo aja, makasih," ujar Adel bergidik geli, Rafa sama sekali bukan tipe Adel. Tipe Adel adalah pria dewasa berahang tegas, wajah bersih serta berwibawa, dan dia masih menemukan pribadi itu dalam diri Jordan saja.

" Bener loh Lo gak mau sama Rafa, dia buat gue aja berarti? Bener loh ya," ujar Key menunjuk nunjuk Adel, Adel memandang Key dengan aneh dan menyingkirkan tangan Key yang menunjuknya.

" Ambil aja, bungkus, bawa pulang, Tapi..." Adel mengangtungkan kalimatnya dan memandang Key seperti menahan tawa, Key menautkan alisnya dan memiringkan kepala memandang Adel, menunggu Adel melanjutkan kalimatnya.

" Tapi apaan ****? Gue nungguin nih," ujar Key setelah lama Adel hanya diam dan memandangnya, Adel terkekeh karna memang dia sengaja menunggu Key meresponnya.

" Tapi...... Kalau dia mau sama Lo, haahaha," tawa Adel pecah karna Key nampaknya baru menyadari hal itu, selama ini dia selalu mendapatkan lelaki yang dia incar. Bagaimana jika lelaki bernama Rafa itu menolaknya? Bisa mati kutu Key padahal dia sudah kepedean seperti ini.

" Kemungkinan besar dia mau sih sama gue, mengingat yang sudah sudah loh ya, tinggal gimana gue bisa dapat kontak dia aja," ujar Key menaikkan kepercayaan dirinya sambil mengibaskan rambut panjangnya yang diikat 8 karna dia lahir tanggal 6 di bulan 2.

" Minta tolong Adel aja kayak biasanya," ujar Lucy menyahut memberi saran. Key berbinar sementara Adel memandang Lucy dengan kesal.

" Good Idea Lucy, Lo memang sahabat gue yang paling baik, ya kan Del?" Tanya Key dengan geli, Adel tak menjawab, bahkan menengok pun tidak. Gadis itu melihat lapangan yang mulai ramai karna waktu istirahat sudah habis. Adel langsung berdiri dan berjalan menuju lapangan, meninggalkan Key yang tertawa geli dan Lucy yang tak mengerti.

*

*

*

" Lo yakin dia target berikutnya?" Tanya seorang pria pada teman yang ada di depannya. Saat ini segerombolan pria itu berkumpul di kantin sambil menghisap racun yang ada di tangan mereka.

" Kayaknya gak mudah boy, kenapa gak temannya aja?" Tanya pria yang lain lagi. Sepertinya mereka tak yakin dengan keputusan yang dibuat oleh pemimpin mereka disini.

" Well, gue tertarik sama dia, selamai ini gue dapat cewek yang kalem dan mau aja sama gue, gue pengen coba yang ganas kayak dia," ujar lelaki itu sambil mengeluarkan asap dari dalam mulutnya.

" Kita lihat kawan kawan, apakah Bos Rafa bisa memenangkan cewek tadi? Eh tapi, darimana Lo yakin dia masih virgin? Lo tahu kan Bos besar minta nya gimana?" Tanya seorang pria lain memandang Rafa dengan serius.

" Kalau gue pribadi yakin dia Virgin, kelihatan dari gerak geriknya, that's why gue santai aja pilih dia," ujar Rafa dengan santai. Dalam kepalanya memikirkan suatu rencana yang cukup bagus untuk mewujudkan keinginannya.

" Kenapa Lo gak berhenti aja sih Fa? Lo gak kasihan sama mereka, apalagi kebanyakan cewek polos gitu."

" Iya Loh ****, sampai ada yang bunuh diri, Terus yang terakhir kemarin kabarnya masuk rumah sakit jiwa," ujar seseorang sambil menepuk pundak Rafa, membuatnya dihadiahi tatapan tajam dari lelaki itu.

" Gak usah pake nabok ****! Kayak cewek Lo," sentak Rafa menggeplak kepala orang yang tadi menabok pundaknya. Orang itu terkekeh memegang kepalanya yang terasa perih dan pusing, namun dia tidak bisa membalas Rafa.

" Terus Lo mau pakai cara apa? Kalau Lo pakai cara biasa aja pasti gak mempan, kelihatan bar bar gitu," ujar seorang yang memiliki papan nama Arya. Arya sebenarnya tidak pernah setuju dengan tradisi ini, satu persatu dari mereka sudah mundur, namun entah mengapa Rafa tetap mau mengikutinya.

" Gue bakal pikirin lagi, gue gak mau buru buru Boy, yang kemarin juga masih anget dan masih bisa kebayang rasanya," ujar Rafa tersenyum miring dan mematikan benda beracun di tangannya karna tinggal sedikit.

" Gue harap Lo segera berhenti Boy, gak takut karma Lo?" Tanya Arya yang heran sedari dulu Rafa yang paling mau melakukan hal seperti ini. Meski sebenarnya Arya tahu Rafa sudah muak, namun dia tetap berpura pura bahagia melakukan semua ini.

" Gue gak percaya sama Karma, dan lagipula Lo tahu dengan pasti alasan gue memulai ini semua," ujar Rafa dengan sinis, Arya hanya bisa pasrah dan mengangguk, berharap Rafa akan sadar dengan sendirinya, berharap lelaki itu menemukan seseorang yang akan mengubahnya.

Terpopuler

Comments

SHLDC’s Company

SHLDC’s Company

menurutku omongan anak 2 yg baru masuk sma,kok terlalu dewasa ya...

2023-03-26

0

Winsulistyowati

Winsulistyowati

Kya'e Seruu ni Thor..

2022-12-25

0

Anisa Fitria

Anisa Fitria

penasaran ama kisah rafa soal tak ingin itu

2020-07-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!