Bab 4

Adel melangkah masuk ke dalam gedung sekolah mengenakan Rok selutut dengan sepatu Kets hitam. Kacamata menghiasi wajahnya dan Headset yang menyumpal telinganya serta permen karet rasa anggur yang membuat giginya tidak menganggur.

" Lo lihat deh, tengil banget gayanya. Padahal masih kelas sepuluh, mentang mentang dia dibelain sama Pak Praja sampai bikin anak OSIS di Skors. Parah banget nih anak." Adel tersenyum seakan dia menikmati setiap sindiran ini, bahkan dia turut bahagia karna pengurus OSIS jahat itu terkena hukuman skorsing karna dirinya.

" Hahaha, biji cabe kalik, kelihatan tengil banget, lihat aja bentar lagi juga di drop out dari sekolah karna hamil di luar nikah." Adel yang tadinya mengabaikan mereka lantas berhenti berjalan. Mereka juga berhenti berjalan seakan malah mengikuti Adel.

" Kita lihat Aja yah, siapa yang akan di drop out duluan di Sekolah ini," ujar Adel dengan senyum di bibirnya, senyum yang menyeramkan, Adel bahkan jarang melakukan hal ini karna dirasa tidak berguna juga.

" Gilak, gue deg deg an masak, tatapannya serem banget ****," ujar salah seorang dari dua orang itu saat Adel sudah menghilang dari hadapan mereka.

" Iya bener nyeremin banget, gak mau mau lagi lah gue ganggu dia, walau di Lisa bayar berapa juga, bisa jantungan gue kalau ditatap kayak gitu mulu," jawab mereka yang lain dan langsung pergi dari sana. Adel memang siswa baru, namun gadis itu tak mau jadi pengecut dan menerima saja jika dia di Bully.

Adel mendongak saat dia sampai di deretan kelas X IPS, sebenarnya dia bisa saja masuk kelas IPA yang katanya penghuni kelas itu serius dan pandai pandai, namun karna dia tidak bisa satu kelas dengan Lucy dan Key, dia memilih masuk ke kelas IPS yang konon katanya lebih seru.

Ah, Adel sendiri masih tidak bisa memastikannya karna dia sendiri belum masuk ke dalam sana, namun yang Adel yakini, dia akan mendapat kelas yang ramai dan bermasalah, karna dulu dia dikutuk oleh salah seorang guru ( Sedih sekali jika diceritakan, jadi skip saja lah)

Adel masuk ke dalam kelas dan mendapati siswa siswinya duduk rapi di tempatnya masing masing, tak ada yang tersisa selain bangku paling depan dan paling dekat guru, bangku yang paling dibenci oleh Adel. Gadis itu berjalan dan mendudukkan dirinya di sana, di sebelahnya gadis cupu yang 'ditolongnya' sedang sibuk membaca buku sampai kepalanya tenggelam.

" Lo kalau gak gitu bakal mati kah?" tanya Adel dengan kesal dan menarik buku itu menjauh dari wajah gadis culun di sebelahnya, dia risih melihat orang yang anti sosial, bukannya menjauh, Adel malah tertantang untuk mengubah jalan hidup orang orang seperti itu.

Kebanyakan dari mereka yang anti sosial adalah mereka yang sering disakiti oleh orang lain, merasa tidak dianggap penting atau bahkan tidak dianggap ada, bisa juga berasal dari mereka yang Insecure karna membandingkan hidupnya dengan orang lain.

Sebab itulah Adel tertantang untuk mengubah pikiran mereka tentang dunia, Adel ingin mengatakan dan menunjukkan dunia itu indah jika kita menjadi diri sendiri, tak melulu merendahkan diri karna melihat orang lain. Kita semua istimewa dan tak ada duanya, untuk apa menjadi pasaran jika sudah memiliki khas sebagai keunikan?

" Aduh gue lupa nama Lo siapa, nama Lo siapa? ****? *****? eh? apa sih?" Adel bingung dengan dirinya sendiri, dia memang sulit mengingat nama seseorang, apalagi jika orang itu yang mengenalkan diri kepadanya ( bukan dia yang meminta untuk berkenalan)

Adel hanya mengingat nama gadis itu mengandung huruf T, namun dia tidak ingat huruf vokalnya, dan entah mengapa hanya vokal E yang diingatnya. Hahaha, Kalau yang enak memang Adel selalu ingat.

" Tata, namaku Agatha," ujar gadis cupu itu dengan sedikit penekanan, dia tidak suka jika orang salah menyebut namanya, apalagi Adel menyebutnya dengan sebutan itu, kan memalukan.

