" Gue Rafa, Wakil ketua OSIS yang cakep dan pujaan semua orang. Lo harusnya bersyukur punya pacar gue," jawab Rafa setelah beberapa saat terdiam. Lelaki itu langsung mengubah air mukanya dan menatap Adel dengan senyum genit dan tengil, namun hal itu tak cukup untuk menenangkan Adel yang merasa aneh dengan perubahan sikap Rafa yang seperti ini.
" Lo masih gak bisa percaya sama gue? Atau memang target Lo itu gue? Gue udah dengar kabar tentang semua mantan pacar Lo, dan gue udah berusaha cari info tentang latar belakng Lo, tapi Gue gak ada petunjuk sama sekali Fa, Lo pasti dilahirkan kan? Lo gak jatuh dari langit kan?" Adel terus mendesak Rafa, membuat lelaki itu memejamkan matanya dan senyum di bibirnya luntur.
" Tiba – tiba gue ada acara Del, Lo bisa kan pulang sendiri? Gue pesanin taksi online ya? Gak usah bayar, biar gue yang bayar. Lo turun sini ya," ujar Rafa mengambil ponselnya dan mulai mengotak- atik ponsel itu. Adel mendesah kecewa dan menggeleng sembari memaksakan senyumnya.
" Gak perlu kak, ada Joy yang selalu ngikutin gue, dia gak jauh dari sini kok, jadi Lo tenang aja, gue turun dulu ya, Lo hati – hati, jangan kecelakaan lagi," ujar Adel yang langsungg turun tanpa mendengar atau melihat Rafa. Rafa langsung terdiam dan melirik sekilas ke arah Adel.
" Gue bukan mau sembunyiin semua sama Lo untuk ngerjain Lo, gue justru mau lindungin Lo, semoga Lo maafin dan bisa ngerti, gue gak mau Lo jadi yang selanjutnya dan Gue gak mau Lo benci sama gue. Gue mulai suka sama Lo Del, benar – benar suka sama sifat Lo yang kayak gini, maafin Gue," ujar Rafa dengan pelan dan langsung pergi dari sana dengan cepat.
Adel menghela napasnya dengan pelan, namun setelah itu matanya melotot karna sebuah mobil berwarna merah berhenti di depannya dan langsung menariknya masuk. Adel berusaha memberontak, namun saah satu di antara mereka mengambil sebuah sapu tangan dan membekap Adel. Pandangan Adel langsung memudar dan dia tak merasakan apapun lagi.
Sementara itu, Rafa merasa tak tenang, namun dia tak bisa untuk kembali lagi, dia takut akan membuat Adel makin kecewa, atau membuat gadis itu dalam bahaya karna perbuatannya, dia harus secepatnya mencari pengganti gadis itu jika memang itu satu – satunya cara menyelamatkan Adel.
Ponsel Rafa berbunyi, menampakkan nomor Arya, membuat Rafa menepikan mobilnya dan mengangkat telpon itu secepat mungkin. Arya memang jarang menelponnya dengan nomor khusus, jika dia sudah menelpon, maka sesuatu yang genting sedang atau akan terjadi.
" Lo dimana?! Lo udah tahu belum kalau Bos hari ini mau ambil Adel dari Lo? Lo udah siapin gantinya Adel kan? Adel aman sama Lo kan? Bos udah ngincar dia dan ad ayang bocorin Info tentang Adel, dia dalam bahaya, Lo gak boleh tinggalin dia sendirian!" Rafa terkejut. Sangat terkejut.
Rafa tak menjawab apa yang dikatakan oleh Arya, lelaki itu langsung memutar kemudinya dan melaju ke arah markas besar mereka dimana kemungkinan Bos mereka sudah menangkap Adel. Rafa yakin mereka sudah mendapatkan Adel, lelaki itu tak yakin Joy mampu melawan Bos besar yang bahkan memiliki banyak ranjau dan anak buah di tempat itu.
" Adel, Lo harus selamat, Lo harus bertahan. Adel maafin gue, haunya gue gak tinggalin Lo sendiri. Ah enggak, harusnya gue gak libatin Lo dari awal, gue mohon Lo harus baik – baik aja Del. Lo harus selamat, Gue mohon." Rafa terus berucap dan mengulangi kalimat itu. Dia melakukan kesalahan besar dan kini dia sudah menyesalinya.
