Adel menengok ke arah pintu utama. Sudah lebih dari lima belas menit dia menunggu di sebuah restoran yang ditulis dalam sebuah pesan yang Rafa kirimkan. Apakah lelaki itu hanya mengerjainya? Adel bahkan sudah terlambat sepuluh menit, dan dia masih harus menunggu lima belas menit. Gadis itu mencoba menelpon Rafa, namun nomor lelaki itu tak aktif.
Merasa kesal dan yakin bahwa dia hanya dikerjai, akhirnya Adel memberi pesan pada Rafa dengan huruf kapital yang mengatakan dia sudah menunggu lama dan dia akan pulang, sekaligus menegaskan pada Rafa bahwa ini kali terakhir dia diperlakukan seperti ini. Adel langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas dan pulang menggunakan taksi online yang sebelumnya sudah dia pesan.
Bahkan Adel tidak ingat jika dia memiliki Joy yang siap mengantar jemput dirinya, dia sudah terlanjur meminta Joy untuk tidak mengikutinya karna dia pergi bersama Rafa, sepertinya itu keputusan yang bodoh bagi Adel. Apapun itu, yang jelas Adel bertekad tak akan pernah menuruti atau bahkan menanggapi lelaki bernama Rafa.
" Nona, Nona sudah pulang? Kenapa cepat sekali? Kenapa wajah Nona murung? Bukankah ini kencan pertama Nona? Bahkan Nona memakai baju yang sangat jarang Nona gunakan," ujar Joy yang menyadari bahwa Adel sedang tidak dalam mood yang baik. Adel hanya memberi tatapan tajam, membuat Joy langsung menutup mulutnya rapat – rapat dan membiarkan Adel berlalu.
Joy langsung yakin jika semua tidak berjalan dengan baik, jadi lebih baik jika dia tidak mengganggu Adel sementara waktu. Joy kembali fokus pada laptopnya yang sedang mencari informasi tentang banyak hal yang menimpa Adel belakangan ini, termasuk nomor yang memberi Key sekumpulan foto Adel dengan Rafa.
Senyum di bibir Joy langsung terangkat saat dia menemukan sebuah hal yang sangat menarik dan mungkin akan membuat Adel sangat terkejut. Tak sulit baginya untuk menemukan semua informasi ini, namun rasanya dia harus sedikit bermain – main dan mengulur waktu sambil menonton pertunjukan ini. Joy akan memberi tahu Adel saat suasana hati gadis itu membaik.
" Gue benci banget, gue benci. Terlalu takut sama ancaman dia, sampai – sampai dia tidak berpikir sedikitpun bahwa dia sedang dipermainkan. Lihat saja, dia akan membalas itu segera saat dia bertemu Rafa besok. Untuk kali ini biarkan Rafa menang dan tertawa, lain kali Adel yang tertawa.
*
*
" Nona, saya mau memberitahukan satu hal kepada Nona," ujar Joy saat Adel keluar dari kamarnya dengan terburu – buru. Bahkan dia belum memakai dasinya dan hanya memakai sebelah sepatunya. Adel langsung mengibaskan tangannya dan menarik tangan Joy untuk bergegas pergi dari sana, dia sudah terlambat dan dia lupa kalau kelasnya harus berangkat lebih pagi hari ini.
" Gue idah telat, kita harus berangkat sekarang, nanti aja cerita di jalan," ujar Adel yang mengambil roti bakar diatas meja dan menggigirnya. Sementara Joy langsung bergegas keluar dan masuk ke dalam mobil. Mereka langsung berangkat dengan Adel yang masih setia memakai sebelah sepatunya dengan dasi yang hanya dia gantungkan.
" Nona, sebenarnya saya mau mengatakan bahwa.." Joy tidak jadi melanjutkan kalimatnya karna dia melihat Adel yang sedang sibuk sendiri dengan wajah yang kesal luar biasa. Joy jadi tidak yakin harus memberitahu hal ini kepada Adel atau tidak.
