Akhirnya waktu hukumannya selesai. Adel mengelap keringat yang ada di dahinya dan beranjak dari sana, membuat Rafa yang sedang memegang ponselnya dengan satu tangan jadi terkejut, namun lelaki itu tetap dengan gaya coolnya dan berjalan menyusul Adel. Hal itu tidak terlepas dari siswa siswi SMA Semesta yang menatap Adel dengan garang.
Dari kejauhan Adel bisa melihat Agatha yang berlari ke arahnya, sepertinya gadis itu langsung berlari ke kantin setelah jam pelajaran selesai, Adel cukup terharu melihat Agatha yang tampak aneh saat berlari, namun gadis itu tetap memaksakan diri untuk berlari agar Adel bisa merasakan segarnya air yang mengaliri tenggorokannya. Gadis itu ternyata sungguh merasa bersalah karna Adel dihukum sendirian.
Senyum yang ada di bibir Adel luntur seketika saat temannya itu dicegat oleh dua orang, Adel yakin mereka adalah antek – antek lelaki gila yang sedari tadi mengikuti dia meski sudah dia abaikan. Adel langsung berjalan sepat, namun tangannya dipegang oleh seseorang dari belakang, membuat dia menghentikan langkahnya dan menatap pemilik tangan dengan wajah tak santai.
" Mau ngapain ya kak, gue mau ke teman gue dulu kak, tolong lepas ya, gue gak tahan dilihatin sama satu sekolah kayak gini," ujar Adel dengan senyum yang dipaksakan. Rafa tidak berpaling dari Adel sedikitpun, dia juga tidak peduli dengan tatapan yang menyorot ke arah mereka.
" Nih minum buat Lo," ujar Rafa mengulurkan sebuah botol air mineral dingin dengan wajah yang dingin pula. Sebenarnya itu menjadi daya tarik tersendiri karna Rafa memang persis seperti badboy yang termasuk dalam mostwanted di ala novel. Telinga berlubang bekas tindik, merokok, dan bersikap dingin. Entah mengapa Adel malah jijik dengan lelaki yang seperti itu.
" Gak usah kak, makasih, temen gue udah bawa minum," ujar Adel yang masih menahan rasa kesalnya dan masih berusaha menampilkan senyum yang sangat dia paksakan. Setidaknya dia harus bersikap sopan pada orang yang ditakuti sekaligus dikagumi di sekolah ini dia tak mau mencari masalah lagi.
" Lo harus mau, karna punya teman Lo udah diminum sama teman gue, tuh," ujar Rafa yang menunjuk ke arah depan menggunakan dagunya. Adel membuka mulutnya saat melihat pemandangan yang ada di depannya. Tampak Agatha yang cemas karna minum yang dia beli sudah diteguk oleh teman – teman Rafa. Melihat itu tentu Adel langsung kehilangan kesabarannya.
" Lo pikir Lo siapa sih kak? Jangan suka bertindak seenaknya dong, mentang – mentang kami adek kelas terus Lo bisa tindas seenaknya? Dasar gak ada aturan," ujar Adel yang langsung menepis air mineral di depan wajahnya sampai tumpah.
Dengan kejam Adel menepis tangan Rafa sampai terlepas dari tangannya lalu melangkah dengan kesal ke arah Agatha dan mengajak gadis itu pergi dari sana. Semua hal itu membuat mereka yang melihat menjadi kaget. Baru kali ini ada seseorang yang berani melakukan hal itu pada Rafa, pasti Rafa tidak akan senang dengan hal itu.
Namun nyatanya Rafa hanya tersenyum dan berbalik menuju kelasnya, merupakan pemandangan baru bagi teman – teman Rafa dan warga sekolah, lelaki itu tak tampak gusar sama sekali, malah tersenyum seperti orang idiot. Apakah Adel sungguh membuat Rafa menjadi gila dan kehilangan akalnya? Atau dibalik senyum itu Rafa sudah menyimpan rencana menyakitkan untuk Adel?
Sementara itu dalam perjalanan menuju kelasnya, Adel mendapat banyak gunjingan dan lirikan tajam. Jika orang lain akan takut, Adel malah membalas lirikan itu dengan tatapan membunuh, membuat mereka yang menggunjingnya kicep dan membiarkan Adel lewat dengan tenang, meski setelah itu mereka kembali membicarakan Adel.
" Adel, aku punya firasat buruk buat hal ini, apa gak sebaiknya minta maaf aja ke kak Rafa, kayaknya dia bukan orang sembarangan," ujar Agatha yang membuat langkah Adel terhenti, gadis itu menatap Agatha dengan tajam, membuat Agatha terdiam dan menunduk, tidak berani menatap balik Adel. Agatha sadar sudah membuat Adel marah, namun dia tidak bisa menahan diri untuk menyampaikan pendapatnya.
" Lo takut sama dia? Semakin Lo takut, semakin mereka bakal suka ngebully Lo. Lo mau seumur hidup Lo jadi bahan bully an orang? Lo mau hidup Lo diremehin dan dianggap candaan? Lo manusia, harus punya harga diri dan tekad untuk dihargai selayaknya manusia," ujar Adel dengan nada yang sewot, dia tahu maksud Agatha, namun dia enggan menurutinya.
" Lo bilang minta maaf ke cowok songong itu? Emang salah kita apa? Dia yang datang – datang malah minum air yang Lo beli, dia yang tahu – tahu ngalangin jalan kita dan gangguin kita. Kalau Lo mau terus ditindas ya silakan, tapi gue enggak. Lo mau minta maaf ke dia? Kalau iya, gue lepas tangan Lo sekarang, tapi jangan harap Lo bakal kenal sama gue lagi setelah itu."
Agatha terkejut dengan ancaman itu, Adel memang sedari tadi menggenggam tangannya. Layaknya seorang kakak yang melindungi adiknya, sepertinya gadis itu tak main – main dengan ancamannya. Apakah Agatha mau merelakan Adel untuk kedamaiannya? Tentu saja tidak, Agatha tidak sebodoh itu bung.
" Gak mau Del, aku gak mau," ujar Agatha yang langsung memegang lengan Adel dengan erat seperti anak kecil yang takut ditinggal di taman bermain oleh orang tuanya. Adel mengangguk tanpa ekspresi, gadis itu langsung menarik Agatha untuk pergi dari sana sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
" Lo tuh baru kelas satu kok gak tahu malu sih Del? Lo bikin nama kelas kita tercemar tahu gak? Baru beberapa hari masuk kelas udah bikin masalah sama prince charmingnya SMA Taruna," ujar salah satu teman Adel yang menyambut mereka saat baru saja melangkahkan kaki ke dalam kelas. Adel melepas tangannya dari Agatha dan memijat pelipisnya.
Apakah tidak ada yang berpikiran waras di sekolah ini? Apakah tidak ada satu pun yang membuka matanya sebelum membuka mulutnya? Ingin rasanya Adel mengurus surat pindah ke SMA lain saat ini juga, namun dia sadar tidak bisa bertindak seenaknya, apalagi meminta papanya untuk mengurus semuanya.
" Kalian tuh bisa gak sih kalau menilai sesuatu itu lihat dari kedua sisi? Kalian gak pernah tahu kan sisi gue? Kenapa kalian menyudutkan gue seolah semua itu gue yang mulai?" tanya Adel dengan sendu dan pelan, gadis itu sengaja mengiba tanpa menggunakan otot pada teman kelasnya. Adel sadar menggunakan otot hanya memperkeruh keadaan dan membuat teman – temannya itu makin membencinya.
" Memang ceritanya gimana? Kok Lo bisa dihukum tadi? Terus kok tiba – tiba kak Rafa datang dan payungin Lo gitu? Sejak kapan kalian sedekat itu?" pertanyaan itu berbondong dari orang – orang yang berbeda. Adel tersenyum kikuk dan menggaruk belakang kepalanya sebelum akhirnya mulai menyusun jawaban yang sebenarnya. Toh memang sejak awal bukan dia yang membuat masalah.
" Tadi waktu ganti baju, ada orang yang mau ngerjain gue, naruh ember isi air di pintu, kalau gue gak tahu, pasti ember itu udah kena ke gue. Terus niatnya gue mau membela diri dan nendang pintu biar kena ke mereka. Eh malah kena sama guru yang lewat, ya mana gue tahu guru itu bakal lewat, niat gue kan Cuma mau ngebales mereka yang bully gue, apa gue salah?"
" Gue udah jelasin ke guru itu, tapi guru itu gak mau tahu, ya udah gue terima nasib aja dihukum walau gue gak salah. Terus untuk masalah kak Rafa, gue gak kenal sama dia, gue juga gak tahu kenapa dia tiba – tiba ada di sebelah gue bawa payung. Itu juga menjawab kan masalah gue dekat sama dia? Jawabannya, gue gak dekat sama sekali, bahkan gue Cuma tahu namanya, tanpa mengenal orangnya."
" Lah? Tapi kok beritanya nyebar gak karuan? Bahkan ada yang bilang Lo yang ganjen deketin kak Rafa duluan Del," ujar salah satu temannya dengan kaget, namun Adel tak ambil pusing dengan hal itu. Terserah mulut racun mereka berbicara apa di belakangnya, asalkan tidak merugikannya, itu tidak masalah bagi Adel. Namun untuk teman kelasnya, mereka tidak boleh salah paham dan membenci Adel. Siapa yang akan membantunya saat ulangan bila hal itu terjadi?
" Gue juga gak tahu berita sejahat itu datang dari mana. Gue sih juga gak masalah mereka bilang apa, asal kalian, temen kelas gue, gak ikut – ikutan salah paham kayak mereka, yang gue butuhkan itu support dari kalian, apalagi kelas kita gak akan lukir sampai kelas tiga. Makanya gue cerita hal ini ke kalian biar kalian gak salah paham lebih lama lagi."
" Ah, ternyata kayak gitu. Wah, kasihan juga ya Lo. Nah kalau gini kan enak, kita dengar ceritanya dari Lo, jai kita gak berprasangka buruk sama Lo. Maaf ya karna kita Cuma nyalahin Lo sepihak, kita salah. Ke depannya kalau ada berita buruk atau apapun kita bakal tanya dulu sebelum judge ke orangnya. Maaf ya Del," ujar teman Adel yang membuat gadis itu tersenyum.
" Gak masalah, yang penting sekarang kalian udah tahu masalahnya dan udah jelas. Next time kalau ada yang mau ditanyain ya tanyain aja. Dari pada berprasangka buruk malah dosa juga kan? Kalau gitu gue duduk dulu, udah clear kan?" tanya Adel yang diangguki oleh teman – teman kelasnya. Adel merasa lega setidaknya teman kelasnya tidak serusuh siswa siswi yang ada di sekolah ini.
Tak berapa lama guru mata pelajaran selanjutnya sudah masuk ke dalam kelas. Namun Adel belum berganti pakaian dan meminta ijin pada guru itu untuk berganti pakaian. Untung saja guru itu baik hati dan mengijinkan Adel untuk pergi. Adel dan Agatha langsung keluar dari dalam kelas menuju lokernya untuk berganti seragam dengan tenang karna jam pelajaran sudah dimulai dan koridor kelas sepi.
Jam pelajaran berakhir. Seluruh siswa berbondong keluar dari dalam kelas menuju parkir motor dan mobil, tidak bagi Adel yang hari ini dijemput oleh Joy, gadis itu langsung berjalan ke arah gerbang dan menunggu pengawal pribadinya itu. Biasnaya Joy yang menunggunya, namun entah bersembunyi dimana lelaki itu sampai tidak terlihat seperti ini.
" Nona." Panggilan itu membuat Adel terkejut, gadis itu menengok dan mendapati Joy yang berdiri tegak di sebelahnya. Baru saja Adel membatin, lelaki itu sudah muncul layaknya jin asap, tak ada jejak dan tanpa pemberitahuan. Adel menepuk pundak Joy dengan senyum manisnya sebelum mengikuti lelaki itu untuk pergi ke mobil mereka.
Joy memang lelaki yang pendiam, namun dia sangat menjaga Adel, bahkan sejak dahulu. Joy juga yang mengajarkan Adel ilmu bela diri diluar kelas bela diri yang dia ikuti. Bahkan Adel diam – diam belajar menggunakan senjata api untuk melindungi dirinya. Joy dapat diandalkan dalam segala situasi dan sudah seperti kakaknya sendiri. Apalagi wajahnya tampan dan enak dilihat, membuat Adel betah berada di dekat Joy.
" Ini siapa Del? Wah ternyata Lo diam – diam punya selingkuhan ya Del? Kecewa nih Rafa," ujar salah satu teman Rafa yang Adel kenali wajahnya, namun tidak dengan namanya. Joy menatap ke arah Adel untuk meminta penjelasan, namun Adel menggeleng, membuat Joy sudah mengerti maksud dari gestur itu.
Baik Joy mau pun Adel, mereka masih diam dan menunggu apa yang hendak dilakukan oleh Arya. Ternyata ada lebih dari lima orang tiba - tiba muncul dari arah belakang dan memegang tangan Joy dengan kuat. Lelaki itu meringis saat tangannya ditarik ke arah belakang.
" Lepasin dia! Kalian apa an sih! Gak usah cari masalah atau gue bakal teriak sekarang! Lepasin Dia!" teriak Adel dengan kesal, gadis itu tahu tangan Joy sedang cidera, bahkan cidera itu juga karna Adel. Mereka berlatih dan Adel salah posisi, namun Joy melindunginya sampai tangan lelaki itu yang cidera.
" Gue kan udah bilang kalau Lo itu punya gue Del, kenapa Lo malah ada main sama cowok lain? Gue kecewa loh Del ini, masak Lo tega berbuat seperti ini sama gue sih Del?" Adel menengok ke arah belakang dan mendapati Rafa yang dengan santai berjalan ke arahnya dan merangkulnya.
" Dia itu pengawal pribadi gue, lepasin dia kalau kalian masih pingin hidup! Gue bakal benci seumur hidup sama Lo kak kalau Lo gak lepasin dia!" seru Adel yang membuat Rafa terkejut dan meminta teman – temannya melepaskan Joy. Joy hendak membalas dan menaklukkan mereka, namun Adel mengodenya untuk diam dan tidak menimbulkan masalah. Tentu Joy menuruti perintah Adel.
" Besok gue tunggu sepulang sekolah, kita jalan – jalan sama makan, gue pingin mengenal lebih dalam lagi pacar gue itu kayak apa. Gak ada penolakan ya, karna gue gak suka ditolak. Got it?" tanya Rafa dengan senyum miringnya. Adel hendak membentak Rafa, namun gadis itu tiba – tiba mengingat Key, sekaligus mengingat janjinya pada gadis itu.
" Oke fine, gue ngalah, terserah Lo mau apa, asal Lo gak ganggu orang sekitar gue, kak. Gue bakal nurutin apa mau Lo. Tapi gue minta nomor Lo, karna gue gak tahu gue ada acara mendadak atau enggak. Gue juga gak mau ke publish di depan anak – anak di sekolah. gue gak suka jadi pusat perhatian."
" Oke setuju," ujar Rafa dengan cepat dan memencet layar ponselnya beberapa langkah dan di ponsel Adel langsung terpampang nomor asing yang menelponnya. Adel nyaris terkejut dengan kehebatan Rafa yang sudah memiliki nomor ponselnya.
" Sini in ponsel Lo," ujar Rafa yang langsung merebut ponsel Afel. Lelaki itu menyimpan nomornya di ponsel Adel. Lalu menyerahkan ponsel itu kepada pemiliknya kembali dan pergi dari sana.
" Mas, maaf ya teman – teman saya kasar sama Mas, kita damai mas, selamat menjaga pacar saya dengan selamat," ujar Rafa dengan sopan dan menjabat tangan Joy dengan paksa, meski sopan, lelaki itu mengatakan hal tersebut tanpa ekspresi, membuat Joy semakin kesal, meski harus dia tahan karna Adel yang memintanya.
Seperginya Rafa, Adel langsung mengajak Joy ke mobil mereka sambil menatap ponslenya yang membuatnya jijik. Dia belum menyentuh layar atau mengubah posisi layar sejak dipegang oleh Rafa sehingga kini di layar ponselnya tertampang sebuah nomor dengan nama 'mine'.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Axel 69
Wah typonya parah atau memang disengaja ?
Nama sekolah diganti ganti terus, nama bodyguardnya juga diganti pula 🤦🏾♂️🤦🏼♂️🤦🏾♂️
2020-02-09
0
Alvi Danis
Keren Thor.. 💓💓
2020-01-03
2