*
*
Rafa memarkirkan mobilnya di markas itu dan hendak masuk ke dalam. Namun dia menghenetikan langkahnya saat seseorang melihatnya dari jauh, Rafa mengenal orang itu, Joy. Joy tidak langsung masuk dan memilih untuk mengintai. Rafa langsung memberi kode dengan mengangkat jempol dan kelingkingnya seperti sebuah telpon.
Lelaki itu berharap Joy paham dengan kode yang dia berikan dan meminta bantuan, mereka berdua tak akan bisa keluar dengan nyawa jika sudah tertangkap, sehebat apapun mereka. Joy mengerti kode yang diberikan oleh Rafa, lelaki itu mengurungkan niatnya untuk menerobos dan membiarkan Rafa melakukan tugasnya.
" Lo ngapain ngehadang jalan gue? Gue mau ketemu Bos! Lo gak mau kan besok Lo semua udah ada di peti mati karna ngehadang jalan gue?" ancam Rafa yang tidak di gubris oleh orang – orang yang ada di sana. Mereka tertawa dan mendorong Rafa untuk menjauh, membuat lelaki itu terkejut atas perlakuan yang di terimanya.
Rafa mengeluarkan sebuah kartu anggota khusus, dimana hanya anggota kelas atas yang memilkinya. Mereka berpandangan satu sama lain dan mengangguk sopan, lalu memberikan jalan untuk Rafa. Lelaki itu langsung berlari dan mematikan seluruh ranjau dengan sidik jarinya. Dia berlari menuju ruangan paling besar yang dia yakin Adel ada di sana.
" Bos Rafa, Bos Rafa melakukan tugas yang sangat baik, Bos besar sangat menyukai gadis yang bos Rafa siapkan. Bos ada di dalam, siap untuk menikmati daging muda itu, tapi kelihatannya Bos masih menunggu gadis itu sadar dan efek obat biusnya hilang."
" Oh ya? Wah, Bos terlalu buru – buru, padahal gue udah siapin hadiah yang bakal gue kirim, lebih bagus dari cewek itu, ya udah lah. Buka in pintu, gue mau lihat Bos sama Cewek yang udah gue siapin, gue takutnya gak sesuai keinginan Bos, gue juga belum pastiin dia masih Original atau enggak."
Mereka percaya saja dengan apa yang Rafa katakan, membuka pintu dan membiarkan Rafa menutup kembali pintu tersebut. Rafa berharap Joy segera memanggil bantuan sementara dia mengulur waktu di sini. Rafa tersenyum dan membungkuk 90 derajat ke arah pria tua berbadan tegap yang mengisap cerutu yang dipegangnya.
" Wah, anak kesayanganku sudah datang. Mengapa kau sembunyikan mutiara seperti ini? Meski terlihat pemberontak dan arogan, dia sangat manis dan cantik, kau memang tidak pernah mengecewakanku. Lihatlah, dia sangat mulus dan terawat," ujar bos besar itu sambil menyiram wajah Adel dengan segelas anggur mahal yang dipegangnya.
" Saya berniat untuk menyiapkan segalanya, dan saya ingin memberikan gadis itu dalam kondisi yang bisa memuaskan Tuan. Tapi tuan rupanya tak sabaran dan malah mengambil hadiah itu sendiri dariku, saya sedikit kecewa."
" Benarkah? Tapi bukan itu yang aku dengar dari mata – mataku. Kau hrus tahu, bahkan suara dengkurmu pun aku bisa dengar, apalagi setiap bisikan pengkhianatan yang kau rencanakan dengan Arya, masih baik kalian berdua adalah anak kesayanganku, jadi aku tidak melakukan sesuatu yang buruk pada kalian, kalian harusnya bersyukur."
" Eenngg, Ra.. Rafa? Ke.. kenapa gue ada di sini? Ke.. kenapa Lo? Si.. siapa dia?" tanya Adel dengan takut saat dia melihat seseorang asing berada di dekatnya, sementara Rafa menatapnya dengan kaget.
