16. Tebing Lepas Pantai

Selepas melakukan meditasi, Punta mengajak Lili dan Celine menikmati apa yang ada di lingkungan itu.

Saat berada di hadapan sebuah kolam, Punta menceritakan filosofi air dan peran keberadaannya. Saat berada di hadapan sebuah pohon besar, Punta juga menceritakan filosofi pohon dan peran keberadaannya, demikian juga yang lainnya.

Hal itu membuat Celine yang tadinya ketakutan sedikit lebih tenang karena pikirannya teralihkan dengan sangat baik.

Senja hampir usai, menyusul malam yang di ujung langit merah. Lili, Celine dan Punta pun kembali ke kediaman Punta. Setelah itu masing-masing mereka membersihkan diri.

Selain makan malam yang sudah menanti, tabib pun sudah datang. Luka di kaki Lili diperiksa dan diberikan obat herbal tambahan. Tabib pun meresepkan ramuan yang perlu terus dikonsumsi Lili untuk penyembuhannya yang lebih cepat.

"Sepertinya besok kita sudah bisa pulang," ucap Celine setelah melihat kondisi Lili yang semakin membaik.

Kerutan di dahi Lili mencerminkan bahwa ia sebenarnya sedang begitu betah di tempat ini.

"Kenapa buru-buru banget? Nggak nunggu kaki Lili pulih total dulu?" tanya Punta.

"Bukannya tadi pak tabib sudah bilang kalau keadaan Lili sudah membaik?" ucap Celine.

"Ya, benar juga apa kata Celine, Punta. Kami tidak boleh terlalu lama liburan, karena kami harus kerja. Gue tahu banget kerjaan Celine pun sekarang lagi banyak-banyaknya," sambung Lili.

"Saya kira bukan hanya itu. Celine, kamu masih takut dengan penglihatan itu?" ucap Punta.

"Em... Em..." Celine kehabisan kata-kata.

"Penglihatan? Penglihatan apa?" tanya Lili.

"Cuma sekelibat aja waktu meditasi tadi. Hehe... Ga penting sih, awalnya gue takut tapi lama-lama gue ngerasa itu adalah mimpi doang," jawab Celine.

"Kamu yakin?" ucap Punta.

"Iya, iya. Eh, kita habiskan makan malam ini yuk. Gue pingin tidur lebih awal malam ini. Biar besok ga kesiangan," ujar Celine.

Celine terlihat kikuk. Semua orang bisa menangkap keinginannya yang kuat bahwa Celine ingin cepat-cepat pergi dari tempat ini. Mungkin benar apa yang dikatakan Punta, Celine sedang ketakutan.

*

Hari berganti. Celine dan Lili akan kembali ke kota bersama travel sewaan mereka. Mereka berangkat subuh, pukul lima.

Asisten rumahtangga yang begitu baik membungkus kan dan memberikan bekal makanan kepada mereka.

Sebelum mereka pergi, Punta mengucapkan sesuatu dengan lirih kepada Celine.

"Ingat, Celine, apapun yang terjadi, seburuk apapun hal yang kamu rasakan, hanya kamu sendiri yang bisa mengatasinya. Pikiranmu itu hanya kamu sendiri yang bisa menguasainya," ucap Punta.

Celine pun mengangguk paham kepada Punta. Lalu, mereka pun berangkat.

Di perjalanan, mereka membahas tentang warung nenek yang pernah mereka kunjungi.

"Kalau ga salah setelah tikungan nanti, Nona. Nah, di depan kan ada jembatan itu," ucap supir travel.

"Coba ya kita lihat, apa warungnya beneran ada atau itu warung gaib," sambung Lili.

"Klo gue sih yakin banget kalau tuh warung adalah warung jadi-jadian. Neneknya juga itu nenek jadi-jadian," ucap Celine.

"Eh... Di situ kan harusnya?" ucap Lili.

"Iya, saya yakin juga harusnya warungnya ada di situ. Tapi, sekarang Ndak ada," sambung supir travel.

