" Gue gak nyangka kalau Lo gak modal omong doang," ujar Agung yang tiba – tiba datang dan merangkul Agatha. Hal itu tentu membuat Agatha terkejut dan langsung menggeliat menjauh, dia tidak terbiasa berkontak fisik dengan lelaki selama ini, yang dilakukan Agung tentu membuat tubuhnya merespon aneh dan tidak nyaman. Adel yang melihat itu pun langsung berdecak ke arah Agung.
" Hehe, maaf maaf, gue Cuma reflek, gak maksud bikin Lo risih gitu. Eh tapi bener loh, Lo tadi keren banget mainnya, apalagi Lo lepas kacamata gitu, beuuhh, jadi cantik banget," ujar Agung yang akhirnya malah salah fokus terhadap Agatha. Adel pun tak dapat menahan diri untuk menggeplak kepala ketua kelasnya itu.
" Makanya jangan lihat orang dari covernya aja, Lo anggap dia cupu, setelah lihat dia sekarang baru deh Lo puji – puji, basi banget Lo kayak nasi yang dijemur selama lima hari," ujar Adel yang membuat Agung memutar kepalanya dengan malas, dia hendak menjawab Adel, namun dia tidak mau menambah masalah agar lebih cepat selesai.
" Setelah istirahat siang kita bakal lawan kelas IPS terus besok yang voli break, kita bakal tanding basket sama kelas IPA 1, kayaknya sih IPA 1 yaa, gak tahu juga gue, pokoknya yang tim basket siap – siap aja." Itulah yang menjadi amanat Agung sebelum mereka semua membubarkan diri untuk mengisi perut mereka yang kosong.
" Aku gak bawa bekal, ini aku mau order di resto langganan aku, kamu mau?" tanya Agatha pada Adel saat mereka duduk di tempat mereka. Adel tampak berpikir kemudian mengangguk, dia sangat malas untuk berjalan ke kantin, lebih baik menunggu seseorang datang mengantar makanan untuk mereka.
" Lo yang bayar kan?" tanya Adel dengan wajah yang menyengir. Agatha tersenyum sangat tipis sebelum akhirnya mengiyakan apa yang Adel minta. Agatha tampak ingin mengatakan sesuatu, namun dia menggelengkan kepalanya samar dan kembali fokus pada ponselnya. Sekitar setengah jam kemudian, seorang satpam mengantar dua kardus makanan untuk Adel dan Agatha.
" Wiiihh, enak tuh kayaknya, kok Cuma dua sih? Harusnya mah satu kelas kalik ditawarin semua," ujar salah seorang siswa yanag maih ada di kelas itu. Adel langsung memutar bola matanya malas. Jika urusan makanan saja, antena di kepala mereka langsung menangkap sinyal dan merespon.
" Pizza mau gak? Kalau mau gue order sekarang," tawar Adel yang membuat mereka semua berbinar dan menyahut mau. Adel meminta salah satu dari mereka mengabari seluruh teman kelasnya untuk kembali ke kelas setengah jam lagi karna Adel sudah memesankan Pizza untuk mereka.
" Halo? Joy? Mau minta tolong beliin Pizza dong, sepuluh kotak, Lo atur aja toppingnya apa aja. Gak pakai lama ya." Setelah mendengar jawaban di seberang sana, Adel mematikan sambungan telpon dan mulai memainan ponselnya, sementara sebagian besar dari mereka tidak sabar menunggu Pizza gratis. Agatha yang selalu makan makanan sehat pun tidak sebegitu bahagianya.
Setengah jam berlalu, pintu kelas Adel terbuka menampakkan Joy yang membawa lima kotak Pizza dan di belakang lelaki itu ada satpam yang membantunya untuk membawakan kotak – kotak surgawi itu. Mereka bersorak gembira dan mengambil alih kotak kotak itu lalu menatanya di meja meja yang ada di depan. Joy langsung menghampiri Adel dan membawakan struk pembelian pizza itu.