" Hahaha, Wajah Lo lucu arah ****, bisa ngambek juga ya manusia kayak Lo, gue kira Lo tipe manusia yang bakal diem aja waktu dibully kayak gitu," ujar Adel tanpa dosa dan tanpa memikirkan perasaan Tata, sungguh Adel tak menyadari hal itu.

" Gak usah baper gue bilang gitu, gue cuma ngomong apa adanya, mohon maaf jika menyinggung. Ntar kayak di film horor Lo gue bully malah berubah jadi psikopat gila dan bunuh gue," ujar Adel penuh canda.

Tata tidak merasa terhina, justru gadis itu ikut tertawa ringan sambil menggelengkan kepala. Baru pertama kali ini Tata mendapat teman seperti Adel. Bahkan jika diingat, Tata tidak pernah mempunyai teman sebelumnya.

" Mulai sekarang Lo teman gue, dan Lo gak boleh baper gue katain apapun karna gue gak pernah niat nyakitin, tapi kalau Lo tersinggung berat boleh lah Lo protes dikit ke gue, paham kan Lo?"

Tata mengangguk sekali dan tersenyum tipis. Akhirnya ada orang yang tidak menghindar karna sikapnya yang tertutup. Bukan dia tak ingin bergaul, namun dia tak bisa, kebiasaan menjadi terbelakang sejak kecil membuatnya tak bisa bergaul dengan siapapun. Namun mereka semua malah menganggap Tata sebagai pribadi yang Aneh, bahkan ada yang mengatainya sombong.

" Makasih ya Del, mau temenan sama aku," ujar Tata tersenyum manis untuk pertama kalinya bagi Adel. Adel tersenyum manis dan mengangguk semangat, akhirnya hidupnya bisa membawa keceriaan bagi orang lain dan dia mensyukuri hal itu.

Tak lama seorang guru masuk ke dalam kelas itu dengan wajah riangnya, mungkin dia bahagia akhirnya melihat wajah baru di Sekolah ini atau mungkin juga bahagia akhirnya terbebas dari kakak kelas yang entah mengapa sudah ditebak mereka adalah anak yang iseng.

" Selamat Pagi anak anak, perkenalkan nama saya Bu Widya, disini saya dipercaya untuk menjadi wali kelas kalian, mohon kerja samanya dan anggap saya ibu kalian ya. Anggap teman juga gak papa," ujar Guru itu dengan senyum merekah, senyum menawan yang melelehkan hati beku.

" Kalau teman tapi sayang boleh Bu?" tanya seorang siswa yang membuat suasana kelas menjadi riuh, mereka tertawa terbahak karena geli seorang siswa kelas X berani menggoda guru yang berstatus wali kelas mereka.

Bahkan wali kelas itu tampak tersenyum kecut, mungkin harapannya memiliki siswa yang alim dan bersikap manis sirna sudah setelah melihat kelakuan siswa itu.

Adel sendiri juga ikut tertawa dan mengapresiasi keberanian siswa itu, Adel melirik Tata yang menahan senyumnya sampai menunduk nunduk, membuat Adel merasa gemas dan berbisik pada gadis itu.

" Kalau Lo mau ketawa tuh ketawa aja, kakek gue nahan tawa malah keluar lewat kentut, mau Lo?" Tanya Adel yang membuat Tata menghentikan tawanya dan menggeleng cepat. Entah itu doa atau peringatan, Tata tidak mau itu terjadi dan entah mengapa perkataan Adel membuat Tata kehilangan mood untuk tertawa.

Jam pelajaran hari ini hanya diisi oleh perkenalan dari semua guru yang mengajar, sisanya mereka diperbolehkan untuk bermain ponsel, atau guru tersebut membuat suatu permainan yang bertujuan untuk membuat mereka kenal satu sama lain.

Sampai akhirnya waktu menunjukkan pukul dua belas kurang lima siang, bagusnya SMA Trisakti adalah, mereka memperbanyak jam istirahat sehingga siswa tidak jenuh untuk sekolah. Setiap pergantian jam mereka diperkenankan untuk istirahat 10 menit, sekadar untuk pergi ke kantin kejujuran atau merebahkan diri.

Jam untuk bel pelajaran pertama berbunyi pukul setengah tujuh, sementara satu jam pelajaran adalah 45 menit. Di saat jam menunjukkan pukul 11.50, waktu istirahat mereka adalah satu jam pelajaran dan hanya dibatasi maksimal sepuluh mata pelajaran dalam sehari, sehingga mereka boleh pulang paling lama pukul 16.05.