"Nah benar kan, itu warung gaib," ucap Celine.

Mobil mereka telah melewati tempat yang begitu mereka kenali itu. Namun, tiada apapun di sana.

Setelah melewatinya, Celine pun menengok ke tempat yang ada di belakang mobil mereka itu. Tampak seorang nenek yang pernah dijumpainya itu sedang melambai sambil mengacung-acungkan sebuah pisau.

Celine segera membalikkan lagi posisi duduknya. Ia tak mau lagi melihat ke arah belakang. Keringat dingin mengucur di dahinya.

Jelas saja, benda yang dipegang nenek itu adalah benda yang Celine kenal. Itu adalah pisau miliknya.

Napas Celine tersengal karena ketakutan.

"Lin? Lu kenapa?" tanya Lili sembari sesekali celingukan ke arah belakang.

"Pak, cepetan Pak. Ngebut Pak. Cepetan pergi dari sini," racau Celine.

Melihat Celine yang ketakutan, lantas Lili pun tak meneruskan pertanyaan-pertanyaannya. Ia segera menenangkan Celine dengan mengusap lengan dan memberinya air minum.

*

Waktu pun berlalu. Sudah seminggu lamanya sejak kepulangan Lili dan Celine. Celine ke kantor dengan menggunakan bantuan sebuah tongkat.

Sudah seminggu pula Kiki selalu membantu Celine baik pergi maupun pulang kerja. Ia selalu menemani dengan menggunakan mobil panggilan online.

Sore ini, Kiki sudah menunggu Lili di depan kantornya dengan kendaraan online.

"Nah, itu dia." Kiki pun segera menghampiri Lili, mengantar dan membantunya untuk masuk ke dalam mobil.

"Hati-hati, Mbak," ucapnya. "Ya, santai. Bukannya udah biasa ya?" balas Lili.

Kiki lalu menutup pintu di dekat Lili lalu berjalan memutar dan masuk melalui pintu di seberangnya.

Mobil pun beranjak dari halaman kantor Lili. Supir mobil menyalakan siaran radio.

"Juara sastra belia ini mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Kepiawaiannya dalam membawakan puisi-puisi kontemporer membuat para juri... "

Demikian yang Lili dengar dari radio di dalam mobil tersebut. Terlihat Lili dengan tatapan yang kosong, wajahnya tetiba tak secerah sebelumnya.

"Ada apa, Mbak?" tanya Kiki.

Lili masih saja melamun.

"Halo? Mbak? Mbak Li?" Kiki melambai-lambaikan jarinya di depan wajah Lili. Lili pun tersentak, tersadar dari lamunannya.

"Eh, kenapa, kenapa?" ucap Lili.

"Mbak yang kenapa? Mbak melamun ya?" ucap Kiki.

Lili tersenyum pelit.

"Mbak, kalau ada apa-apa cerita saja sama saya. Seperti biasanya, saya pasti bisa membuat Mbak tersenyum lagi," lanjut Kiki.

"Hem... Apa iya?" ucap Lili pelan.

"Lah, iya dong. Saya yakin betul dengan karisma yang saya punya saya bisa..." ucap Kiki menyombongkan diri.

"Iya, iya, si paling berkarisma," sela Lili.

"Sebenarnya gue sebelumnya selalu rajin bermain aplikasi audio live streaming. Berita di radio barusan mengingatkan gue pada siaran di sana," ucap Lili.

"Ya, Mbak pernah bercerita. Tapi, kalau sekarang sudah ga sempat mau bagaimana lagi. Mbak tentu harus membagi waktu biar ga tepar setelah seharian bekerja," jawab Kiki.

"Sebenarnya bukan hanya karena sibuk bekerja, tapi... " ucap Lili.

"Tapi kenapa?" sambung Kiki.

"Emh... " Lili menggeleng sambil tersenyum.

"Ah nanggung ceritanya. Ga seru," keluh Kiki.