" Wah, gadis cantik sudah sadar. Rafa, karna kau yang membawa gadis ini padaku, kau boleh menontonnya secara langsung saat aku 'melahapnya' dan kau bisa nikmati setelah aku."
" Rafa! Maksudnya apa? Lo jebak gue sama Om om ini? Jadi semua rumor itu benar? Rafa! Lo ban*sat! Lo Ba*ingan! Pergi Lo! Jangan sentuh gue! Cuih!" Adel tak takut untuk meludahi pria jahat itu, membuat pria itu murka dan menampar Adel dengan keras.
Adel langsung terpingsan, sementara Rafa yang hendak menolong masih tak berani mendekat sedikitpun. Sudah tak ada harapan, mungkin hidupnya pun akan berakhir saat tuannya itu selesai dengan Adel.
" Kau harus ingat kalau kau itu hanyalah anjing miskin yang aku selamatkan saat kedua orang tuamu dibunuh oleh musuhnya. Jangan kau berani khianati aku, kau bisa lihat sendiri? Aku tak segan menyiksa orang yang kau kasihi, bahkan aku tak akan ragu untuk membunuhmu jika kau halangi jalanku."
Bos itu mendekat dan membelai pipi Adel, Rafa memejamkan matanya, tak tega melihat sesuatu yang buruk terjadi pada Adel, apalagi semua itu salahnya. Rafa tak mau hidupnya berantakan dan dia tetap meunggu keajaiban datang menyelamatkan mereka.
" Bos! Gawat! Markas kita sudah dikepung oleh ratusan pasukan! Bos, kita harus pergi lewat jalan rahasia, kalau tidak kita pasti mati di tempat ini."
" APA INI ULAHMU RAFA?!! Aku tak menyangka kau sehina ini, kau bahkan tak membalas jasaku sama sekali, kalau begitu percuma aku membiarkanmu tetap hidup! Kau mati saja!"
~dor
Sebuah peluru mendarat persis di dada sebelah kanan Rafa, membuat lelaki itu terkapar sambil memegang dadanya sendiri. Lelaki itu masih berusaha merangkak untuk menyelamatkan Adel, namun pria tua yang menembaknya menendang kepalanya dan menginjak luka Rfa, membuat darah semakin mengalir dan Rafa makin kesulitan untuk bernapas.
Pria tua itu langsung berlari dan mengunci pintu, tak lupa membakar rumah itu sebelum pergi dari sana melalui pintu Rahasia yang bahkan Rafa sendiri tak tahu.
Rafa masih tersadar, dia tak peduli pada kondisinya, dia memilih untuk merangkak dan memeluk Adel, berusaha melindungi gadis itu dengan sisa tenaga yang dia miliki, saat dia tahu dia tak dapat bertahan. Lelaki itu melepas kaosnya dan menutupnya ke wajah Adel, sementara dia tetap memeluk Adel karna asap mulai masuk ke ruang itu.
Rafa tak menyangka bos besar licik itu sudah menyiapkan semuanya dengan rapi, bahkan dia bisa membakar rumah ini dengan mudah sedangkan yang Rafa tahu, markas ini sangat sulit untuk dihancurkan dan ditemukan.
" Adel, kalau gue harus mati saat ini, gue gak masalah, gue anggap itu karma untuk gue, asalkan gue bisa lihat Lo bahagia setelah kepergian gue. Maaf ya Del, gue sayang sama Lo."
*
*
*
Beberapa hari setelah kejadian itu, Adel berubah menjadi sosok yang lebih dingin dan lebih pendiam. Dia tak menyapa siapapun atau berbicara dengan siapapun. Jujur saja, masih ada rasa trauma dalam diri Adel, apalagi dirinya nyaris menjadi korban kekerasan dan bahkan dari itu, yang dilakukan oleh lelaki tua berhidung belang. Siapa yang menyangka hidupnya akan mengalami hal mengerikan semacam itu?
Meski tak menceritakan apapun kepada siapapun, Adel dikait – kaitkan dengan menghilangnya Rafa dari sekolah. Lelaki itu mengambil ijin untuk perjalanan ke luar kota, bahkan Arya melakukan hal yang sama. Hal itu semakin membuat Adel geram, Rafa yang sudah melakukan semua ini padanya, namun lelaki itu langsung pergi entah kemana.