" Masak Lo tega minta ke gue uangnya sih? Gue Cuma anak SMA loh. Bang Joy gak boleh pelit sama adiknya sendiri. Bang Joy minta ke papa aja ya bang, please." Joy langsung mendesah, seharusnya dia tidak menuruti apa kata Adel.
Meminta ganti pada Papa Adel? Sama saja dia akan membuat Adel dihukum oleh papanya itu karna menghabiskan lebih dari satu juta untuk semua makanan ini, hal yang tidak disukai oleh papa Adel. Tapi jika tidak meminta ganti, sama saja dia harus merelakan isi dompetnya untuk gadis tengil di hadapannya.
" Baik nona," jawab Joy setelah berdiam diri beberapa saat. Dia terlalu sayang pada Adel, namun hanya sebagai kakak, dia hanya ingin melindungi Adel dari gangguan apapun, tak ada perasaan lebih. Apalagi jika sebenarnya Adel hanya ingin bersikap royal terhadap teman – temannya, Joy tak akan membiarkan gadis itu dimarahi untuk hal baik.
Satu hal yang membuat Joy merasa sedikit rela mengeluarkan uang pribadinya untuk Adel. Gadis itu selalu memanggilnya 'kak' atau ' abang' saat meminta pertolongannya. Adel sangat manis dan menggelikan saat memanggilnya seperti itu. Setidaknya dia sedikit terhibur meski harus mengeluarkan banyak uang untuk hal itu.
" Terima kasih Adel, Selamat makan semua, bahagia banget deh kalau gini tiap hari," ujar Agung selaku ketua kelas sebelum akhirnya mereka menyerbu Pizza yang ada di hadapan mereka sementara Adel dan Agatha memakan makanan yang tadi mereka pesan meski makanan itu sudah menjadi dingin. Mereka semua menikmati waktu kebersamaan yang hangat sebagai teman kelas yang terbilang masih baru.
" Adel, ada yang nyariin!" seru seorang teman kelasnya setelah mengecek pintu yang sengaja mereka tutup agar tidak mengundang perhatian siswa kelas lain. Adel yang sudah menyelesaikan makannya langsung bangkit berdiri dan memeriksa siapa yang mencarinya, entah mengapa dia menebak satu nama dalam kepalanya.
" Sudah Adel duga," ujar Adel yang dimanis – maniskan saat melihat seseorang itu berdiri dengan beberapa orang di belakangnya yang membawa satu kotak minuman dingin dalam sebuah wadah tertutup. Adel mengetahuinya dari embun yang menempel di wadah itu. Melihat itu Adel langsung memiliki firasat yang tak enak.
" Buat anak kelas Lo, anggap aja hadiah dari gue karna kalian tadi menang, apalagi teman Lo yang cantik banget itu, keren banget mainnya. Arya sampai jatuh cinta tuh sama dia," ujar Rafa yang membuat Arya memandang lelaki itu dengan lengkungan bibir ke bawah. Rafa langsung tertawa melihat Arya yang merajuk.
Tanpa sadar Adel sedikit terkesan melihat senyum yang indah itu. Adel terdiam melihat wajah Rafa yang tampak sangat bahagia, namun dia tak mau lelaki itu menjadi terlalu percaya diri hingga dia akhirnya mengalihkan pandangannya dan menatap ke dalam kelasnya. Apakah dia harus menerima pemberian Rafa? Tapi bagaimana jika hal ini akan menjadi masalah baru untuknya?
" Adel! Lo ngapain di depan pintu? Lo mau gak nih? Masak Lo yang beli malah Lo yang gak makan? Siapa sih itu?" teriak Agung yang berjalan ke arah pintu dan langsung terdiam saat tahu siapa yang ada di dekat pintu tersebut. Seharusnya dia tidak berteriak seperti itu, semoga saja setelah ini dia tidak mendapatkan hal buruk dari geng Rafa.
" Lo ketua kelas kan? Nih, gue bawa ini buat kelas kalian, tapi Adel malah terpesona sama kegantengan gue, nih ambil. Masak Lo makan – makan gak ada minumnya?" Tanya Rafa yang membuat Agung ikut tertegun. Apakah ini karna hubungan Adel dan Rafa? Tapi gadis itu bilang mereka tak ada hubungan apapun.