"Ki, gue ini suka puisi, lu tahu kan?" ucap Lili.

"Oh, iya. Tahu tahu," jawab Kiki.

"Sebenarnya ada salah satu penyiar yang sudah ga nongol-nongol lagi di aplikasi itu. Gara-gara dia gue suka puisi," jelas Lili.

"Hem... Kenapa ya tu orang ga siaran-siaran puisi lagi?" tanya Kiki.

"Gue ga tahu, Ki," jawab Lili.

"Saya yang bacain puisi buat Mbak aja gimana?" tanya Kiki.

"Ih, apaan sih. Kapan-kapan aja gabutnya, Ki," jawab Lili.

Kiki pun mendongak, memandang keadaan di luar jendela mobil di depan.

"Nah, pas banget kayanya. Pak, Pak, nanti berhenti setelah tikungan ini ya? Yang tempat puncak pas itu," ucap Kiki kepada supir.

"Lu mau ngapain Ki? Mau kencing lu?" tanya Lili.

"Udah, pokoknya Mbak ngikut aja deh," ucap Kiki.

"Ngikut lu kencing? Ih, ogah!" protes Lili.

Mobil pun berhenti di tepi jalan. Tepi jalan melebar dari batas aspal. Tempat ini ada di pinggir tebing dengan batas pagar pendek. Dari sini terlihat laut lepas yang indah.

Kiki pun mengajak Lili, ia membantu Lili keluar dari mobil.

Memandang ke sekelilingnya Lili merasa lebih segar. Namun, kenangan lama Lili muncul di kepalanya. Laut, itu adalah tempat ia dan pacar di masa lalunya terjebak di antara maut.

Episodes
1 1. Hari yang Melelahkan
2 Visual Cast
3 2. Live Keluar Circle
4 3. Sosok Pahlawan
5 4. Menjalin Persahabatan
6 5. Masa Lalu Percintaan Lili
7 6. Sepertinya Celine Punya Bucinan?
8 7. Awal Mula Berkenalan
9 8. Gue Ga Lagi Kasmaran!
10 9. Celine Merebut Kiki dari Lili
11 10. Penembakan Misterius
12 11. Pisau Lipat Celine
13 12. Gunung Agungra
14 13. Gunung Agungra (2)
15 14. Gunung Agungra (3)
16 Visual Cast
17 15. Sebuah Misteri
18 16. Tebing Lepas Pantai
19 17. Arjuna Meninggal?
20 18. Perjalanan
21 19. Sarapan Pagi
22 20. Suasana Desa
23 21. Dipatuk Ular
24 22. Aku Tak Akan Pergi, Li
25 23. Musik Metal
26 24. Kantor Polisi
27 25. Personaliti Disorder
28 26. Seember Es Krim
29 27. Sahabat Baru
30 28. Bobo Bareng
31 29. Si Paling Berkarisma
32 30. Ditembak Victor
33 31. Hujan Buatan
34 32. Trauma Masa Kecil
35 33. Nasi Padang
36 34. Persidangan Celine
37 35. Pengakuan Celine
38 36. Muka seperti Hantu Bunuh Diri
39 37. Aksi Heroik Victor
40 38. Puisi Dongeng Romansa
41 39. Penjadi Penyiar Sajak
42 40. Pendengar Misterius
43 41. Pilih si Pendengar Misterius atau Ultraman?
44 42. Kebersamaan itu Juga Puitis
45 43. Hari yang Friendly
46 44. Tong Setan
47 45. Rumah Hantu
48 46. Bianglala
49 47. Bintang di Langit
50 48. Penumpang Misterius
51 49. Pesanan Kudapan Romantis
52 50. Cowok Bayaran
53 51. Bodyguard
54 52. Tersesat di Hutan (1)
55 53. Tersesat di Hutan (2)
56 54. Tersesat di Hutan (3)
57 55. Tersesat di Hutan (4)
58 56. Tersesat di Hutan (5)
59 57. Tersesat di Hutan (6)
60 58. Tersesat di Hutan (7)
61 59. Tersesat di Hutan (8)
62 60. Tersesat di Hutan (9)
63 61. Tersesat di Hutan (10)
64 62. Tersesat di Hutan (11)
65 63. Tersesat di Hutan (12)
66 64. Tersesat di Hutan (13)
67 65. Tersesat di Hutan (14)
68 66. Tersesat di Hutan (15)
69 67. Tersesat di Hutan (16)
70 68. Tersesat di Hutan (17)
71 69. Tersesat di Hutan (18)
72 70. Tersesat di Hutan (19)
73 71. Tersesat di Hutan (20)
74 72. Tersesat di Hutan (21)
75 73. Tersesat di Hutan (22)
76 74. Tersesat di Hutan (23)
77 Visual Cast
Episodes