" Nona, saya tahu nona mengalami hal berat, dan mungkin saja sesuatu yang buruk terjadi pada nona jika saya terlambat menyelamatkan Nona. Tapi nona, teman nona yang bernama Rafa itu.." Joy yang hendak melanjutkan kata – katanya langsung terdiam karna Adel menoleh cepat dan menatapnya tajam. Adel tak suka membahas Rafa untuk beberapa hari ini.
" Lo mending gak usah bahas apapun tentang Rafa, gue udah muak sama dia. Kalau bukan karna dia, gue gak akan pernah mengalami hal sememalukan ini. Bahkan sekarang kemana dia? Dia lari dari tanggung jawab! Emang dari awal dia itu mau celakain gue!" tukas Adel dengan galak. Joy yang merasa Adel keterlaluan tentu menggelengkan kepalanya kuat.
" Saat saya masuk ke dalam ruangan itu untuk menyelamatkan nona, posisi tubuh nona ada di pelukan tubuh Rafa, dengan punggung lelaki itu terbakar karna sebuah balok berapi ada di atas tubuhnya. Saya rasa Rafa melakukan hal itu untuk melindungi Nona." Joy menatap Adel dengan yakin dan tanpa keraguan. Saat mereka sampai di tempat itu, posisi rumah sudah nyaris hangus terbakar, untung saja mereka berhasil menemukan Adel dan Rafa.
" Ma.. maksud Lo, Rafa lindungin gue biar balok kayu itu gak kena di tubuh gue? Ta.. tapi, kenapa sekarang Rafa menghilang? Kenapa dia lari dari tanggung jawab? Bagaimanapun dia punya tugas buat jelasin ke gue apa yang sebenarnya terjadi." Adel tetap tidak bisa percaya seutuhnya pada lelaki itu.
" Maaf nona, karna saya tidak membicarakan hal ini lebih awal. Saya pikir nona akan mengerti tanpa saya memberitahu, tapi sepertinya kondisi di lapangan tidak seperti itu. Saat kami datang, posisi rumah tersebut sudah kosong dan nyaris hangus, namun kami berhasil menemukan kalian."
" Tapi yang membuat aneh, mereka tahu kami akan datang dan mengepung, padahal kami masih jauh, seakan mereka memiliki radar sinyal untuk hal itu. Mereka berhasil melarikan diri sebelum kami sampai di sana dan sepertinya mereka juga yang dengan sengaja membakar tempat itu sekaligus menaruh balok di punggung Rafa agar terlihat seperti sebuah kecelakaan dan kalian berdua tewas terbakar di rumah itu."
" Mereka sudah merencanakan hal ini dengan matang, dan jika melihat kondisi Rafa saat kami menemukan kalian, saya yakin kalau Rafa tidak terlibat, sebaliknya, dia datang untuk menyelamatkan nona."
" Sebentar, Lo bilang rumah itu sengaja dibakar sama mereka? Tapi kenapa? Bukannya habis itu mereka gak bisa punya markas lagi? Bisa jadi rumahnya emang gampang kebakar? Atau Rafa yang bakar karna dia gak mau dituduh sebagai pelaku. Ya kan? Ya kan?"
" Nona, kami sudah mengambil sampel bangunan rumah itu, dan kami yakin rumah itu sebenarnya tahan terhadap api, namun mereka sengaja membakarnya, itu artinya rumah tersebut bukan markas asli mereka. Nona ingat bukan kita tidak bisa menemukan data pribadi Rafa? Hal itu semakin menguatkan statement kalau mereka bukan orang biasa."
" Tapi kenapa mereka incar gue? Kenapa gue yang kena? Dan kenapa bos besar itu akhirnya menghilang gitu aja? Kenapa mereka gak bawa gue kalau memang incar gue?" tanya Adel yang tak mengerti dengan situasi saat ini. Dia sangat bingung dengan apa yang terjadi, sekaligus tak menyangka karna semua begitu cepat.