" Tata, kantin kuy, sekalian gue kenalin ke teman teman gue, buruan gak pake lama," ujar Adel berdiri dan memasukkan tangannya ke kantong rok. Jiwa otoriter memang melekat dalam diri Adel, dia tidak bisa jika orang lain berkata tidak untuk permintaannya.

" Aku bawa bekal kok, kamu duluan aja, aku mau makan di kelas aja," ujar Tata merogoh tasnya dan mengeluarkan kotak bekal berwarna merah muda dengan gambar karakter kartun winnie the pooh, Astaga, kekanak kanakan sekali.

" Yaudah bekalnya bawa aja ke kantin, gak pakai Nolak gak pakai lama. Buruan kuy," ujar Adel menarik tangan Tata serta membawakan kotak bekal gadis itu. Tata yang diseret tidak bisa berbuat apa apa, dia hanya berjalan mengikuti langkah Adel yang cenderung cepat untuknya.

" Lo emang terbiasa bawa bekal? Gak pernah pergi ke kantin?" tanya Adel sambil berjalan dan mengamati kotak bekal yang dibawa olehnya. Tata menggeleng sebagai tanda membenarkan ucapan Adel, memang dia sama sekali tidak pernah makan di kantin, gadis itu memilih ruang kelas atau perpustakaan jika jam istirahat tiba.

" Pantesan Lo ansos, main Lo kurang jauh, temen Lo kurang banyak. Gue bakal ajarin Lo apa itu bergaul biar Lo bisa jadi manusia yang menjalankan kodrat sebagai makluk sosial," ujar Adel dengan percaya diri, membuat Tata mengangguk dan tersenyum tipis.

Sedikit fakta tentang Adel, gadis itu tidak pernah berbicara panjang pada orang lain, bahkan dia jarang bicarw jika tidak penting, apalagi orang itu mengabaikannya seperti Tata saat ini. Namun entah mengapa hatinya tergelitik saat bertemu dengan Tata, mungkin dia yang dipilih Tuhan untuk mengubah Tata perlahan.

Adel berjalan sambil membuka kotak itu, berdecak kagum karna isi dari kotak itu lengkap empat sehat, dan Tata membawa botol minum berisi susu hingga jadilah lima sempurna.

~ bruukk

Seseorang sengaja menubruk bahu Adel dengan keras hingga bekal yang dia bawa terjatuh seketika. Tata tampak terkejut karna bekalnya tercecer di lantai, namun dia tidak berani mengangkat kepalanya.

" Maksud Lo apa?!!" Sentak Adel dengan emosi yang langsung memuncak, tangannya sudah mengepal kuat, jiwa sebagai petinju bebas menggelitik hasrat untuk mematahkan hidung manusia yang ada di hadapannya.

" Ups sorry, mata gue suka Blur kalau lihat Loser, apalagi ada dua loser disini, pantes kulit gue gatal gatal, gue kan alergi sama pecundang," ujar orang itu mengusap tangannya. Adel diam namun tetap berpikir, dia menahan senyum saat dia menemukan cara gitu untuk membuat orang di depannya mati kutu.

" Bye loser, mending kalian jauh jauh dari Bumi, menuh menuhin bumi aja, bumi bakal jauh lebih baik kalau dihun sama orang yang berguna, gak kayak kalian," ujar orang itu mengibaskan rambut panjangnya sampai mengenai wajah Adel. Gadis itu berjalan mengdahului Adel dengan sombongnya.

~ Brukkk

Dan berakhir dengan wajah yang jatuh dan menimpa bekal Tata yang tadi sudah jatuh tercecer. Nasi dan lauk pauk itu langsung menjadi riasan yang sempurna baginya. Adel yang memang dilatih untuk mencari peluang melihat tali sepatu gadis itu belum terikat hingga ia dengan mudah menginjak kencang dan membuat gadis itu tersungkur.

" Ups, Sorry ya, Kayaknya Lo kalah pinter sama Loser. Makanya belajar yang pinter, gak usah nyari perkara, masih ****** aja sok nya selangit," ujar Adel menginjak dan sedikit menyeret jari gadis itu lalu mengajak Tata pergi dari sana. Gadis itu berteriak kencang merasakan perih di jarinya, apalagi kini dia menjadi pusat perhatian karna wajah yang kotor dan menjijikkan.

" Ka. kamu ko berani kayak gitu sih?" tanya Tata dengan takut. Sepertinya gadis itu takut Adel akan melukainya, atau sesuatu semacam itu. Sementara Adel hanya terkekeh dan tenang saja seakan tak ada masalah yang terjadi.