Updated 77 Episodes

1
1. Hari yang Melelahkan
2
Visual Cast
3
2. Live Keluar Circle
4
3. Sosok Pahlawan
5
4. Menjalin Persahabatan
6
5. Masa Lalu Percintaan Lili
7
6. Sepertinya Celine Punya Bucinan?
8
7. Awal Mula Berkenalan
9
8. Gue Ga Lagi Kasmaran!
10
9. Celine Merebut Kiki dari Lili
11
10. Penembakan Misterius
12
11. Pisau Lipat Celine
13
12. Gunung Agungra
14
13. Gunung Agungra (2)
15
14. Gunung Agungra (3)
16
Visual Cast
17
15. Sebuah Misteri
18
16. Tebing Lepas Pantai
19
17. Arjuna Meninggal?
20
18. Perjalanan
21
19. Sarapan Pagi
22
20. Suasana Desa
23
21. Dipatuk Ular
24
22. Aku Tak Akan Pergi, Li
25
23. Musik Metal
26
24. Kantor Polisi
27
25. Personaliti Disorder
28
26. Seember Es Krim
29
27. Sahabat Baru
30
28. Bobo Bareng
31
29. Si Paling Berkarisma
32
30. Ditembak Victor
33
31. Hujan Buatan
34
32. Trauma Masa Kecil
35
33. Nasi Padang
36
34. Persidangan Celine
37
35. Pengakuan Celine
38
36. Muka seperti Hantu Bunuh Diri
39
37. Aksi Heroik Victor
40
38. Puisi Dongeng Romansa
41
39. Penjadi Penyiar Sajak
42
40. Pendengar Misterius
43
41. Pilih si Pendengar Misterius atau Ultraman?
44
42. Kebersamaan itu Juga Puitis
45
43. Hari yang Friendly
46
44. Tong Setan
47
45. Rumah Hantu
48
46. Bianglala
49
47. Bintang di Langit
50
48. Penumpang Misterius
51
49. Pesanan Kudapan Romantis
52
50. Cowok Bayaran
53
51. Bodyguard
54
52. Tersesat di Hutan (1)
55
53. Tersesat di Hutan (2)
56
54. Tersesat di Hutan (3)
57
55. Tersesat di Hutan (4)
58
56. Tersesat di Hutan (5)
59
57. Tersesat di Hutan (6)
60
58. Tersesat di Hutan (7)
61
59. Tersesat di Hutan (8)
62
60. Tersesat di Hutan (9)
63
61. Tersesat di Hutan (10)
64
62. Tersesat di Hutan (11)
65
63. Tersesat di Hutan (12)
66
64. Tersesat di Hutan (13)
67
65. Tersesat di Hutan (14)
68
66. Tersesat di Hutan (15)
69
67. Tersesat di Hutan (16)
70
68. Tersesat di Hutan (17)
71
69. Tersesat di Hutan (18)
72
70. Tersesat di Hutan (19)
73
71. Tersesat di Hutan (20)
74
72. Tersesat di Hutan (21)
75
73. Tersesat di Hutan (22)
76
74. Tersesat di Hutan (23)
77
Visual Cast

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!