" Eh, eh, kalian dengar gak? Gue ada gosip kalau kak Rafa itu kecelakaan loh." Adel terkejut saat dia berjalan, dia tak sengaja mendengar apa yang digibahkan oleh anak – anak itu. Adel berusaha tenang dan tak menghentikan langkahnya, namun apa yang dikatakan anak itu selanjutnya membuat Adel tertarik, gadis itu berjongkok tak jauh dari sana dan membetulkan tali sepatunya.
" Masak iya? Sekarang dia gak sekolah dong berarti. Ngeri banget gak sih? Lo udah dengar dulu tentang mantan dia yang sampai bunuh diri? Gue dengar kabar itu kaarna dia bikin mantannya itu gila sampai bunuh diri." Adel yang merupakan anak baru tentu tak tahu tentang berita ini, dan entah mengapa dia ingin tahu.
" Terus apa hubungannya sama kecelakaan? Eh terus kecelakaannya parah gak sih? Gue gak bayangin wajah tampannya itu jadi cacat, ngeri," ujar salah satu gadis yang langsung menggetarkan bahunya karna merinding saat membayangkan sesuatu yang buruk terjadi pada Rafa.
" Ih, masak Lo gak dengar gosipnya sih? Rafa tiap punya pacar selalu berakhir pacarnya keluar dari sekolah dan yang paling parah sampai bunuh diri itu. Terus kalau dia punya pacar dan putus baik – baik, pasti dia ijin dari sekolah sampai satu minggu an. Masak Lo gak ngerasa aneh sih?"
Otak Adel langsung bekerja. Jelas jika memang seperti itu kejadiannya, pasti ada sesuatu yang tidak beres. Pertama, dia tidak bisa menemukan riwayat hidup Rafa yang jelas dan Valid, dan kini bahkan ada gosip mengerikan seperti itu tentang Rafa. Sebenarnya apa yang disembunyikan oleh lelaki itu? Siapa Rafa sebenarnya? Dan apa tujuannya melakukan semua itu?
Bahkan jika yang dikatakan anak – anak itu benar, Rafa terlihat sekali berusaha mendapatkan Adel dan kemarin Rafa babak belur karna kecelakaan yang sebenarnya menurut Adel seharusnya Rafa mati, tapi dia masih hidup. Apakah Rafa mengincar Adel namun kini Rafa melindunginya? Melindungi dari apa? Semua pertanyaan itu berputar – putar dan membuat Adel tak fokus.
" Heh! Lo nguping kami ya? Ngapain Lo jongkok di situ? Gak sopan banget sih nguping orang!" pekik salah satu gadis yang menyadari keberadaan Adel. Adel berdiri dan membalikkan badannya lalu tersenyum sopan, dia tak mau mereka malah ngegas dan akhirnya dia berakhir dengan hukuman untuk ke sekian kalinya dalam bulan pertama dia ada di sekolah ini, kan tidak lucu.
" Maaf kak, saya tidak menguping kok. Saya hanya membenarkan tali sepatu saya, saya kurang pintar membenarkan tali sepatu, jadi lama," ujar Adel yang tidak seratus persen berbohong. Dia terus mengikat dan melepas tali sepatunya berulang sembari mendengarkan apa yang mereka katakan. Setidaknya dia tak berbohong seratus persen.
" Lo gak dengar kami ngomong apa? Eh tunggu dulu, Lo pacarnya Rafa yang anak baru itu kan?" tanya orang itu dengan cepat. Adel langsung memasang wajah tak mengerti mendengar hal itu. Padahal dalam hatinya dia merasa takut ketahuan bahwa dia memang menguping mereka.
" Eeem, maaf kak. Saya gak ngerti kakak ngomong apa. Saya tidak mendengar apa yang kalian bicarakan dan saya bukan pacar kak Rafa. Maaf kak, saya harus ke kelas sekarang, permisi," ujar Adel dengan cepat dan menunduk sopan, lalu berbalik dan hendak pergi dari sana kalau saja tak ada suara yang memanggilnya.
" Gue bukan orang jahat yang bakal bully Lo kalau Lo pacaran sama Rafa. Tapi kalau benar Lo pacarnya dan sekarang Rafa menghilang, berarti dia lagi ngelakuin sesuatu buat Lo dan itu mengorbankan dirinya sendiri. Lo harus hati – hati, gue gini bener – bener karna gue kasihan sama Lo, gue takut Lo jadi korban selanjutnya."
" Ko.. korban? Korban apa ya kak? Maksud kakak apa?" tanya Adel dengan gagap meski sebenarnya dia berpura – pura gugup seperti itu, dia hanya ingin terlihat polos dan sungguh tak mendengar apapun. Kakak kelas itu mendekat ke arah Adel dan berbisik persis di telinga gadis itu.