" Bentar Joy bentar, ini urgent banget, gue harus telpon temen gue dulu, Lo ngomongnya nanti aja ya,' ujar Adel dengan cepat sambil memencet beberapa nomor yang ada di ponselnya. Setelah itu dia sibuk membicarakan banyak hal kepada temannya sampai dia tak ingat Joy harus mengatakan sesuatu padanya.
Bahkan panggilan Adel tetap berlanjut sampai mereka ada di depan gerbang utama SMA Semesta. Adel langsung memakai sebelah sepatunya dan melambaikan tangan ke arah Joy tanpa mematikan sambungan telpon. Joy yang melihat itu hanya mengangguk dan membiarkan Adel masuk ke dalam sekolah itu. Meski setelahnya Joy menghela napas panjang dan menggelengkan kepalanya.
" Padahal ini info yang sangat penting untuk dia, kenapa dia malah ngediemin gue coba? Untung aja udah gue jagain dari kecil, kalau gak udah gue pites kepalanya," ujar Joy yang melajukan mobilnya ke jalanan untuk kembali ke rumah. Dia memiliki banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan agar hidup Adel tak terlalu sulit nantinya.
Joy melihat ke arah spion dan langsung saja instingnya merasa bahwa ada yang mengikutinya. Dia mencoba untuk berbelok, benar saja, dua mobil yang sedari tadi ada di belakangnya ikut berbelok meski jarak mereka cukup jauh. Joy langsung menambah kecepatan agar orang – orang itu kehilangan jejaknya.
Joy langsung mengambil sebuah senjata di dashboard mobil dan menyimpannya di kakinya. Dia sudah menyiapkan semua hal bila kejadian seperti ini menimpanya. Memang untuk berjada dia harus menyimpan senjata Api dimana pun dan kapan pun. Joy juga menyiapkan sebuah pistol kecil yang dia selipkan di sebuah tempat yang ada di lengannya.
" Wah, Tuan Prameswara, sepertinya musuh anda jauh lebih berani dari sebelumnya, mari kita lihat seberapa jauh mereka bertahan," ujar Joy yang langsung berbelok dengan kecepatan yang masih tinggi dan masuk ke jalan pantura. Dia tidak bisa pulang ke rumah dengan keadaan seperti ini, atau semuanya akan menjadi dalam bahaya.
Joy kembali melihat spion dan ternyata orang – orang itu tidak bisa mengikutinya karna mereka tidak menyangka Joy nekat berbelok dengan posisi kecepatan tinggi. Lelaki itu langsung melajukan mobilnya mengikuti jalanan lurus yang lebar dan tampaknya sangat panjang. Bahkan mungkin akan membawanya ke luar kota.
" Baiklah, mari kita sedikit berjalan – jalan," ujar Joy yang mulai mengurangi laju mobilnya dan menyetir dengan santai. Lelaki itu melihat sekitar. Ya, dia melihat jalanan padat dimana – mana, tak ada suasana sejuk atau pemandangan yang membuat mata menjadi segar. Nasib bertempat tinggal di ibu kota, bahkan untuk melihat hijaunya hutan alami sudah sangat sulit.
" Wah mereka kembali lagi saudara – saudara, sepertinya mereka mau uji mesin dan kecepatan dengan saya, Joy Saputra. Baiklah, pemirsa, anda sedang menonton acara balap internasional dengan pemimpin laju balapan seorang pria tampan berbakat bernama Joy.." Joy malah mengoceh sambil menyetir, seakan dia menjadi pembawa acara dalam sebuah kompetisi balap.
Joy tahu dia tidak dapat mengatasi orang – orang itu jiika dia terus bermain kucing – kucingan. Mungkin mereka harus bermain polisi – polisian dengan Joy sebagai polisi yang menembak para maling yang ada di belakangnya. Sebelum melakukan hal itu, Joy memberi sinyal pada bos besarnya bahwa dia sedang diikuti dan dalam kondisi yang berbahaya.
