Lili tiba di ruangan tempat jasad yang diduga adalah Arjuna terbujur kaku. Jasad itu ditutupi kain sepanjang tubuhnya.
"Mbak yakin mau melihatnya?" tanya Kiki yang mendampingi Lili. Mereka sedang berdiri di sisi jasad itu bersama seorang perawat laki-laki dan seorang berseragam polisi.
Lili mengangguk, tapi tangannya menggenggam erat tangan Kiki. Saat kain di bagian kepala jasad itu dibuka, Lili memejamkan matanya kuat-kuat lalu dipaksa ya dibuka.
Tampak di hadapannya sebentuk wajah yang telah membengkak dan sangat pucat. Benar-benar sulit dikenali.
Lalu, saat Lili mengingat-ingat wajah Arjuna dan menyesuaikannya dengan apa yang ada di hadapannya, tiba-tiba sekelibat ingatan muncul. Lili seolah kembali pada saat ia digendong oleh Arjuna kala itu.
Lili mengerjap mata dan tangannya langsung membuka bagian bahu jasad itu. Lili mengintip bagian pundaknya. Benar, ada sebuah tanda di sana. Sebuah tahi lalat kecil di pundaknya. Persis sama seperti yang ia lihat saat berada di gendongan Arjuna.
Lili menutup mulutnya yang menganga dengan tangannya. Air matanya tumpah begitu saja tanpa ekspresi di wajahnya.
"Ini benar Arjuna," ucapnya.
"Nona mengenalinya?" tanya polisi di sisi Lili.
Sekelibat ingatan kembali melintas di depan mata Lili yang terbuka. Ia sedang ada di punggung seorang remaja yang menggendongnya. Tanda di pundak itu adalah tanda yang sama dengan yang Arjuna miliki.
Lili baru mengingatnya. Mungkin Arjuna adalah teman di masa lalunya. Tetangganya yang pergi karena pindah rumah ke luar kota. Lili tidak hanya mengira-ngira tapi ia punya keyakinan yang cukup akan hal itu.
Polisi di sisi Lili menyadarkannya dari lamunan. Polisi itu meminta agar Lili memberikan keterangan guna penyelidikan kematian orang yang diduga Arjuna tersebut.
Lili pun menyanggupinya lalu mereka berpindah ruangan.
Di sebuah ruangan, Kiki pamit untuk keluar sebentar meninggalkan Lili. Rupanya Kiki pergi ke swalayan di depan rumah sakit untuk membeli seduhan kopi matcha latte untuk Lili.
Kopi latte adalah kopi kesukaan Lili, tapi akhir-akhir ini Kiki memperkenalkan Lili dengan rasa matcha di dalam kopi latte itu. Akhirnya, Lili ternyata menyukainya. Itu dijadikan minuman favorit Lili di saat ia gundah sendirian.
Kiki pun kembali ke tempat Lili berada. Ia memberikan minuman itu dan menemani Lili menjawab pertanyaan-pertanyaan dari polisi kepada Lili.
Lili pun menceritakan sejelas-jelasnya apa yang terjadi hari itu. Mulai dari siaran Arjuna di pagi hari, melalui batas gaib, hingga Arjuna pergi malam harinya.
Selanjutnya, polisi menanyakan tentang siapa saja yang ada dalam lokasi itu dan apa saja aktivitas di saat bersama Arjuna maupun setelah Arjuna pergi. Lili menjawabnya apa adanya kepada polisi.
Lili tampak begitu sedih. Di wajahnya terlukis permohonan agar kasus dapat dipecahkan dan Lili sangat mendendam kepada orang ada di balik kejadian ini. Orang yang belum pasti, apakah itu Lili kenal atau tidak.
Seusai kegiatan di tempat polisi, Lili dan Kiki pun beranjak pergi. Rencananya Kiki akan mengantar Lili kembali ke apartemennya. Namun, ternyata Lili minta diantarkan ke tempat lain.
"Ini sudah larut malam, Mbak. Mbak mau kita mudik ke daerah itu? Apakah tidak sebaiknya kita pulang dulu dan melakukannya besok saja?" ucap Kiki.
"Kalau lu ga bisa nganterin gue malam ini ya ga apa-apa. Gue bisa pergi sendiri," jawab Lili.
"Bukan gitu, Mbak. Saya sudah pasti akan mengantar Mbak kemanapun. Hanya saja waktunya ini. Mbak perlu istirahat, Mbak," ucap Kiki.
"Oke, oke. Benar-benar keras kepala. Saya akan menemani kamu, Mbak. Gini, kita sekarang makan malam dulu. Nanti, setelahnya baru kita berangkat. Oke?" lanjut Kiki.
Lili pun mengiyakan saran dari Kiki. Mereka berdua pergi ke sebuah rumah makan lalu bermaksud akan melanjutkan perjalanan mereka setelahnya nanti.
Setelah memesan dan makanan tiba, mereka pun menyantapnya. Kiki tampak lahap, tapi berbeda dengannya Lili justru makan seperti kurang berselera. Lili makan sambil melamun.
Melihat hal itu, Kiki menuang sedikit kuah dan daging ke atas nasi Lili. Kiki paham betul kalau Lili paling suka nasi yang ditambahi kuah seperti yang ia lakukan itu.
"Ayo makan, Mbak. Katanya kita mau mudik? Jadi harus makan yang banyak dulu," bujuk Kiki.
Lili masih menyuap makanan lambat-lambat. Kemudian, Kiki melihat ada bekas bumbu yang menempel di tepi bibir Lili. Maka, Kiki mengambil tisu untuk mengelapnya.
"Kamu lagi mikirin apa sih, Mbak?" tanya Kiki sambil mengelap bibir Lili.
"Emh, makasih Ki. Sebenarnya gue lagi nyoba mengingat-ingat sesuatu," ucap Lili.
Lili pun menceritakan perihal sekelibat ingatan yang tiba-tiba muncul saat melihat jasad Arjuna tadi.
Lili mengingat bahwa Arjuna adalah sosok teman di masa lalu Lili. Mereka berdua dulu begitu akrab karena rumah mereka berdekatan.
Sahabat masa kecil Lili itu kemudian harus pindah ke luar kota karena perceraian orangtuanya. Sebelum pergi, sahabat masa kecil Lili yang tahu lebih awal perihal rencana kepindahan itu pun memberi tahu Lili.
Mereka berdua pun mengubur sebuah kotak yang saat ini tak Lili ingat lagi. Bahkan, dimana kotak itu dikubur pun Lili tidak ingat.
Hal itu yang membuat Lili begitu ingin datang ke kampung halamannya malam ini juga. Pikirannya sudah terlanjur syok dengan kematian Arjuna. Rasa kehilangan membuatnya sangat ingin kembali menggali sosok Arjuna di kehidupan masa lalunya.
Kiki menyimak dengan baik apa yang Lili ceritakan. Tampak wajah Kiki yang begitu ikhlas membantu. Kiki sudah pasrah. Walaupun tidak ada ruang baginya di hati perempuan yang dipujanya ini, ia tetap tulus kepada Lili.
Usai makan malam, Kiki dan Lili pun menaiki mobil jemputan online menuju terminal bus antar provinsi. Setelahnya, perjalanan pun mereka lanjutkan dengan menaiki bus.
Kiki dan Lili duduk di barisan belakang. Empat baris kursi setelah kursi yang paling belakang. Lili duduk di dekat jendela sebagaimana yang Lili suka dan Kiki duduk di sebelahnya.
Kiki memandangi wajah Lili yang suram. Lili lalu membalas tatapan itu kemudian Kiki pun tersenyum. Kiki mengusap-usap punggung tangan Lili seraya berkata, "kamu yang semangat ya."
Kemudian, Kiki pun terlihat mengantuk dan ia pun tertidur. Lili memandanginya. Lili merasakan hadirnya rasa simpati yang besar kepada Kiki.
Lili menyadari bahwa dirinya begitu egois sampai Kiki terlihat kelelahan seperti ini. Namun, Lili juga menyadari bahwa ia tidak bisa membalas cinta Kiki kepadanya.
"Semoga suatu saat nanti lu bisa dapatin cewek yang mencintai lu sepenuh hati, Ki. Maafin gue karena bukan gue sosok cewek itu," gumam Lili lirih.
*
Waktu pun berlalu. Ternyata kini berganti Lili yang tertidur. Lili terbangun saat kepalanya sudah ada di bahu Kiki. Kiki menyambutnya dengan senyuman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
non aktif
sedih
2022-12-03
1
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
(-‸ლ)ᴬˢᵗᵃᵍᵃ
2022-12-03
2