" Gue tahu Lo dengar semuanya, gua udah perhatiin Lo dari tadi, gue udah bilang gue bukan kakak kelas yang jahat, jadi gue gak akan berbuat yang buruk ke Lo. Sebaliknya, gue Cuma mau bilang ke Lo buat hati – hati, gue bisa lihat Lo orang baik, semoga Lo baik – baik aja ya," ujar kakak keklas itu yang langsung menjauh dan tersenyum lalu pergi dari hadapan Adel dan masuk ke kelas mereka.
Adel mematung, ada rasa takut dalam hatinya untuk masalah ini. Meski Adel terlihat sangat, dia tak pernah terlibat masalah besar seperti ini, paling parah hanya surat undangan orang tua saja. Dia merasa bahaya besar memang sedang mengancamnya, dan dia harus tahu bahaya apa itu, jika Rafa tak bisa memberitahunya, dia harus mencari seseorang lain yang mungkin tahu.
Gadis itu sedikit berlari ke arah kelasnya dan langsung meletakkan tasnya lalu pergi lagi. Agatha hendak memanggil, namun saat mengetahui Adel terburu – buru Agatha langsung mengurungkan niatnya. Dia mungkin akan menunggu Adel sendiri yang bercerita padanya.
Sementara itu Adel langsung menuju tempat yang dikunjungi saat dihukum oleh pengurus OSIS, dia yakin gerombolan Rafa ada di sana dan dia harus menanyakan hal ini sesegera mungkin. Adel memasuki kantin terbelakang itu diiringi tatapan heran oleh penghuninya.
" Wah, tumben banget nih ada anak cewek main ke kelas sini. Kenapa Neng? Cari siapa?" tanya seseorang yang ada di sana. Orang itu menggoda Adel, membuat seluruh penghuni yang ada di sana tertawa dengan keras. Adel tak ingin terpancing, dia fokus pada tujuannya dan melihat satu wajah yang emmang sedang dia cari.
" Kak Arya, saya perlu bicara sama kakak, mari kak," ujar Adel dengan sopan agar tidak menimbulkan ketersinggungan di tempat ini. Semua langsung bersorak dan menggoda Arya, mengira Adel memiliki hubungan dengan Arya, Adel tak peduli, dia langsung mengambil tangan Arya, tersenyum pada yang lain dan langsung pergi dari sana.
" Weh, weh, weh, apa nih? Kenapa Lo gini? Gue gak mau selingkuh sama Lo, Lo itu punya Rafa, gue masih sayang sama nyawa gue," ujar Arya yang melepas tangan Adel saat mereka mulai jauh dari kantin tadi. Adel langsung terdiam dan memandang Arya dengan lekat.
" Kak, gue mau tanya sama Lo. Ini pertama kalinya kan gue kayak gini?" tanya Adel yang ambigu, membuat Arya yang bingung hendak menjawab apa hanya menganggukkan kepalanya, memang benar ini pertama kalinya Adel mencarinya tanpa dia yang mencari Adel.
" Gue Cuma mau tanya sama Lo kak, kenapa Lo takut sama Rafa kak? Siapa Rafa sebenarnya? Dan kenapa tiba – tiba Rafa kecelakaan pas mau nemuin gue? Gue tahu Lo bisa jawb pertanyaan gue ini. Gue mohon kak, Lo jujur, karna gue benar – benar takut sekarang," ujar Adel dengan lirih, membuat Arya tersentak kaget.
Arya tampak gelisah, matanya tak bisa tenang dan bahkan dia seakan menghindari tatapan mata Adel padanya. Lelaki itu menggelengkan kepalanya yag membuat Adel menjadi lesu.
" Gue gak ngerti Lo ngomong apa, Gua gak ada sangkut pautnya, gak usah buang waktu gue," ujar Arya cepat dan panik, lalu langsung kembali ke dalam kelasnya meninggalkan Adel yang memegangi kepalanya.
~bruukkk
Arya yang mendengar suara aneh langsung menengok dan terkaget melihat Adel yang sudah terkapar tak sadarkan diri. Arya langsung panik dan membopong Adel pergi dari sana menuju UKS. Dia tak peduli meski banyak orang yang memandang ke arah mereka. Arya tidak bisa membiarkan Adel kenapa – napa, itu jika dia masih sayang nyawanya.
" Adel? Adel Lo kenapa Del? Del? Lo baik – baik aja kan? Lo jangan mati dong, nanti kalau gue dirica – cira sama Rafa gimana Del? Adel banget Del," ujar Arya yang menepuk – nepuk pipi Adel agar gadis itu sadar. Namun gadis itu tak bergeming, membuat Arya makin takut dibuatnya.