Joy melakukan itu bukan untuk meminta bantuan, dia hanya meminta seseorang menggantikannya untuk menjaga Adel karna dia dalam kondisi yang tidak memungkinkan dan Adel kemungkinan besar dalam bahaya. Untuk mengatasi tikus – tikus seperti ini bukanlah kelas Joy, dia tidak perlu banyak tenaga, dia hanya tak mau menimbulkan masalah dengan mmebunuh mereka di tempat umum.
" Oke dear, Let's the game begin," ujar Joy sambil tersenyum smirk saat akhirnya dia melihat tempat yang sesuai untuk melakukan aksinya. Dia langsung mengirimkan kembali bahwa dia akan melakukan niatnya agar bos besarnya bisa bertindak untuk efek di masa depan.
*
*
" Kamu nunggu siapa sih Del? Dari tadi kamu kelihatan gelisah gitu," ujar Agatha yang akhirnya merasa risih dengan apa yang yang Adel lakukan. Gadis itu berkali – kali melihat ke arah pintu dan ke arah ponselnya bergantian. Terlihat sekali gadis itu menunggu sesuatu dan kesal sendiri karna sesuatu itu tak kunjung datang. Setidaknya itulah yang ditangkap oleh Agatha.
" Sejak kapan Lo jadi banyak omong dan suka urusin orang lain sih? Udah jadi pinter ngomong gitu makanya kayak gitu? Udah ngerasa hits karna menang Voli dan jadi MVP?" Sergah Adel dengan nada menyentak dan membuat Agatha langsung menatap Adel dengan takut dan kaget.
" Ma.. maaf," ujar Agatha pelan yang langsung kembali fokus pada bukunya dan membiarkan Adel dengan dunianya. Adel tampak mengurut pelipisnya karna dia sadar sudah bertindak kasar. Namun dia harus menunda untuk meminta maaf karna urusannya jauh lebih penting. Adel kembali melihat ke ponselnya dan menempelkannya ke telinga.
" Gimana ceritanya sih Luna jadi kayak gitu? Lo juga udah gue tungguin gak datang – datang. Lo tahu kan kalau Luna tuh **** dan iya – iya aja, dia dibully kayak gitu sama banyak orang, gue gak yakin dia bisa ngatasin semua," ujar Adel saat kembali menempelkan ponsel ke telinganya.
" Ya udah, ntar sore kita ke sana. Ini gue mau ketemu kalian dulu biar kita bahas bareng – bareng. Gue udah ada firasat gak enak waktu dia masuk ke sekolah itu. Bener kan? Masak dia skandal sama ketua OSIS sampai beritanya sepanas ini. Gak terima gue rasanya. Ini juga bang Jordan gak buru – buru beresin semua, nunggu apa coba dia?!"
Agatha jadi semakin ngeri melihat Adel. Mereka harus berangkat pagi karna ada breafing dadakan dari ketua kelas, namun Adel malah sibuk dengan ponselnya dan tidak mengikuti breafing itu. Sepertinya masalah dengan temannya. Agatha tak mau ikut campur dalam masalah mereka.
" Gue ke kelas Key dulu, Maaf soal tadi, gue gak ada maksud, maaf ya, gue pergi dulu," ujar Adel sambil beranjak keluar kelas. Gadis itu terburu- buru, namun di depan pintu dia dicegat oleh seorang pria yang dia tahu adalah anak buah Rafa. Adel enggan menanggapi mereka dan langsung pergi dari sana.
" Adel, gue harus ngomong sesuatu sama Lo. Ini tentang Rafa," ujar orang itu dengan kaget karna Adel hanya mengabaikannya tanpa kata. Lelaki itu mengejar Adel, sementara Adel tak mau lagi peduli. Seperti yang dia katakan sebelumnya, Adel tak mau peduli lagi masalah Rafa.
" Adel, Lo harus thu kalau Rafa gak sengaja ninggalin Lo kemarin, Rafa itu.."
" Gue gak peduli, dan gue gak mau peduli. Jadi lebih baik Lo ngomong ke Rafa kalau gue gak ada urusan lagi sama dia apapun itu. Got it?" ketus Adel yang sejenak menghentikan langkahnya dan langsung melangkah lagi setelah menyelesaikan perkataannya.