" Udah bawa masuk aja, rejeki gak boleh ditolak," ujar Adel yang membuat Agung mengangguk dan memanggil beberapa temannya untuk membawa masuk wadah minuman dingin itu. Adel mengamati yang dilakukan teman – temannya sampai mereka masuk lagi ke dalam kelas.
" Terima kasih ya kak," ujar Agung dengan cepat dan langsung masuk ke dalam kelas karna dia tidak suka menjadi obyek tontonan di sekitarnya. Kehadiran Rafa selalu disertai kehebohan dan keramaian di kalangan para gadis. Mungkin baru kali ini wakil ketua OSIS jauh lebih populer dari Ketua OSIS. Apalagi Rafa bukanlah pengurus OSIS yang pantas dijadikan panutan.
" Nah, minumannya udah diambil, udah diminum. Sekarang waktunya gue nagih bayaran ke Lo," ujar Rafa yang membuat Adel melongo seketika. Seharusnya dia mengikuti kata hatinya untuk tidak menerima pemberian itu. Mengapa tadi dia berubah pikiran setelah melihat senyum Rafa? Memang dasar lelaki iblis.
" Gue bakal ganti semua, bentar," ujar Adel yang mengambil ponselnya. Ponsel yang sudah retak namun masih bisa digunakan. Hal itu sedikit membuat Rafa kembali merasa bersalah pada gadis itu. Namun dia tidak akan menghilangkan kesempatan langka ini. Kini dia sudah berhasil membuat Adel mau tak mau mengikuti apa yang dikatakannya.
" Kalau Lo mau ganti, gue mau yang nomor seri botolnya sama persis, tapi masih segel dan baru, terus tanggal kadaluarsanya sama persis, dan isi dalam botol itu sama persis, bisa?" tanya Rafa yang membuat Adel terkejut sekali lagi. Lelaki itu sangat licik dan menyebalkan.
" Lo bercanda kak? Mana ada nomor seri kembar kalau produksi? Lo sengaja ngejebak gue kak? Sumpah Lo jahat banget sih kak, Iblis ih, gue sumpahin Lo kena karma, Lo gak akan bahagia seumur hidup! Iiihhh." Adel memekik kesal yang malah membuat Rafa menjadi gemas.
Rafa langsung menangkup pipi Adel yang masih marah – marah. Bahkan wajah gadis itu sudah memerah karna menahan amarah. Hal yang dilakukan Rafa membuat Adel terdiam dan menatap lurus ke arah mata yang meneduhkan itu. Entah mengapa Adel terhipnotis dan tidak memberontak sama sekali. Hal itu membuat Rafa dengan gemas memainkan pipi Adel sambil menghasilkan sorakan dari para gadis yang ada di sana.
" Apaan sih kak? Kok malah kurang ajar?" tanya Adel setelah menepis tangan Rafa saat dia kembali ke kesadarannya. Rafa hanya tertawa dan menggelengkan kepalanya lalu membisikkan sesuatu pada Adel dan pergi begitu saja. Adel yang tak mau menjadi obyek kekesalan Fans Rafa langsung masuk ke dalam kelasnya dan menutup pintu rapat – rapat.
Adel memegang dadanya yang berdetak levih cepat. Sepertinya setuhan Rafa membuat rasa takut dikeroyok oleh anak sekolahnya membuat dadanya bergemuruh. Gadis itu menggelengkan kepalanya dan bergabung dengan teman – temannya, mengabaikan apa yang Rafa katakan. Entah Rafa bercanda atau tidak, namun yang dikatakan Rafa cukup menyeramkan untuknya.
" Kamu dan seluruh hidupmu, apapun yang ada dalam diri kamu, perlahan bakal jadi punyaku." Adel mengulangi apa yang Rafa katakan dengan pelan. Apa maksud dari perkataan lelaki itu? Mengapa Adel merasa dia sangat dingin saat mengatakan hal itu? Tapi Adel tidak melihat wajah Rafa, dia tak tahu apakah Rafa mengatakannya untuk menggodanya atau tidak.