Arya melihat ke arah lemari dan mengambil minyak kayu putih dan mengoleskannya di hidung Adel. Berharap gadis itu akan sadar setelah mencium bau menyengat yang sebenarnya dia sendiri tak menyukainya. Benar saja, tubuh Adel bergerak merespon apa yang dilakukan oleh Arya.
Gadis itu menggeliat tak nyaman dan membuka matanya perlahan. Pusing langsung menerpa kepala gadis itu. Adel menyesuaikan mata dengan cahaya yang masuk sebelum akhirnya melihat sosok Arya yang menatapnya cemas. Tampak Arya menghela napas lega setelah mengetahui Adel baik – baik saja.
" Lo gak kenapa – napa kan? Kenapa Lo bisa pingsan sih? Kalau gue yang disalahin gimana? Sebenarnya Lo kenapa sih?" tanya Arya berbondong yang membuat Adel kembali merasa pusing karna pertanyaan itu. Melihat Adel kembali memegang kepalanya, Arya langsung diam dan mengambil air minum yang memang disediakan untuk siswa yang sakit.
" Gue sakit karna mikirin Rafa semaleman kak, gue gak bisa berhenti mikirin dia yang tiba – tiba kecelakaan separah itu, tapi kok dia masih bisa hidup? Gue gak tenang mikirnya, gue takut dia kenapa – napa," ujar Adel dengan lirih, gadis itu sengaja melakukannya untuk membuat Arya iba dan menuruti apa yang diinginkannya.
" Maaf, gue gak punya hak atau kapasitas buat jelasin ke Lo. Gue bakal sampaikan ke Rafa, biar dia sendiri yang jawab semua pertanyaan Lo. Gue mohon jangan bikin gue ada di situasi sulit, Lo gak akan pernah tahu rasanya. Lo udah baik kan? Lo bisa jalan sendiri?" tanya Arya dengan pelan. Adel langsung diam dan merasa tak enak karna hal itu.
" Gue gak akan aduin Lo ke Rafa kak, Lo bisa percaya sama gue, please," ujar Adel yang mulai mmeohon, dia harus merendah untuk saat ini, entah mengapa pagi ini dia merasa tak enak dan sedikit frustasi tanpa alasan.
" Gue percaya sama Lo, tapi gue juga dipercaya sama Rafa, gue gak bisa, sorry. Lo bisa jalan sendiri ke kelas kan? Gue balik dulu kalau gitu," ujar Arya yang langsung berbalik dan tak menengok lagi ke arah Adel. Gadis itu sedikit marah karna sulit sekali mempengaruhi Arya. Adel makin yakin ada sesuatu yang tak beres telah terjadi.
Adel menghabiskan minum yang dia pegang dan membuangnya di tempat sampah, lalu berjalan pelan keluar dari UKS menuju kelasnya dengan kepala yang sangat berat. Adel tak main – main tentang pingsan, dan dia pun tak tahu tubuhnya mendadak lemas dan tiba – tiba saja pingsan.
" Joy? Gue tadi pingsan dong, menurut Lo gue kenapa?" tanya Adel setelah memencet beberapa nomor di ponselnya dan menempelkan ponsel itu di telinga. Joy tampak panik di seberang sana dan meminta Adel untuk pulang saja karna dia takut sesuatu yang buruk terjadi.
" Gak usah, gue udah gak papa, mungkin Cuma kecapekan karna lomba – lomba terus, bentar lagi mau final juga, gue harus ada buat lawan mereka. Nanti aja gue langsung pulang gak usah kemana- mana," ujar Adel yang langsung mematikan sambungan telpon tanpa menunggu Joy menjawab. Gadis itu berjalaan kembali menuju kelasnya.
" Loh Ta? Kok Lo belum ganti baju sih? Bukannya hari ini Lo final Voli lawan kelas dua belas IPA? Emang gak jadi?" tanya Adel saat sudah masuk ke dalam kelasnya dan mendapati Agatha meletakkan kepalanya di atas meja tanpa minat. Agatha mendongak sebentar dan kembali ke posisinya, kepalanya pusing dan dia tak mampu mengangkat kepalanya sendiri.
" Gak tahu kenapa aku pusing banget Del, padahal kemarin gak kenapa – napa, ini rasanya lemes," ujar Agatha yang membuat Adel jadi bingung. Kenapa mereka berdua sama – sama lemas di waktu yang sama? Apa yang terjadi pada mereka? Kemarin mereka hanya bersama setelah Adel pulang dari rumah sakit dan….
" Kayaknya ada yang sengaja ngeracunin kita, jadi kita lemes gini. Kemarin ada yang kasih minuman dingin atas nama teman gue kan? Ingat gak Lo?" tanya Adel yang membuat Agatha menegak dan menatap Adel kaget. Benar, dia baik – baik saja sampai dia meminum air itu dan merasa lemas.
