Bab 2

Adel duduk santai di antara murid lain yang memakai seragam SMP nya, dia duduk sendiri tanpa ada kawan bicara, sementara yang dia lihat Key dan Lucy asyik sendiri sambil menunjuk nunjuk pengurus OSIS yang dirasa tampan.

" Baiklah, untuk kegiatan pertama, silakan kalian duduk berhadap hadapan dengan depan belakang kalian."

Mereka semua mengikuti instruksi Pengurus OSIS itu dan duduk sesuai yang diinginkan. Adel yang duduk paling belakang hanya diam dan menunggu orang di depannya berbalik.

Seorang gadis berkepang dua, berkacamata besar dengan freckles di sekitar hidungnya. Kulitnya putih bersih, hanya saja gadis itu selalu menunduk seperti orang minder hingga kecantikannya tidak nampak.

" Lo keturunan Bule ya?" Tanya Adel spontan, gadis yang ditanya diam dan menunduk takut, membuat Adel menatapnya heran.

" Kalau ditanya itu jawab, Lo gak bisu kan?" Tanya Adel sedikit menyentak, orang di depannya bahkan tampak kaget dan menggeleng pelan, Adel bisa melihat kegelisahan itu. Sebenarnya apa yang terjadi? Gadis di depan Adel tampak takut menghadapi Adel. Memang Adel bertampang kriminal?

" I.. iya," jawab orang itu pelan dan gemetar.

" Wih, sudah kuduga, pantes cakep Lo, cuma culun aja," ujar Adel dengan kekehan pelan. Mendengar Adel terkekeh tentu membuat gadis di depannya menengok penasaran hingga mata mereka bertemu dan berpandang.

Oh tidak, jangan bayangkan hal yang menjijikkan, mereka hanya bertukar kontak mata, tidak ada hal yang istimewa.

" Nah kita ambil contoh, eeemmm siapa ya kira kira."

Adel baru menyadari bahwa salah seorang pengurus OSIS SMA Semesta ini masih memberikan instruksi kedua untuk apa yang harus mereka lakukan. Sedangkan Adel yang tak menyimak tentu tak tahu apa yang mereka bicarakan.

" Eeemm itu aja tuh, dua dari belakang. Tolong dong," ujar pengurus OSIS itu meminta bantuan pad temannya yang lain. Tak lama seseorang mendekat dan mengangkat gadis di depan Adel dan sedikit menyeret gadis itu ke depan sana.

Adel menunggu apa yang akan dilakukan oleh orang itu. Ternyata mereka mengambil spidol merah dan mulai menggambar wajah gadis itu dengan bentuk yang lucu, namun apa yang mereka lakukan tidaklah lucu, mereka bergantian menggunakan wajah manis gadis itu sebagai media kreasi mereka.

" Woii, apa gunanya sih kayak gitu?" Adel langsung berdiri dan menunjuk ke arah gadis yang menjadi korban Bully kakak kelasnya sendiri. Mereka yang ditunjuk Adel tampak tak terima, apalagi kemarin Adel juga sudah berulah dan beruntungnya gadis itu bisa mendapatkan tanda tangan Rafa dengan mudah.

" Terus kamu mau apa? Menggantikan tempat dia?" Tanya pengurus itu dengan wajah tengilnya. Adel akan mengingat moment ini, dia pun juga akan membuat mereka semua mengenang moment ini.

" Kalian tahu kan bullying bisa dilaporin ke kantor polisi? Saya rasa kalian cukup pintar untuk tahu hal itu," ujar Adel tersenyum miring, tampak mereka menahan tawa karna perkataan Adel.

" Lapor aja sana, punya bukti apa kamu? Lagian ini tuh bagian dari kegiatan, kamu sebagai peserta nurut aja, dasar pemberontak."

Adel tak menyangka masih ada manusia spesies seperti mereka di muka bumi yang modern ini. Masih jamankah bersikap senioritas dan membully adik kelas? Bodohnya, kenapa mereka yang dibully hanya diam tidak memberontak?

" Key! Lo rekam semua kan?" Tanya Adel berteriak dan menatap ke arah Key yang juga menatap ke arahnya. Key terkaget karna diteriaki, namun gadis itu mengangguk mantab membuat Adel tersenyum penuh kemenangan.

" Lah? Emang rekam apa.."

" Ssttt." Key langsung mencegah Lucy untuk bicara, gadis lemot itu akan menghancurkan rencananya jika buka suara. Key tidak tahu apa yang direncanakan Adel, namun dia akan membantu agar gadis brutal itu selamat kali ini.

" Ka.. kalian... Ka.. kalian kan tahu gak boleh bawa ponsel waktu MOS! Kalian melanggar aturan! Saya bisa ya hukum kalian," ujar pengurus itu dengan gugup. Adel bisa melihat kegelisahan orang itu, bahkan keringat di dahinya tidak bisa berbohong.