" Aiiihh, bodo amat bodo amat, gak peduli gue mah," ujar Adel dengan frustasi sambil melangkahkan kakinya menuju mejanya. Tak lama dia mendapat pesan dari kontak 'mine' yang menuliskan sebuah alamat restoran keluarga disertai jam. Sepertinya kini Rafa memaksanya untuk makan malam bersama. Baiklah, Adel tidak boleh berutang budi pada siapapun.
*
*
" ADEL!" Adel menghentikan langkahnya dan menengok ke arah belakang. Adel melihat Key yang penuh amarah Adel sudah tahu apa yang akan dikatakan oleh Key. Gadis itu langsung membekap mulut Key sebelum gadis itu bersuara nyaring. Key mencoba memberontak, namun Adel memberi isyarat dia untuk diam.
" Yok balik sama gue, Lo belum pesan taksi kan? Mending balik sama gue dan gue ceritain semua yang Lo dengar dari orang lain. Gak capek Lo makan hati karna diadu domba sama orang lain? Lo teman gue kan? Kita udah lama temenan kan?" Key terdiam dan langsung menuruti Adel menuju mobil gadis itu.
" Joy, gue duduk belakang ya?" tanya Adel yang diiyakan oleh lelaki itu. Adel dan Key masuk ke dalam mobil dengan wajah Key yang masih mrah dan enggan membuka suara. Adel mengerti apa yang dilakukan oleh Key, apalagi jika Key sudah mendengar berita tadi siang.
" Gue tahu Lo bakal salah paham sama Gue Key, tapi Lo sadar gak sih kalau kita tuh lagi diadu domba? Lo dapat semua info dari siapa? Sampai yang foto – foto itu, dari siapa?" tanya Adel yang membuka pembicaraan karna Key tidak mengatakan apapun lagi.
" Kenapa Lo malah ngalihin pembicaraan sih Del? Gue kan di sini mempermasalahkan kenapa Lo masih aja dekat – dekat sama kak Rafa? Lo kan tahu kalau gue suka sama dia bahkan dari pandangan pertama Del, harusnya Lo gak usah pura – pura gak suka sama dia kalau memang.."
" Gue diteror Key, Lo gak tahu kan? Nih," ujar Adel yang memotong perkataan Key dan menyerahkan ponselnya. Gadis itu tidak ingin persahabatannya dengan Key rusak karna masalah yang tidak penting. Dan untuk menangkap siapa yang meneror mereka, dia harus mengajak Key bekerja sama.
" Ini kan bisa aja dari haters Lo yang juga fans nya kak Rafa, Lo gak usah playing victim Del biar gue gak nyalahin Lo," sewot Key yang membuat Adel tersenyum miris dan mengambil ponselnya kembali.
" Apa Rafa jauh lebih penting dari gue Key? Apa dia jauh lebih penting dari persahabatan kita yang udah ada lebih dari tiga tahun ini? Kalau memang iya, fine. Gue ikutin cara main Lo," ujar Adel yang sudah lelah dan mendadak dingin.
Mendengar hal itu Key jadi merasa bersalah sendiri, gadis itu juga mulai merasa aneh dengan orang yang memang dengan jelas ingin membuatnya membenci Adel. Tapi siapa?
" Sebenarnya gue dapat foto Lo sama kak Rafa dari orang gak dikenal. Tiba – tiba aja ada paket tak bertuan sampai ke rumah gue dan isinya foto – foto itu, dan tadi juga ada nomor asing yang chat gue foto Kak Rafa megang pipi Lo. Makanya gue marah banget sama Lo."
" Lo kirim nomernya ke gue, biar gue yang lacak nomornya," ujar Adel yang diiyakan oleh Key. Gadis itu menatap ke arah Joy yang menatap ke arahnya melalui spion, lelaki itu paham maksud tatapan Adel, dan mengangguk sembari membelokkan stir mobil ke arah rumah Key.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Sinduk Rumiati
crazy up dong thor
2020-01-11
1