" itu artinya target mereka bukan nona. Entah mengapa kami yakin kalau target yang sebenarnya adalah Rafa. Jika benar Rafa adalah salah satu angoota mereka, itu artinya Rafa melakukan sesuatu hal besar yang membuat mereka mencelakainya, dengan menggunakan Nona sebagai umpan. Tapi ini masih pemikiran pribadi saya saja. Tidak perlu nona terlalu pikirkan."
" Kalau target mereka itu Rafa, kenapa sekarang Rafa juga menghilang? Mereka ambil Rafa lagi? Atau gimana? Katanya Lo bilang Lo nemuin kami berdua dengan posisi kami pingsan? Apa bos besar itu ambil dia lagi?" tanya Adel yang kini malah khawatir dengan Rafa. Jika bos itu memang kejam, tak menutup kemungkinan mereka akan menyiksa Rafa sampai mereka puas.
" seseorang bernama Arya membawa Rafa pergi saat kami berusaha menyelamatkan nyawanya. Dia bilang akan membawa Rafa dan mengobatinya karna dia adalah keluarga yang Rafa miliki," ujar Joy yang membuat Adel mengernyitkan dahinya, merasa janggal dengan ucapan lelaki itu.
" Menyelamatkan Rafa? Memang dia sekarat?" tanya Adel yang membuat Joy menghela napas dan menganggukkan kepalanya pelan. Lelaki itu tak bisa menyembunyikan fakta bahwa Rafa sungguh mengkhawatirkan demi menyelamatkan Adel. Meski Joy kesal dengan Rafa, tak dipungkiri Rafa lah yang membuat Adel masih selamat.
" Saat itu bukan saja punggungnya yang terbakar, tapi dada sebelah kanannya tertembak, meski sudah mengeluarkan banyak sekali darah, dia tetap memeluk Nona agar tak terjadi sesuatu. Saat kami berusaha menyelamatkannya, sebenarnya nyawanya sudah tak bisa diselamatkan, namun dokter bilang, ada dorongan dalam diri Rafa yang membuat tubuhnya menolak untuk mati.
" Kanan? Sebelah kanan bukan jantung kan? Berarti gak kena jantungnya kan? Kondisinya separah itu? Terus kenapa kalian biarin Arya bawa Rafa? Kenapa kalian gak rawat Rafa sampai sembuh dulu? Apa ini karna papa yang minta?" tanya Adel yang membuat Joy terkejut, namun lagi – lagi lelaki itu menganggukkan kepalanya.
" Tuan besar memerintahkan untuk menanamkan gps di tubuh Rafa, jadi kami dengan mudah menyelidiki siapa bos besar itu, hal itu pula yang membuat Tuan besar membiarkan Rafa dibawa oleh Arya, tuan pikir Arya akan membawa Rafa ke bos mereka, ternyata Arya membawa Rafa ke kota B untuk perawatan."
" Seharusnya Lo bilang ini dari awal, beberapa hari ini gue udah yang benci banget sama dia. Kalau ternyata dia melakukan hal untuk melindungi gue tapi malah gue benci sama dia, gue gak kebayang akan jadi sejahat apa gue. Sekarang gue mau ketemu dia dulu," ujar Adel dengan semangat, namun ditahan oleh Joy.
" Maaf nona, sebaiknya nona jangan pergi, karna di luar sana kondisinya masih sangat tidak aman untuk keluarga ini. Saya sudah diberi perintah hanya memperbolehkan nona keluar untuk sekolah, selain itu, nona tidak boleh bepergian. Hal itu karna tuan besar berhasil mendapat proyek di bisnis abu – abunya, dan kata tuan besar, saingan bisnisnya itu tidak terima atas kekalahannya."
Adel langsung meremas kepalanya dan menghentakkan kakinya menuju ke dalam kamarnya. Dia sudah sering menghadapi situasi semacam ini, dia pun sudah terbiasa, namun kini kondisinya berbeda, dan dia semakin khawatir dan gelisah.
" Lo baik – baik aja kan di sana?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Sinduk Rumiati
lanjut thor
2020-01-23
1
Alvi Danis
Seruuu duh penasaran banget kelanjutannya
2020-01-23
1
Manzila
up thorrrrr ,,smngattt
2020-01-23
1