" WOI KALIAN SEMUA! MASAK KALIAN TERIMA DAN MAU MAU AJA DI BULLY SAMA MEREKA? KALIAN KESINI BUAT SEKOLAH COY BUKAN BUDAK MEREKA!" Adel tiba - tiba berteriak dan menginterupsi keadaan.

Semua peserta terdiam dan menyadari perkataan Adel benar. Mereka harus menolak jika niat pengurus OSIS adalah membully mereka, apa hubungannya hal itu dengan pengenalan sekolah? Mereka mulai berteriak pada Pengurus OSIS, membuat Pengurus OSIS terkejut seketika.

" Kamu! Berani kamu ya!" Sentak pengurus OSIS lain dan berjalan mendekat ke arah Adel. Namun gadis itu tidak gentar sedikitpun, seakan sudah siap menerima apapun yang akan diberikan oleh orang itu.

" KALIAN SETUJU SAMA PERNYATAAN SAYA? ATAU MALAH SETUJU WAJAH RUPAWAN KALIAN HARUS JADI MEDIA KEISENGAN MEREKA? COBA PIKIRKAN BERAPA RUPIAH YANG KALIAN KELUARKAN UNTUK MERAWAT WAJAH ITU?"

Mereka tampak setuju dan makin bersorak agar pengurus OSIS itu meminta maaf dan tidak melanjutkan kegiatan ini. Dalam sejenak suasana menjadi ricuh, bahkan sampai terdengar di telinga para guru.

Yang laki laki bantu menyoraki, yang perempuan bangkit bersiap untuk menjambaki, keadaan akan semakin pecah jika dari pihak sekolah tidak turun tangan mengirimkan perwakilan guru yang menjabat jadi kesiswaan.

" BERHENTI! Siapa yang menjadi biang rusuhnya?!" Bentak guru itu dengan wajah galaknya. Mereka yang tadi heboh bersorak Sorai kicep seketika. Adel tertawa remeh saat menyadari seperti apa teman teman barunya ini.

" Saya Bu!" Ujar Adel dengan keras sambil mengangkat tangannya, memang dari awal dia yang menyebabkan kerusuhan ini, namun tidak akan ada asap jika tak ada Api, Adel tidak takut sama sekali karna dia merasa melakukan hal yang salah.

Adel menatap gadis culun yang kini wajahnya sudah bergambar gambar dengan bentuk beragam, Adel mendekat dan menepuk pundak gadis culun itu lalu membisikkan sesuatu yang membuat gadis culun itu tersenyum tipis.

" Lo tenang aja, kalau mereka bully Lo lagi, lo bilang sama gue, gue patahin lehernya, take care."

Adel berbalik dan berjalan mengikuti guru yang berwajah killer tersebut, namun tak ada ketakutan sedikitpun dari langkah Adel, gadis itu merasa tidak dalam posisi salah hingga dia harus ketakutan. Berbeda dengan pengurus OSIS yang tampak gugup dan memandang Adel dengan sebal.

Dari kejauhan ada dua orang pria yang mengamati kejadian dari pengurus OSIS membully gadis cupu itu sampai Adel yang dibawa ke ruang BP bersama Pak Praja, guru yang terkenal killer dan garang di SMA Semesta, namun tampaknya gadis pemberontak itu tetap tenang saja.

" Gimana? Lo tertarik kan? Seru juga kalau kita pakai tuh cewek," ujar salah seorang pria pada pria lainnya, tampak pria lain itu tersenyum miring dan mengangguk tanda setuju dengan ide temannya, tampaknya akan seru jika gadis pemberontak itu ikut bermain dengan mereka.

" Menarik, kita lihat aja nanti hasilnya, kabarin anak – anak misi baru kita dan taruhan yang di dapat, gue bakal taruh mobil gue di permainan kali ini," ujar lelaki itu dengan dingin dan menyeramkan, sementara pria yang lain hanya mengangguk senang dan mengambil ponselnya untuk mengabari teman – temannya yang lain.

***

" Kamu! Baru dua hari jadi siswa di SMA ini sudah membuat rusuh saja, kamu mau di drop out sekarang juga?" tanya guru yang Adel tahu namanya pak Praja, terlihat dari papan nama yang menempel di dada sebelah kiri guru buncit itu.

" Karna saya punya alasan kuat untuk masalah ini pak," jawab Adel dengan tenang, membuat dua pengurus OSIS yang ada disana semakin grogi. Adel tersenyum penuh kemenangan, jujur saja dia juga grogi namun dia tidak menampakkannnya untuk membuat lawannya menjadi mati kutu, setidaknya hal itu lah yang dikatakan oleh guru bela dirinya, jangan biarkan musuh melihat kelemahanmu, atau dia akan mengalahkanmu dengan mudah.

" Apa alasan kamu?" tanya guru itu dengan galak sambil menurunkan sedikit kacamatanya dan meneliti Adel dari atas hingga bawah. Jika saja ini bukan di lingkungan sekolah, Adel sudah pasti menendang wajah hidung belang itu, namun Adel masih waras untuk tidak menambah masalah dalam hidupnya.

" Menurut bapak, pembullyan dalam kegiatan Masa Orentasi apakah dibenarkan?" tanya Adel yang ingin sedikit bermain – main agar pengurus OSIS itu makin ketakutan.

" Tentu saja tidak, SMA Semesta sangat mengalarang adanya pembullyan dalam bentuk apapun, dalam kegiatan apapun," jawab guru itu dengan cepat tanpa berpikir, Adel mengangguk paham dan puas dengan jawaban guru itu.

" Sayangnya pengurus OSIS sebagai panitia yang harusnya mengayomi justru melakukan tindakan menyedihkan itu pak," ujar Adel tersenyum dan melihat ke arah kedua orang yang ada di sebelahnya.

" Bo… bohong pak," ujar pengurus OSIS itu membela diri dan memotong perkataan Adel, namun Adel malah tersenyum dan menatap kembali guru tersebut dengan tatapan yakin.

" Mereka menarik salah seorang siswa dan menggambari wajah siswa itu dengan girangnya, bahkan meminta semua siswa melakukan hal yang sama dengan patner mereka, menurut bapak, apa gunanya materi seperti itu dimasukkan ke dalam materi? Apakah masuk akal?"

" Seluruh peserta MOS menyaksikan hal itu, bapak bisa tanyakan pada mereka jika bapak tidak yakin, jika bapak tidak menindak lanjuti masalah ini dengan adil, saya akan melaporkan hal ini ke dinas pendidikan dan akhirnya nama sekolah ini yang akan menjadi jelek, saya rasa pihak sekolah tak akan mengambil resiko ini."

Guru tersebut tampak terkejut dan memandang ke arah dua orang siswa yang berstatus panitia tersebut, beliau menggelengkan kepala tak menyangka siswa tersebut berani melakukan pembullyan di area sekolah. lebih terkejut algi dengan keberanian Adel yang notabene masih siswa baru.

" kamu silakan kembali ke lapangan dan melanjutkan kegiatan, terima kasih untuk info dan bantuannya, dan kalian berdua, kalian akan tinggal untuk mempertanggung jawabkan perbuatan kalian."

Adel tersenyum puas mendengar jawaban guru tersebut, meski pengurus OSIS disini menyebalkan, untung saja guru ini masih bisa bertindak adil, Adel bangkit berdiri dan berpamitan dengan guru itu, Adel tersenyum mengejek pada dua orang yang kini memandang Adel dengan sebal.

" Semangat!' ujar Adel dengan wajah riang meski tanpa suara, membuat dua orang itu makin kesal namun Adel tak peduli, dia tetap berjalan keluar dari ruang BP menuju lapangan karna acara tetap dilanjutkan meski terjadi kekacauan.

Mereka semua memandang Adel yang baru saja datang dengan wajah penasaran, bagaimana mungkin Adel pergi dan datang dengan wajah tenang seperti itu? Apakah Adel berhasil ' mengalahkan' dua iblis kecil tadi? Bagaimana caranya Adel bisa meyakinkan guru itu sementara Adel anak baru? Dalam sekejap Adel jadi terkenal di kalangan siswa, namun bukan itu yang sebenarnya diinginkan Adel, gadis itu hanya ingin hidup dengan tenang.

" Lo gak hapus spidolnya? Betah Lo jadi badut badutan gitu?" tanya Adel saat duduk kembali ke tempatnya dan mendapati gadis culun itu masih belepotan spidol. Gadis itu tampak menggeleng dan tak mengatakan apapun, membuat Adel gemas sendiri karenanya.

" Lo gak jawab gue doain bisu seumur hidup," ujar Adel mengancam dan menunjuk ke arah gadis itu, gadis itu tampak kaget dan menatap Adel yang juga sedang menatapnya, gadis itu menggerakkan matanya gelisah dan akhirnya menunduk kembali, hampir saja Adel menabok gadis itu jika dia tidak segera menjawab Adel.

" sa.. saya sengaja gak hapus buat nolong kamu kalau guru tadi butuh bukti," ujar gadis itu tetap menunduk, Adel tersenyum karna akhirnya bisa membuat gadis itu bicara, meski hal itu belum cukup untuk memuaskan Adel.

Adel mengangkat wajah gadis itu untuk memandangnya, memasang wajah galak namun menahan dagu gadis itu agar tetap menatapnya. Gadis itu tampak terkejut dan takut, matanya tidak berani bertatap dengan Adel, gadis itu mencari obyek lain untuk dilihat.

" Eh cupu, kalau diajak ngomong atau ngajak omong itu lihat ke orangnya, Lo lagi ngajak omong manusia cuy," ujar Adel dengan galak namun tidak kasar, mohon maaf saja, itu kan sudah pembawaannya.

" Ta.. tata." Adel mengerutkan keningnya saat gadis di depannya menyebutkan kata 'Ta' apa maksudnya? Apakah gadis itu masih belajar huruf arab dasar?

" Nama saya Tata, Agatha, bukan Cupu," ujar gadis itu mulai berani memandang ke arah Adel, disambut senyuman riang oleh Adel, gadis itu senang akhirnya si cupu di depannya berani untuk menatap matanya.

" Nah gitu dong, berani natap mata gue, gue gak gigit, Cuma suka jilat aja. Kalau Lo gak mau orang – orang Bully Lo, Lo harus berani natap mata mereka, Oke?" tanya Adel melepas tangannya setelah memastikan Tata paham dengan ucapannya.

" Ma.. makasih ya Adel," ujar Tata tersenyum canggung, namun hal itu sudah cukup bagi Adel karena gadis itu sudah berproses, perlahan pasti gadis itu bisa mendapat kepercayaan dirinya, Adel yakin itu.

" Silakan kalian istirahat, kalian bisa main ke kantin dan membeli makanan disana." Key dan Lucy langsung menghampiri Adel, membuat beberapa orang disana menatap ngeri karna ternyata ada yang mau mendekat dan bahkan berteman dengan gadis sekasar Adel.

" Gilak Lo, dua hari sekolah ini udah bikin gaduh aja, salut gue," ujar Key dengan riang dan menepuk pundak Adel, Adel hanya terkekeh menanggapi Key yang dia rasa berlebihan, meski Adel yakin sih jika Key tidak akan mampu dan mau melakukan hal seperti ini.

" Kantin yuk, risih gue dilihatin mulu," ujar Lucy yang melepas rangkulan Key ke Adel, Key memutar bola matanya malas karna Lucy sangat merusak suasana, namun Key setuju juga dan akhirnya mereka berjalan bersama menuju kantin, surganya semua siswa.

" Eh terus nasib panitia yang tadi pergi sama Lo gimana Del?" tanya Key setelah mereka duduk tenang dengan makanan masing – masing. Kantin SMA Semesta sangat luas dan bersih, persis seperti restauran membuat siswa siswi nyaman makan di kantin.

" Gue gak tahu juga yah, soalnya gue disuruh balik duluan sama tuh guru, gue gak mau ikut campur lah," ujar Adel mengedikkan bahunya tidak peduli karna memang urusannya selesai dengan meminta keadilan untuk dua orang itu, selepas itu sudah bukan urusan Adel lagi.

" eh Guys, mereka bukan?" tanya Lucy tiba – tiba sambil menunjuk dua orang yang keluar membawa sikat WC secara terang – terangan membuat dua orang itu memandang Lucy dengan tatapan galak.

" ****, jangan ditunjuk lah ****, kalau mereka kesinggung gimana? Gila Lo," ujar Key menurunkan tangan Lucy segera, gadis itu memang paling takut dengan keributan dan kekerasan, namun dia malah dipertemukan dengan Adel yang hobi melakukan itu semua.

" Lo, Lo lihat dan tunggu aja pembalasan gue," ujar dua orang itu menghampiri Adel yang membuat suasana kantin yang tadinya ramai menjadi sepi.

" Really? I Can't wait for that, but first of all, kakak bisa lanjutin dulu gak? Bau WC nya bikin saya gak selera makan nih," ujar Adel dengan tengil sambil menutup hidungnya. Bahkan semua orang yang ada disana menahan tawa seketika melihat respon Adel yang justru membalikkan keadaan.

Dua orang itu pergi dengan perasaan malu, mereka memandang Adel sengit lalu keluar dari kantin sesegera mungkin, Key langsung bernapas lega dan mengontrol debar jantungnya.

" Parah Lo Del, kakak kelas Lo gituin, hahahah," ujar Key dan Lucy tertawa lepas karna Adel memang tidak ada tandingannya.

Adel mengibaskan rambutnya yang dia kuncir dia dengan wajah sombong, lalu tertawa bersama Key dengan Lucy yang tak mau ikut dalam pembicaraan.

Terpopuler

Comments

Raini Sidarra aceh

Raini Sidarra aceh

semangat kk

2020-07-21

0

Kiki Dhevin

Kiki Dhevin

wah adel like hero keren ya

2019-10-08

4

M.A

M.A

mantap banget deh si adel

2019-10-05

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!