" Kalau ada orang rese, balas dia lebih tinggi, lebih kejam dan lebih keras biar dia gak ganggu hidup Lo lagi. Kasarannya, Kalau dia injak kaki Lo, pecahin aja kepalanya," ujar Adel setengah bercanda dan mempercepat langkahnya menuju kantin.

Mereka memasuki kantin dan Adel tetap menggenggam tangan Tata yang mulai gelisah, Adel langsung mendudukan Tata di kursi dan mulai memesan makanan, matanya mengamati sekitar kalau kalau Key dan Lucy sudah datang ke kantin.

SMA Trisakti memang memiliki empat kantin di dalamnya. Kantin IPA, Kantin IPS, Kantin umum ( yang saat in mereka kunjungi) dan kantin 'tak umum' ( Kantin yang berada di bagian belakang Sekolah yang hanya berisi lelaki nakal Sekolah ini.

Adel kembali membawa dua mangkok bakso dengan terburu buru karna rasa panasnya, gadis itu menyodorkan bakso itu kepada Tata untuk dicoba. Tata sendiri mulai menyantap baksonya dan berbinar karna rasa bakso yang nikmat.

" Doyan kan Lo? Habisin ya," ujar Adel memperingati sambil menyantap baksonya dengan nikmat, gadis itu mengunyah perlahan dan merasakan bakso itu turun ke tenggorokannya.

Sedang enak enaknya makan, mereka diganggu oleh keriuhan kantin dan kedatangan dua orang pria yang merupakan biang kerusuhan yang terjadi. Adel mengenali dua pria itu dan tak akan mungkin melupakannya.

" Hey cantik, mending Lo bangun dan pergi dari sini daripada Lo menyesal nantinya," ujar salah seorang yang Adel yakini sebagai teman atau mungkin kacung dari makhluk bernama Rafa. Rafa sendiri hanya diam dan menyaksikan temannya itu berusaha mengusir Tata dari tempatnya.

Tata mengambil kengkok baksonya dan mencoba untuk berdiri, namun Adel menahan tangannya dan memaksanya untuk duduk hingga Tata tak memiliki pilihan lain lagi dan duduk kembali ke kursinya.

Rafa mengangguk puas dan tersenyum, membuat Adel was was dan tetap memegang tangan Tata, dia harus melindungi Tata yang baru pertama kali ke kantin agar tidak trauma dengan tempat bernama kantin ini.

" Kalian tuh kenapa sih? Banyak kursi kosong di tempat ini, kenapa kalian ganggu kami? Bikin bete aja sih, Kami terusik nih sama keberadaan kalian," ujar Adel dengan galak dan persiapkan kuah baksonya untuk disiram ke mereka kalau kalau mereka nekat.

" Terusik?" tanya Rafa singkat sambil mengangkat kedua alisnya. Dia seakan geli dengan kata Terusik, dan pertama kali dalam hidupnya Rafa dikatai seperti ini, apalagi oleh seorang gadis.

" Gue bakal ajarin apa itu terusik," ujar Rafa tepat di telinga Adel, membuat Adel mengeram dan menahan tangannya agar tidak menampar Rafa, mengingat Rafa tidak menyentuhnya sama sekali.

Rafa berdiri dan berjalan tenang ke tengah tengwh kantin, semua memperhatikan setiap langkah Rafa. Bahkan lelaki itu seakan membekukan aktivitas kantin yang saat ini ramai. Siapa Rafa dan apa kuasanya sampai dia ditakuti seperti ini?

" MULAI SEKARANG GUE UMUMIN KALAU CEWEK YANG NAMANYA ADEL, YANG DUDUK DI SEBELAH SANA. DIA ADALAH CEWEK GUE! SEKALI LAGI, DIA ADALAH CEWEK GUE!"

Adel melotot karna tak menyangka Rafa akan mengumumkan berita bohong itu kepada seluruh penghuni kantin. Gadis itu menggeleng kuat dan mengepalkan tangannya karna emosi yang kian memuncak.

" Let's the game begin sayang, selamat menjalani hidup sebagai pacar Rafa," ujar Rafa tepat di telinga Adel dan mengusap gemas kepala gadis itu sebelum benar benar pergi dari sana.

Terpopuler

Comments

Keylaa Utomo

Keylaa Utomo

keren thor

2020-07-22

0

Kiki Dhevin

Kiki Dhevin

si rafa ternyata begitu ya asli nya, kan di novel si luna dia bucin bgt sama adel, ngintilin kemana aja adel pergi

2019-10-08

4

M.A

M.A

usahakan update terus yah ELiz

2019-10-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!