" Rafa kecelakaan pas dia mau temuin Lo. Sekarang dia ada di rumah sakit dan dia pingin Lo datang buat jenguk dia," ujar orang itu yang memegang tangan Adel dan memberitahu info itu dengan pelan. Dia takut fans Rafa akan mendengar dan anarki karna berita ini.
Namun nyatanya Adel benar – benar tidak mau merespon. Dia hanya menghempaskan tangan lelaki itu dan melanjutkan langkahnya dan berkata apapun. Namun saat dia sudah melangkah, dia mengambil ponselnya dan mencari nomor Joy untuk menjemputnya dan mengantarnya ke rumah sakit karna ternyata Rafa sudah membalas pesannya.
" Nih anak kemana coba? Di telpon juga gak balas. Kenapa semua orang nyebelin sih hari ini?" tanya Adel pada dirinya sendiri. Gadis itu masuk ke dalam sebuah kelas setelah mengatakan permisi, membicarakan banyak Hal pada Key dan Lucy mengenai Luna yang dibully oleh banyak orang karna dia mendapat perhatian lebih dari ketua OSISnya.
Parahnya, muncul akun yang menyebar berita tidak benar, berita itu sangat berpengaruh bagi Luna dan reputasinya, namun tetap saja Luna tak mau membicarakannya dengan mereka sehingga harus mereka yang bertindak di luar sepengetahuannya. Adel masih mencoba menelpon Joy karna jujur saja, dia takut apa yang dialami Rafa serius, dia akan merasa bersalah karna berpikiran buruk tentang lelaki itu.
" Lo kenapa sih? Lo kayak yang gak fokus sama kita, kenapa sih? Lo juga ada masalah? Cerita dong," ujar Key yang diangguki oleh Lucy. Adel hanya menggeleng sebagai jawaban. Entah mengapa Adel merasakan firasat buruk terhadap Joy, biasanya lelaki itu langsung mngangkat panggilan darinya pada dering pertama.
" Joy dari tadi gue telpon gak bisa, gue khawatir dia kenapa – napa dan ada masalah. Biasanya dia langsung jawab panggilan gue ****," ujar Adel sambil menunjukkan ponselnya yang masih mencoba memanggil lelaki itu. Key dan Lucy berpandangan dan langsung menatap Adel dengan penuh tanya.
" Kalian gak usah mikir macem – macem. Dia itu pengawal gue sejak gue masih SD dan gue gak mungkin suka sama dia, begitupun dia. Jadi gak ada istilah cinta lokasi. Gak, gak sama sekali," ujar Adel yang seakan bisa membaca pikiran teman – temannya. Key dan Lucy langsung menganggukan kepalanya berlahan tanda dia mengerti.
" Ya udah kalau gitu gue balik dulu ke kelas gue, bentar lagi kan classmeetnya mulai, rival lagi kita, hahaha," ujar Adel yang langsung berdiri dan beranjak dari sana. Gadis itu tetap berusaha melakukan panggilan pada Joy, berharap lelaki itu bisa menjawab pesan darinya.
" Halo, Nona?" Adel terkejut karna panggilannya sudah dijawab oleh Joy. Dengan cepat Adel menempelkan ponselnya ke telinga dan mulai mengomel pada Joy karna membuatnya sangat khawatir.
" Maaf nonaa, tadi saya sedikit bermain – main. Ada apa nona menelpon saya?" tanya Joy dengan napas yang terengah. Adel bahkan dapat mendengar suara tembakan tepat setelah Joy terdiam.
" Lo dimana? Lo gak usah main yang aneh – aneh. Jemput gue sekarang, gue harus pergi ke suatu tempat," ujar Adel cukup keras yang membuat Joy terkekeh geli mendengarnya.
" Tenang nona muda, saya baik – baik saja. Saya akan ke sekolah nona segera, tapi mohon menunggu karna saya sekarang ada di kota C, cukup jauh dari sekolah Nona."
" Ngapain Lo kesana anj*r?" tanya Adel dengan terkejut
" Sedikit bermain – main nona."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Zienna Hara
seru bnget
2020-07-24
0