" Kenapa ada orang yang tega ngelakuin hal kayak gitu? Dan emang kita bener diracun? Emang kamu juga ngerasa lemas, pusing, tenggoran kering, sariawan, bibir pecah – pecah?" tanya Agatha dengan absurd ynag membuat Adel sedikit tertawa. Ternyata Agatha receh juga dan mmebuat joke bapak – bapak seperti itu.
" Bahkan tadi gue pingsan Ta, lemes banget gue. Kalau bener gitu ya berarti gue harus telpon Joy ke sini, bawa dokter sekalian. Lo tunggu, gue kirim pesan ke dia dulu." Adel langsung duduk dan menulis pesan untuk Joy dan tak butuh waktu lebih dari lima belas menit, Joy masuk ke kelas Adel membawa seorang dokter dan satpam sekolah.
" Terima kasih banyak ya pak, kami gak akan berbuat macam – macam, bapak boleh di sini untuk memastikan hal itu," ujar Joy yang diangguki oleh satpam sekolahnya. Satpam itu berdiri di dekat mereka dan mengamati apa yang akan dilakukan oleh dokter.
Dokter itu langsung memeriksa Adel dan Agatha bergantian. Dokter itu membisikkan sesuatu pada Joy dan mengeluarkan obat yang harus diminum oleh Adel tanpa mengatakan apapun dan pamit pergi diantar oleh Satpam itu, sementara Joy tetap tinggal di kelas. Memang jika ada event seperti saat ini, gerbang sekolah akan terbuka lebar untuk siapapun.
Memang semua orang boleh datang, namun kedatangan dokter tentu bukan hal umum, makanya satpam meminta untuk ikut dan memantau apa yang akan dilakukan oleh dokter itu. Oke, kembali pada Joy yang mengamati Adel dan Agatha bergantian. Wajah mereka berdua perlahan memucat dan terus memucat. Adel memandang Agatha dengan mata yang melotot.
Joy mengulurkan kresek pada Adel dan menyerahkan satu lagi untuk Agatha. Langsung saja Adel memuntahkan semua isi perutnya di dalam kresek itu, begitu pula Agatha yang tak lama setelah itu juga melakukan hal yang sama. Dengan sabar Joy mengurut leher Adel, sementara teman – teman Adel yang merasa eneg langsung keluar dari kelas.
" Silakan di double dengan plastik ini Nona, setelah itu saya akan bantu buangkan," ujar Joy dengan lembut pada Adel dan Agatha. Mereka berdua melakukan apa yang dikatakan oleh Joy. Membungkus muntahan mereka sampai berlapis- lapis dan memasukkan kresek itu di sebuah kresek besar yang dibawa oleh Joy.
" Jadi bener kalau kita diracuni? Gilak!" seru Adel setelaah puas dan memegang perut ratanya. Joy mengangguk dan berjalan keluar untuk membuang muntahan mereka ke tempat sampah dan mengambil parfume di dalam tasnya agar aroma di kelas menjadi enak dan tidak eneg untuk anggota kelas lain.
" Mulai sekarang Nona harus lebih berhati – hati karna yang saya tahu, musuh nona jauh lebih banyak dari sebelumnya. Untuk nona Agatha, maaf karna nona terseret dalam masalah ini, sebenarnya mereka mengincar nona Adel, namun mereka juga mengincar nona karna kalian terlihat bersama."
" Udah, ayo sekarang kita ke lapangan dan main di final. Biar mereka puas sampai ke tulang. Lo bawa pistol gak Joy? Ikut aja kuy, kalau ada yan gjahat Lo tembak persis di matanya."
Joy tertawa melihat Adel yang sebegitu emosi. Obat yang diberikan dokter sangat bagus, mereka langsung baik – baik saja setelah muntah dan minum air yang diulurkan oleh Joy. Mereka beriringan menuju lapangan dimana kelas mereka sebentar lagi bertanding.
" Loh? Kalian udah sehat? Kalian bisa main di final? Syukur banget!!" pekik Agung dan teman – teman kelasnya.
" Agatha! Agatha! Agatha! Agatha!" begitulah sorakan mereka saat Agatha memasuki lapangan dan salah satu temannya keluar dari lapangan. Adel tersenyum puas dan matanya menyelidik ke arah 'musuh' yang tampak kaget melihat Agatha sudah pulih.
Kontak mata Adel dan kontak mata salah satu dari mereka ertemu. Adel memiringkan kepalanya dan tersenyum tipis, seolah berkata
' Lo gak bisa singkirin gue semudah itu.'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments